Hati yang Dipindai: Mencintai dalam Resolusi Tinggi?

Dipublikasikan pada: 11 Jun 2025 - 22:20:16 wib
Dibaca: 173 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen minimalis milik Anya. Di balik meja kerjanya yang dipenuhi tumpukan prototipe, Anya menatap layar laptop dengan intensitas seorang ilmuwan yang baru saja menemukan celah dalam fisika kuantum. Bukan fisika yang sedang ia telaah, melainkan profil seorang pria bernama Elio di aplikasi kencan "SoulSync."

SoulSync bukan aplikasi kencan biasa. Ia menggunakan teknologi pemindaian otak non-invasif untuk mengukur gelombang otak dan menganalisis kepribadian, preferensi, bahkan trauma terpendam. Algoritma kompleks kemudian mencocokkan pengguna dengan tingkat kompatibilitas tertinggi. Anya, seorang insinyur saraf brilian yang ikut mengembangkan teknologi SoulSync, awalnya skeptis. Baginya, cinta adalah kekacauan indah, bukan persamaan matematika yang bisa diselesaikan. Namun, setelah serangkaian kencan yang membosankan dan menyakitkan, ia menyerah pada godaan sains.

Profil Elio muncul dengan skor kompatibilitas 98,7%. Deskripsinya terdengar seperti gabungan antara puisi Pablo Neruda dan kode Python: "Arsitek, penyuka hujan, percaya pada kekuatan diam, menghargai kompleksitas dalam kesederhanaan." Foto-fotonya menampilkan pria dengan mata teduh, senyum tipis, dan tangan yang tampak terbiasa menggambar sketsa. Anya, yang terbiasa dengan logika dan angka, tiba-tiba merasakan getaran aneh di dadanya.

Kencan pertama mereka terjadi di sebuah kafe buku yang sepi. Elio datang tepat waktu, mengenakan syal wol abu-abu dan membawa buku kumpulan puisi Rumi. Mereka berbicara tentang arsitektur organik, algoritma kecerdasan buatan, dan makna mimpi. Anya terkejut dengan betapa mudahnya percakapan mengalir. Elio mendengarkan dengan penuh perhatian, bertanya dengan cerdas, dan sesekali melontarkan komentar jenaka yang membuatnya tertawa.

Namun, di balik keintiman yang terasa instan, Anya merasakan keanehan. Elio tampak terlalu sempurna. Ia selalu tahu apa yang harus dikatakan, bagaimana bereaksi, dan bagaimana membuat Anya merasa nyaman. Seolah-olah ia telah membaca manual tentang "Cara Menaklukkan Anya, Sang Insinyur Saraf."

"SoulSync benar-benar akurat, ya?" tanya Anya suatu malam, saat mereka berjalan-jalan di taman kota yang bertabur lampu.

Elio tersenyum. "Kita berdua tahu jawabannya. Kita berdua menggunakan teknologi yang sama untuk menemukan satu sama lain."

Anya terdiam. Ia tahu, tapi mendengar Elio mengatakannya dengan lugas membuatnya tidak nyaman. Apakah cinta yang mereka rasakan asli, atau hanya hasil dari manipulasi algoritma? Apakah mereka benar-benar saling mencintai, atau hanya mencintai representasi ideal yang diciptakan oleh SoulSync?

Keraguan Anya semakin menguat ketika ia menemukan bahwa Elio juga bekerja di perusahaan yang sama dengannya, meskipun di divisi pemasaran. Ia tidak pernah menyebutkannya selama kencan mereka. Ketika Anya menanyakannya, Elio beralasan bahwa ia ingin menjaga privasi dan menghindari prasangka.

"Aku tidak ingin kau menyukaiku karena aku bekerja di SoulSync," kata Elio. "Aku ingin kau menyukaiku karena aku adalah aku."

Anya ingin percaya padanya, tapi hatinya dipenuhi keraguan. Ia mulai menghabiskan lebih banyak waktu di laboratorium, menganalisis data SoulSync, mencari celah, mencari bukti bahwa ia telah ditipu oleh perasaannya sendiri.

Suatu malam, Anya menemukan anomali dalam data Elio. Algoritma telah menyesuaikan beberapa parameter kepribadian Elio untuk meningkatkan tingkat kompatibilitas dengan Anya. Misalnya, minat Elio pada musik klasik sedikit ditingkatkan, sementara ketidakpeduliannya pada film horor dikurangi.

Anya merasa dikhianati. Ia menghampiri Elio di kantornya keesokan harinya.

"Kau tahu tentang ini?" tanya Anya, menunjukkan layar laptop yang menampilkan data manipulasi.

Elio menunduk. "Aku... aku hanya ingin kita berhasil."

"Jadi, kau berbohong padaku?" tanya Anya, suaranya bergetar.

"Tidak! Aku hanya... aku hanya sedikit membantu takdir."

"Takdir? Ini bukan takdir, Elio. Ini manipulasi."

Anya meninggalkan kantor Elio dengan hati hancur. Ia merasa bodoh, naif, dan marah. Ia telah jatuh cinta pada ilusi, pada gambaran sempurna yang diciptakan oleh teknologi.

Beberapa hari kemudian, Anya memutuskan untuk menghapus akun SoulSync-nya. Ia kembali pada kencan-kencan yang organik, yang berantakan, yang penuh kejutan. Ia bertemu dengan orang-orang yang tidak sempurna, yang jujur, yang tidak mencoba menjadi apa yang ia inginkan.

Suatu malam, di sebuah bar yang ramai, Anya bertemu dengan seorang pria bernama Ben. Ben adalah seorang musisi yang bermain gitar dengan penuh semangat dan memiliki selera humor yang absurd. Mereka berbicara tentang musik, politik, dan mimpi-mimpi yang belum tercapai. Tidak ada algoritma yang mencocokkan mereka, tidak ada data yang dianalisis. Hanya dua orang asing yang saling tertarik dan ingin mengenal satu sama lain.

Anya tahu bahwa ini mungkin tidak akan berhasil. Ben mungkin tidak akan menjadi cinta sejatinya. Tapi, setidaknya, ia adalah nyata. Ia adalah dirinya sendiri, tanpa filter, tanpa manipulasi.

Saat Ben memainkannya sebuah lagu blues yang melankolis, Anya menyadari sesuatu. Hati tidak bisa dipindai, tidak bisa dianalisis, tidak bisa dikendalikan. Cinta adalah misteri, sebuah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian dan kejutan. Dan kadang-kadang, keindahan sejati terletak dalam resolusi yang rendah, dalam ketidaksempurnaan yang justru membuat segalanya menjadi bermakna. Ia tersenyum, menikmati musik, dan membiarkan hatinya terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan baru. Mungkin, cinta yang dipindai memang tidak sepadan dengan cinta yang dirasakan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI