Cinta, Algoritma, dan Kode yang Patah Hati

Dipublikasikan pada: 21 Nov 2025 - 00:00:14 wib
Dibaca: 121 kali
Debu neon berputar-putar di layar komputernya, membentuk pusaran galaksi yang menenangkan. Maya, dengan rambut dicepol asal dan kaus kebesaran bertuliskan “`Error: Humanity Not Found`”, menatapnya dengan mata lelah. Ribuan baris kode telah ia geluti selama berjam-jam, mencoba memecahkan bug yang seolah mengejeknya. Tapi pikirannya tidak sepenuhnya di sana. Bayangan Arya, dengan senyumnya yang menawan dan mata yang selalu berbinar saat menjelaskan teori kompleksitas algoritma, terus menghantuinya.

Arya. Namanya seperti kode yang kini menjadi mimpi buruknya.

Mereka bertemu di sebuah hackathon, dua tahun lalu. Maya, si introvert jenius yang lebih nyaman berbicara dengan mesin daripada manusia, terpukau oleh Arya, si social butterfly yang mampu menerjemahkan bahasa biner menjadi puisi. Arya terpesona oleh kemampuan Maya membaca kode seperti membaca pikiran. Cinta mereka tumbuh seiring dengan kode yang mereka tulis bersama, menghasilkan aplikasi revolusioner yang menyederhanakan proses belajar pemrograman. Aplikasi itu sukses besar, membawa mereka ke puncak dunia teknologi dan, sayangnya, ke jurang perpisahan.

Sukses mengubah mereka. Arya, dengan cepat terbuai popularitas, mulai tertarik pada lingkaran sosial yang lebih gemerlap, dipenuhi investor dan eksekutif yang haus keuntungan. Maya, di sisi lain, merasa mual dengan ingar-bingar itu. Ia merindukan malam-malam tenang mereka berdua, tenggelam dalam kode, menciptakan sesuatu yang berarti. Perlahan, mereka menjauh. Percakapan berubah menjadi rapat. Sentuhan menjadi jabatan tangan. Cinta mereka, yang dulu sekuat algoritma enkripsi terbaik, perlahan terfragmentasi, terhapus, menjadi baris kode yang rusak.

Perpisahan itu pahit. Arya mengatakan bahwa mereka memiliki visi yang berbeda. Maya tahu yang sebenarnya. Arya lebih memilih kilauan kesuksesan daripada keintiman yang mereka bangun. Maya berusaha menerima, mencoba menghapus Arya dari sistemnya, memformat ulang hatinya. Tapi, seperti bug yang sulit dilacak, kenangan Arya terus muncul, menghambat setiap usahanya untuk melangkah maju.

Bug yang sedang ia hadapi ini adalah bagian dari proyek baru. Aplikasi AI yang dirancang untuk membantu orang menemukan pasangan yang cocok berdasarkan data kepribadian dan preferensi. Ironis, pikir Maya, menciptakan sesuatu yang ia sendiri gagal pertahankan. Setiap baris kode yang ia tulis terasa seperti sindiran. Setiap algoritma terasa hampa.

Tiba-tiba, sebuah pesan muncul di layar. Dari Arya. Jantung Maya berdebar kencang. Ia ragu-ragu sebelum membukanya.

“Maya, aku tahu ini sudah lama. Aku tahu aku menyakitimu. Tapi aku perlu bantuanmu. Aplikasi kita… ada masalah. Seseorang mencoba meretas sistem, mencuri data pengguna. Aku sudah mencoba semuanya, tapi aku tidak bisa memperbaikinya. Hanya kamu yang tahu kode itu sebaik aku. Bisakah kamu membantuku?”

Maya terdiam. Perasaannya campur aduk. Kemarahan, kekecewaan, dan kerinduan berputar-putar dalam dirinya. Membantu Arya berarti membuka kembali luka lama. Tapi, di sisi lain, kode yang mereka buat bersama adalah bagian dari dirinya. Membiarkannya jatuh ke tangan yang salah terasa seperti pengkhianatan.

Ia mengetik balasan: “Kirimkan kode yang bermasalah.”

Selama berhari-hari, Maya tenggelam dalam kode aplikasi mereka. Setiap baris kode membangkitkan kenangan. Tawa mereka saat berhasil memecahkan masalah yang sulit. Ciuman pertama mereka di depan layar komputer. Ia bisa merasakan sentuhan Arya di setiap komentar kode.

Ia menemukan celah keamanan yang parah. Seseorang telah menanamkan backdoor yang memungkinkan mereka mengakses data pribadi pengguna. Mereka mencoba menggunakannya untuk tujuan yang jahat. Maya bekerja tanpa henti, memperbaiki kode, menutup celah, dan menambal sistem.

Ketika akhirnya berhasil, ia merasa lega sekaligus hancur. Ia telah menyelamatkan aplikasi mereka. Ia telah menyelamatkan reputasi Arya. Tapi ia juga menyadari sesuatu yang lebih dalam. Ia tidak bisa terus hidup dalam bayangan masa lalu. Ia harus melepaskan Arya, melepaskan kode yang patah hati.

Ia mengirimkan pesan kepada Arya: “Masalah sudah diatasi. Aplikasi aman.”

Arya membalas dengan cepat: “Terima kasih, Maya. Aku berhutang budi padamu. Bisakah kita bertemu? Aku ingin menjelaskan semuanya.”

Maya menarik napas dalam-dalam. “Tidak perlu, Arya. Kita sudah menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan. Sekarang, saatnya kita berdua melanjutkan hidup.”

Ia mematikan komputernya. Debu neon menghilang, meninggalkan layar gelap. Maya berdiri dan berjalan menuju jendela. Cahaya matahari pagi menyinari wajahnya. Ia merasa ringan, seolah beban berat telah terangkat dari pundaknya.

Ia tidak akan melupakan Arya. Kenangan mereka akan selalu menjadi bagian dari dirinya. Tapi ia tidak akan membiarkan masa lalu menentukan masa depannya. Ia akan menulis kode baru, menciptakan algoritma baru, dan membuka hati untuk cinta yang lebih baik. Cinta yang tidak hanya tentang kesuksesan dan popularitas, tapi tentang keintiman, kejujuran, dan koneksi yang tulus.

Ia masih percaya pada cinta. Hanya saja, kali ini, ia akan memastikan bahwa algoritma cintanya tidak memiliki bug.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI