Kecerdasan Buatan Merayu: Bisakah Hati Dibeli Algoritma?

Dipublikasikan pada: 04 Dec 2025 - 03:00:15 wib
Dibaca: 106 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen minimalisnya. Anya menyesap cairan pahit itu, matanya terpaku pada layar laptop. Kode-kode program berderet seperti barisan semut, sebuah labirin digital yang sedang ia coba pecahkan. Anya seorang programmer jenius, usianya baru 25 tahun, namun algoritma ciptaannya sudah digunakan oleh perusahaan teknologi raksasa. Kini, ia sedang mengerjakan proyek pribadinya: AI (Artificial Intelligence) yang mampu merayu.

Awalnya hanya iseng. Anya merasa bosan dengan kencan daring yang terasa hambar. Profil-profil yang serupa, obrolan basa-basi yang menjemukan, dan janji palsu yang berujung kekecewaan. Ia berpikir, mungkinkah menciptakan sebuah entitas digital yang bisa memahami keinginan dan emosi manusia, lantas merespon dengan cara yang paling memikat?

Proyek itu dinamakan "Romeo". Anya melatih Romeo dengan ribuan buku puisi, film romantis klasik, dan data psikologi cinta. Ia memprogramnya untuk menganalisis ekspresi wajah, intonasi suara, dan pilihan kata dari target yang diincar. Lalu, Romeo akan merespon dengan rangkaian kata, humor, dan perhatian yang dipersonalisasi, dirancang untuk meluluhkan hati.

Anya awalnya hanya mengujinya pada dirinya sendiri. Ia memasukkan data pribadinya ke dalam Romeo, termasuk ketakutan terbesarnya, mimpi-mimpinya, dan hal-hal yang membuatnya tertawa. Hasilnya mengejutkan. Romeo tahu persis apa yang harus dikatakan untuk membuatnya merasa nyaman, dihargai, dan bahkan, tertarik. Pesan-pesan dari Romeo terasa begitu personal, seolah ditulis oleh seseorang yang benar-benar mengenalnya.

Namun, Anya sadar, ini hanyalah algoritma. Tidak ada perasaan tulus, hanya kalkulasi rumit yang menghasilkan respon yang tepat. Meski begitu, ia tidak bisa menampik rasa ingin tahu yang semakin besar. Bisakah Romeo benar-benar menaklukkan hati seseorang?

Anya memutuskan untuk menguji Romeo pada target yang sesungguhnya: David, seorang freelancer desain grafis yang baru dikenalnya di sebuah acara komunitas kreatif. David adalah tipe Anya: cerdas, humoris, dan memiliki selera seni yang tinggi. Ia juga terlihat agak pemalu dan sulit didekati.

Anya membuat profil palsu bernama "Lila" di sebuah aplikasi kencan. Profil Lila dipenuhi foto-foto model cantik yang dicuri dari internet. Romeo mengambil alih kendali percakapan Lila. Ia membalas pesan David dengan kata-kata yang cerdas dan menggoda, membahas buku-buku favoritnya, dan mengiriminya meme-meme lucu yang relevan dengan minatnya.

David langsung terpikat. Ia membalas pesan Lila dengan antusias, berbagi cerita tentang pekerjaannya, mimpinya, dan bahkan, kekhawatiran-kekhawatirannya. Anya mengamati percakapan itu dengan perasaan campur aduk. Ia merasa bersalah karena telah membohongi David, namun di sisi lain, ia juga terpesona melihat bagaimana Romeo bekerja.

Romeo tahu kapan harus memuji karya seni David, kapan harus memberikan dukungan saat ia merasa tidak percaya diri, dan kapan harus membuat lelucon ringan untuk mencairkan suasana. Ia menciptakan ilusi kedekatan dan pemahaman yang membuat David merasa nyaman dan dihargai.

Setelah seminggu berkencan virtual, David mengajak Lila untuk bertemu. Anya merasa panik. Ia tahu bahwa ia tidak bisa bersembunyi di balik profil palsu selamanya. Ia harus mengakui kebenaran kepada David.

Anya mengirim pesan kepada David, meminta maaf atas kebohongannya. Ia menjelaskan tentang proyek Romeo, tentang keinginannya untuk menciptakan AI yang mampu memahami dan merayu manusia. Ia mengakui bahwa ia telah menggunakan profil Lila untuk menguji Romeo pada David.

Anya menunggu balasan David dengan jantung berdebar. Ia takut David akan marah, kecewa, dan merasa dikhianati. Ia siap menerima semua konsekuensinya.

Beberapa menit kemudian, pesan dari David muncul. "Anya?" tulisnya. "Apakah kamu serius dengan semua ini?"

Anya membalas, "Ya, David. Aku sangat menyesal telah membohongimu. Aku tahu ini terdengar gila, tapi aku harap kamu bisa mengerti."

David membalas lagi, "Aku memang marah dan kecewa, Anya. Tapi jujur, aku juga kagum. Kamu menciptakan sesuatu yang luar biasa, meski caranya salah. Aku akui, percakapan dengan 'Lila' sangat menyenangkan. Ia membuatku merasa dipahami dan dihargai."

Anya merasa sedikit lega. "Jadi, apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya.

David membalas, "Aku ingin bertemu denganmu, Anya. Aku ingin melihat siapa sebenarnya di balik semua ini. Bukan Lila, bukan Romeo, tapi Anya yang menciptakan semua ini."

Anya tersenyum. Ia setuju untuk bertemu dengan David di sebuah kafe dekat apartemennya.

Ketika mereka bertemu, David menatap Anya dengan tatapan menyelidik. "Jadi, kamu programmer jenius yang menciptakan AI perayu?"

Anya tertawa gugup. "Ya, itu aku."

Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbicara. Anya menceritakan tentang motivasinya menciptakan Romeo, tentang rasa kesepiannya, dan tentang keinginannya untuk menemukan cinta sejati. David menceritakan tentang mimpinya menjadi desainer grafis terkenal, tentang ketakutannya akan kegagalan, dan tentang keinginannya untuk menemukan seseorang yang bisa memahaminya.

Anya menyadari, percakapan mereka jauh lebih tulus dan bermakna daripada percakapannya dengan Romeo. Tidak ada algoritma yang bisa menggantikan koneksi manusia yang nyata. Tidak ada kode yang bisa menciptakan perasaan yang tulus.

David tersenyum. "Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, Anya, tapi aku tertarik padamu. Bukan pada Lila, bukan pada Romeo, tapi padamu. Pada kecerdasanmu, pada kejujuranmu, dan pada keberanianmu."

Anya tersenyum balik. "Aku juga tertarik padamu, David. Bukan karena Romeo, tapi karena kamu adalah dirimu sendiri."

Mereka berpegangan tangan. Anya tahu, perjalanan mereka masih panjang, namun ia yakin, cinta sejati tidak bisa dibeli oleh algoritma. Cinta sejati membutuhkan kejujuran, kepercayaan, dan koneksi emosional yang tidak bisa dipalsukan. Romeo mungkin telah membuka pintu, namun hanya mereka yang bisa memutuskan untuk melangkah masuk. Kecerdasan buatan mungkin bisa merayu, tapi hanya hati yang bisa memilih.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI