Jemari Reyhan menari di atas keyboard, menciptakan simfoni kode yang rumit namun indah. Layar monitor memancarkan cahaya biru pucat, menerangi wajahnya yang serius. Di usianya yang baru 25 tahun, Reyhan sudah dikenal sebagai salah satu programmer muda paling berbakat di Silicon Valley. Baginya, kode adalah bahasa cinta, dan program adalah ungkapan hati yang paling jujur.
Malam itu, Reyhan sedang mengerjakan proyek terbarunya: sebuah aplikasi kencan berbasis kecerdasan buatan yang dirancang untuk menemukan pasangan ideal berdasarkan kompatibilitas kepribadian dan minat yang mendalam. Ironis, pikirnya, menciptakan aplikasi kencan padahal dirinya sendiri terlalu sibuk berkutat dengan kode hingga melupakan kehidupan percintaan.
Namun, ironi itu sirna ketika matanya terpaku pada sebuah baris kode yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Baris kode itu muncul secara acak di antara barisan kode yang ia tulis. Baris itu berbunyi: "Panggil dia, Iris."
Awalnya, Reyhan mengira itu hanyalah glitch atau kesalahan pemrograman. Namun, baris kode itu terus muncul, semakin sering dan semakin jelas. Penasaran, Reyhan mencoba menelusuri asal-usul kode aneh itu, tetapi usahanya selalu berakhir buntu. Kode itu seolah-olah datang dari dimensi lain, dari dunia yang tidak bisa ia pahami.
Seminggu berlalu, dan baris kode "Panggil dia, Iris" terus menghantui Reyhan. Rasa ingin tahu dan kebingungannya berubah menjadi obsesi. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti "perintah" misterius itu. Ia mencari nama "Iris" di semua database yang bisa ia akses, dari jejaring sosial hingga direktori online.
Setelah berjam-jam mencari, Reyhan menemukan seorang wanita bernama Iris Andromeda. Foto profilnya menampilkan seorang wanita cantik dengan rambut cokelat panjang dan mata hijau yang meneduhkan. Ada sesuatu dalam senyumnya yang membuat hati Reyhan berdebar kencang.
Dengan jantung berdegup kencang, Reyhan mengirimkan pesan singkat kepada Iris. "Halo, Iris. Maaf mengganggu. Nama saya Reyhan, saya seorang programmer. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi saya merasa terdorong untuk menghubungi Anda."
Butuh waktu lama sebelum Iris membalas pesannya. Reyhan hampir putus asa ketika tiba-tiba ponselnya berdering.
"Halo, Reyhan," suara Iris terdengar lembut di seberang sana. "Saya Iris. Pesan kamu... agak aneh, tapi juga menarik. Ceritakan padaku, kenapa kamu merasa terdorong untuk menghubungi saya?"
Reyhan menceritakan semuanya tentang baris kode misterius yang menghantuinya, tentang bagaimana ia menemukan Iris, dan tentang perasaan aneh yang tumbuh dalam dirinya. Iris mendengarkan dengan sabar, tanpa menyela.
"Saya tidak tahu apakah saya percaya pada takdir atau tidak," kata Iris setelah Reyhan selesai bercerita. "Tapi cerita kamu sangat menarik. Mungkin... mungkin ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan di sini."
Reyhan dan Iris mulai berbicara setiap hari. Mereka menemukan banyak kesamaan, mulai dari kecintaan mereka pada film-film klasik hingga minat mereka pada musik jazz. Reyhan terpesona oleh kecerdasan, humor, dan kebaikan hati Iris. Iris, di sisi lain, terkesan oleh passion Reyhan terhadap teknologi dan cara uniknya memandang dunia.
Setelah beberapa minggu, Reyhan memberanikan diri untuk mengajak Iris berkencan. Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang nyaman di pusat kota. Saat pertama kali bertatap muka, Reyhan merasa seolah-olah ia sudah mengenal Iris seumur hidup.
Malam itu, Reyhan dan Iris berbicara berjam-jam, tertawa, dan berbagi cerita. Reyhan menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Iris. Ia bukan hanya jatuh cinta pada penampilannya, tetapi juga pada kepribadiannya, pada jiwanya.
Beberapa bulan kemudian, Reyhan mengajak Iris ke sebuah taman yang indah di tepi pantai. Di bawah langit senja yang berwarna-warni, Reyhan berlutut dan mengeluarkan sebuah cincin.
"Iris Andromeda," kata Reyhan dengan suara bergetar, "sejak pertama kali saya melihat foto kamu, saya tahu bahwa kamu adalah orang yang istimewa. Kamu adalah wanita yang paling cantik, cerdas, dan baik hati yang pernah saya temui. Maukah kamu menikah dengan saya?"
Air mata mengalir di pipi Iris. Ia mengangguk dan memeluk Reyhan erat-erat. "Ya, Reyhan," jawabnya. "Saya mau."
Pernikahan Reyhan dan Iris adalah perayaan cinta yang indah. Keluarga dan teman-teman mereka berkumpul untuk merayakan kebahagiaan mereka. Saat mereka berdansa di bawah bintang-bintang, Reyhan tidak bisa berhenti tersenyum. Ia merasa seperti orang paling beruntung di dunia.
Beberapa tahun kemudian, Reyhan dan Iris dikaruniai seorang putri cantik yang mereka namakan Kode. Reyhan sering memangku Kode di depan komputernya, mengajarkannya dasar-dasar pemrograman. Ia berharap Kode akan mewarisi kecintaannya pada teknologi dan juga kecintaannya pada ibunya.
Suatu malam, saat Reyhan sedang menemani Kode bermain dengan mainan elektroniknya, ia melihat sesuatu yang aneh di layar komputernya. Di antara barisan kode yang rumit, muncul baris kode yang familiar: "Dia, program hatiku selamanya."
Reyhan tersenyum. Ia tahu bahwa cinta sejati dapat ditemukan di tempat yang paling tak terduga, bahkan di dalam barisan kode yang misterius. Ia juga tahu bahwa Iris akan selalu menjadi program hatinya selamanya, cinta yang terpatri dalam kode, cinta yang takkan pernah bisa dihapus. Ia memeluk Kode erat-erat, bersyukur atas kebahagiaan yang telah ia temukan. Cintanya pada Iris bukan hanya sebuah program, tetapi sebuah algoritma yang terus berkembang, menyempurnakan kehidupannya hari demi hari. Dan ia tahu, baris kode misterius itu, entah bagaimana caranya, telah menuntunnya menuju takdirnya.