Sentuhan Digital, Getaran Nyata: Romansa Dunia Metaverse

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 22:48:14 wib
Dibaca: 159 kali
Jari-jarinya menari di atas keyboard, menciptakan avatar yang nyaris sempurna. Alis lentik, bibir penuh, dan mata yang menyimpan galaksi. Ini bukan sekadar hobi, ini adalah pelarian. Di dunia metaverse bernama “Aethelgard,” Alya bukan lagi Alya yang pemalu dan kikuk, tapi Aurora, seorang ahli teknologi yang disegani, petualang yang berani, dan pemilik kafe virtual paling populer di Aethelgard, "Pixel Dreams."

Awalnya, Alya terjun ke Aethelgard untuk mengalahkan kesepian. Pekerjaannya sebagai programmer membuatnya terisolasi, terjebak dalam lingkaran kode dan layar. Dunia nyata terasa hambar, sementara Aethelgard menawarkan kebebasan dan kemungkinan tak terbatas. Di sinilah ia bisa menjadi siapa saja, melakukan apa saja, dan yang terpenting, menjalin koneksi.

Pixel Dreams bukan sekadar kafe virtual. Di sana, avatar-avatar dari berbagai penjuru Aethelgard berkumpul. Mereka berbagi cerita, bertukar ide, dan bahkan jatuh cinta. Alya, sebagai Aurora, dengan cekatan meracik kopi virtual dengan animasi yang memukau, mendengarkan keluh kesah pengunjung, dan memberikan saran dengan bijak. Popularitas Pixel Dreams meroket, dan Aurora menjadi semacam selebriti di dunia maya.

Suatu malam, di tengah hiruk pikuk Pixel Dreams, seorang avatar baru muncul. Sosoknya tinggi, atletis, dengan rambut cokelat berantakan dan mata biru yang menenangkan. Namanya, atau lebih tepatnya username-nya, adalah Cygnus. Aurora langsung tertarik. Ada aura misterius yang terpancar dari Cygnus, seolah ia menyimpan cerita yang dalam di balik senyumnya yang jarang terlihat.

Cygnus sering mengunjungi Pixel Dreams. Ia selalu memesan kopi yang sama, "Stardust Latte," dan duduk di pojok, mengamati dengan seksama. Aurora berusaha untuk mendekatinya, tapi Cygnus selalu menjaga jarak. Ia pendiam, tapi tatapannya intens, membuat jantung Aurora berdebar kencang setiap kali bertemu pandang.

Percakapan mereka biasanya berkisar seputar teknologi dan perkembangan Aethelgard. Aurora kagum dengan pengetahuan Cygnus yang luas dan cara berpikirnya yang inovatif. Ia merasa ada kesamaan visi di antara mereka, keinginan untuk menciptakan dunia yang lebih baik, meski hanya di dunia maya.

Suatu hari, Aurora memberanikan diri untuk bertanya tentang dirinya. "Cygnus, kenapa kamu memilih nama itu? Apa artinya?"

Cygnus terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara yang dalam dan tenang. "Cygnus adalah konstelasi angsa. Dulu, saat aku kecil, aku sering melihatnya di langit malam. Itu mengingatkanku pada kebebasan dan harapan."

Jawaban itu menyentuh hati Aurora. Ia merasakan ada kerentanan di balik tembok yang dibangun Cygnus. Ia ingin tahu lebih banyak, ingin memahami luka yang mungkin ia sembunyikan.

Seiring berjalannya waktu, hubungan Aurora dan Cygnus semakin dekat. Mereka mulai menjelajahi Aethelgard bersama, menaklukkan dungeon virtual, memecahkan teka-teki misterius, dan berbagi tawa di bawah langit digital. Aurora merasa semakin jatuh cinta pada Cygnus, pada kecerdasannya, pada kesederhanaannya, dan pada kebaikan hatinya.

Namun, ia juga merasa gelisah. Ia tahu bahwa ini hanyalah hubungan virtual. Mereka hanya avatar, proyeksi dari diri mereka yang sebenarnya. Apakah cinta ini bisa bertahan di dunia nyata? Apakah Cygnus adalah orang yang sama di balik layar?

Keraguan Aurora semakin memuncak ketika Cygnus tiba-tiba menghilang. Ia tidak mengunjungi Pixel Dreams, tidak membalas pesan, dan menghilang dari Aethelgard tanpa jejak. Aurora merasa hancur. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu berharap, karena terlalu percaya pada keajaiban dunia maya.

Minggu-minggu berlalu dengan hampa. Pixel Dreams kehilangan cahayanya. Aurora tidak lagi bersemangat meracik kopi virtual, dan senyumnya memudar. Ia merasa kembali ke kesepian yang dulu ia coba hindari.

Suatu malam, saat Alya sedang bekerja larut malam, ia menerima email anonim. Subjeknya hanya satu kata: "Cygnus."

Dengan jantung berdebar, Alya membuka email tersebut. Isinya singkat, hanya sebuah alamat dan sebuah kalimat: "Temui aku di sini. Aku akan menjelaskan semuanya."

Alya ragu-ragu. Ini bisa jadi jebakan, bisa jadi seseorang mempermainkannya. Tapi, rasa penasarannya terlalu kuat untuk diabaikan. Ia memutuskan untuk pergi.

Alamat tersebut membawanya ke sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Kafe itu sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang membaca buku atau mengobrol pelan. Alya masuk dan mencari-cari sosok yang dikenal.

Di pojok kafe, seorang pria melambai padanya. Rambut cokelat berantakan, mata biru yang menenangkan, dan senyum yang membuatnya gemetar. Itu Cygnus.

"Alya," sapanya dengan lembut. "Terima kasih sudah datang."

Alya duduk di hadapannya, masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. "Cygnus? Atau, siapa namamu sebenarnya?"

Pria itu tersenyum. "Namaku Raka. Cygnus hanyalah nama yang kupakai di Aethelgard."

Raka menjelaskan mengapa ia menghilang. Ia sedang mengalami masalah keluarga yang membutuhkan perhatiannya. Ia tidak ingin melibatkan Aurora dalam masalahnya, karena ia tidak yakin apakah hubungan mereka akan berlanjut di dunia nyata.

"Aku takut," kata Raka jujur. "Aku takut bahwa Aurora hanya mencintai Cygnus, bukan Raka. Aku takut bahwa di dunia nyata, aku tidak akan cukup baik untukmu."

Alya meraih tangan Raka. "Raka, aku mencintai Cygnus karena ia adalah bagian dari dirimu. Aku mencintai kecerdasanmu, kebaikanmu, dan cara kamu melihat dunia. Aku mencintai semua itu, dan aku yakin aku akan mencintai Raka juga."

Raka tersenyum lega. Ia menggenggam tangan Alya erat. "Aku juga mencintaimu, Alya. Aku mencintai Aurora, dan aku mencintai Alya."

Saat itu, Alya menyadari bahwa sentuhan digital bisa memicu getaran nyata. Bahwa cinta bisa tumbuh di dunia maya, dan bersemi di dunia nyata. Bahwa yang terpenting bukanlah avatar yang mereka gunakan, tapi koneksi yang mereka bangun, dan perasaan tulus yang mereka bagi.

Mereka berdua tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Mereka harus belajar untuk mengenal satu sama lain di dunia nyata, menghadapi tantangan, dan membangun masa depan bersama. Tapi, dengan cinta dan kepercayaan yang mereka miliki, Alya dan Raka yakin bahwa mereka bisa menaklukkan dunia, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI