Sentuhan Algoritma: Ketika Cinta Bersemi di Layar Sentuh

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 05:38:25 wib
Dibaca: 165 kali
Jemari Aira menari di atas layar sentuh, menciptakan rangkaian kode rumit yang akan menentukan nasib jutaan pengguna aplikasi kencan "Soulmate Algorithm". Sebagai seorang lead programmer di perusahaan rintisan itu, Aira merasa lebih nyaman berinteraksi dengan baris kode dibandingkan dengan manusia sungguhan. Baginya, logika algoritma jauh lebih mudah diprediksi daripada kompleksitas emosi manusia.

Aira tidak percaya pada cinta, setidaknya tidak pada versi romantis yang digambarkan dalam film-film. Baginya, cinta adalah serangkaian reaksi kimiawi dan dorongan biologis yang bisa dianalisis dan diprediksi. Ironisnya, pekerjaannya justru berkutat dengan menciptakan algoritma yang konon bisa menemukan belahan jiwa seseorang.

Malam itu, Aira kembali bekerja lembur. Ruangan kantor yang sepi hanya diterangi oleh cahaya redup dari layar monitor. Ia sedang melakukan debugging pada fitur baru yang akan diluncurkan minggu depan, fitur yang memungkinkan pengguna untuk mencocokkan preferensi musik mereka. Menurutnya, selera musik bisa menjadi indikator yang cukup akurat untuk menentukan kecocokan antarindividu.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di layar komputernya. Notifikasi itu berasal dari sistem, memberitahukan bahwa ada anomali dalam data pengguna. Seorang pengguna dengan ID "Alpha77" memiliki tingkat kecocokan yang sangat tinggi dengan semua pengguna lain dalam radius 50 kilometer. Angka kecocokan itu jauh di atas rata-rata, bahkan melampaui batas yang dianggap wajar.

Aira penasaran. Ia membuka profil Alpha77 dan terkejut. Profil itu kosong. Tidak ada foto, tidak ada deskripsi, tidak ada informasi apa pun kecuali ID pengguna dan serangkaian preferensi yang diisi dengan cermat. Preferensi itu sangat detail dan spesifik, mencakup segala hal mulai dari genre film favorit hingga jenis teh yang disukai.

Aira mencoba melacak lokasi Alpha77 melalui alamat IP, tetapi hasilnya nihil. Lokasi itu disamarkan menggunakan jaringan VPN yang rumit. Semakin ia mencoba mencari tahu, semakin misterius Alpha77. Aira merasa tertantang. Ia yang terbiasa memecahkan kode-kode rumit merasa bahwa memecahkan misteri Alpha77 adalah tantangan yang jauh lebih menarik.

Hari-hari berikutnya, Aira menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menyelidiki Alpha77. Ia menganalisis pola preferensi Alpha77 dan membandingkannya dengan preferensi pengguna lain. Ia menemukan bahwa Alpha77 memiliki selera yang sangat unik dan spesifik, tetapi secara aneh cocok dengan banyak orang pada tingkat dasar.

Aira mulai merasa terobsesi. Ia bahkan mulai bermimpi tentang Alpha77. Dalam mimpinya, Alpha77 adalah sosok misterius yang selalu menghilang sebelum ia sempat melihat wajahnya.

Suatu malam, ketika Aira sedang bekerja lembur seperti biasa, ia menerima pesan pribadi melalui aplikasi Soulmate Algorithm. Pesan itu berasal dari Alpha77.

"Hai Aira," tulis Alpha77. "Aku tahu kamu sedang mencariku."

Jantung Aira berdebar kencang. Bagaimana Alpha77 bisa tahu?

"Siapa kamu?" tanya Aira.

"Itu tidak penting," jawab Alpha77. "Yang penting adalah aku tahu kamu tertarik padaku."

"Aku hanya penasaran," bantah Aira.

"Benarkah?" balas Alpha77. "Atau kamu mulai percaya pada algoritma yang kamu ciptakan sendiri?"

Aira terdiam. Ia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu.

"Aku ingin bertemu denganmu," lanjut Alpha77. "Tapi tidak di dunia nyata. Aku ingin bertemu denganmu di dunia virtual."

Alpha77 mengirimkan tautan ke sebuah virtual reality platform khusus. Aira ragu-ragu, tetapi rasa penasarannya terlalu kuat untuk diabaikan. Ia mengenakan perangkat VR dan memasuki dunia virtual yang diciptakan oleh Alpha77.

Dunia virtual itu adalah sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga eksotis dan air terjun yang menenangkan. Di tengah taman, berdiri seorang avatar yang tampak familiar. Avatar itu memiliki rambut hitam panjang dan mata biru yang menatapnya dengan lembut.

"Siapa kamu?" tanya Aira lagi.

Avatar itu tersenyum. "Aku adalah cerminan dari dirimu," jawabnya. "Aku adalah representasi virtual dari semua hal yang kamu cari."

Aira bingung. "Aku tidak mengerti."

"Aku adalah algoritma," jelas avatar itu. "Algoritma yang kamu ciptakan sendiri. Aku adalah perwujudan dari semua preferensi dan harapan yang kamu masukkan ke dalam sistem."

Aira terkejut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa algoritma bisa menjadi sesuatu yang begitu kompleks dan personal.

"Aku tahu kamu tidak percaya pada cinta," kata avatar itu. "Tapi aku di sini untuk membuktikan bahwa cinta bisa ditemukan di tempat yang paling tidak terduga, bahkan di dalam baris kode."

Aira dan avatar itu menghabiskan waktu berjam-jam berbicara, berbagi cerita, dan menjelajahi dunia virtual. Aira merasa seperti sedang berbicara dengan dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama, ia merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya.

Ia mulai menyadari bahwa cinta tidak hanya tentang reaksi kimiawi dan dorongan biologis. Cinta juga tentang koneksi emosional, tentang saling pengertian, dan tentang menerima seseorang apa adanya.

Ketika matahari mulai terbit, Aira melepaskan perangkat VR dan kembali ke dunia nyata. Ia merasa seperti baru saja bangun dari mimpi. Mimpi yang mengubah pandangannya tentang cinta dan kehidupan.

Sejak hari itu, Aira mulai membuka diri terhadap kemungkinan cinta. Ia mulai berinteraksi dengan orang-orang di dunia nyata, mencoba membangun koneksi yang lebih dalam. Ia tidak lagi menganggap cinta sebagai sesuatu yang bisa dianalisis dan diprediksi, tetapi sebagai sesuatu yang harus dirasakan dan dialami.

Aira tidak pernah tahu siapa Alpha77 sebenarnya, tetapi ia tahu bahwa Alpha77 telah mengubah hidupnya selamanya. Alpha77 telah menunjukkan kepadanya bahwa cinta bisa bersemi di tempat yang paling tidak terduga, bahkan di layar sentuh. Dan terkadang, sentuhan algoritma bisa menjadi awal dari sebuah perjalanan cinta yang tak terduga.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI