Algoritma Hati: Terjebak Nostalgia, Cinta dalam Piksel Usang

Dipublikasikan pada: 17 Nov 2025 - 02:40:12 wib
Dibaca: 131 kali
Debu digital menempel di layar laptop usang itu. Jari-jari Layla menari di atas keyboard, mengetik baris demi baris kode yang sudah lama ditinggalkannya. Bukan kode pekerjaan, bukan juga proyek iseng. Ini adalah kode nostalgia, kode yang menyimpan kepingan memorinya bersama Ardi, cinta pertamanya.

Lima tahun lalu, mereka bertemu di forum daring para pengembang game indie. Ardi, dengan avatar serigala putihnya, selalu punya ide-ide brilian. Layla, yang kala itu masih mahasiswa semester awal, terpesona oleh kecerdasan dan humornya. Mereka berkolaborasi menciptakan game sederhana berjudul "Pixel Love," sebuah kisah tentang dua karakter pixel yang saling jatuh cinta di dunia 8-bit.

Di sela-sela baris kode, di antara bug dan solusi, tumbuhlah benih-benih asmara. Mereka bertukar pesan larut malam, membahas algoritma dan perasaan dengan intensitas yang sama. Cinta mereka adalah kombinasi unik antara logika dan emosi, sebuah program yang berjalan mulus, tanpa crash, tanpa error.

Sampai kemudian, Ardi mendapatkan tawaran magang di sebuah perusahaan teknologi raksasa di Silicon Valley. Tawaran yang tak mungkin ditolak, kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya. Mereka berjanji untuk tetap bersama, untuk menjaga "Pixel Love" tetap berjalan.

Namun, realitas seringkali lebih kejam dari algoritma yang paling rumit. Jarak membentang, waktu menipis, dan kesibukan melenyapkan komunikasi. Layla merasa semakin jauh dari Ardi, seperti karakter pixel yang terperangkap di dunia yang berbeda. Akhirnya, pesan perpisahan itu datang, singkat dan dingin, seperti notifikasi error yang tak terhindarkan. "Maaf, Layla. Aku tidak bisa lagi."

Sejak saat itu, Layla mengubur "Pixel Love" dalam-dalam. Ia melanjutkan hidupnya, fokus pada karier dan berusaha melupakan kenangan bersama Ardi. Ia mengganti laptop usangnya dengan yang baru, lebih cepat, lebih modern. Ia mengganti bahasa pemrograman yang dulu mereka kuasai bersama dengan teknologi terbaru. Ia mencoba menghapus semua jejak Ardi dari kehidupannya.

Tapi malam ini, nostalgia menghantuinya. Ia menemukan laptop lama itu di gudang, teronggok di antara barang-barang yang terlupakan. Rasa penasaran mengalahkannya. Ia menghidupkan laptop itu, membiarkan debu digital berterbangan di udara. Layar berkedip, menampilkan sistem operasi yang sudah ketinggalan zaman. Lalu, ia menemukan folder "Pixel Love."

Jantung Layla berdegup kencang. Ia membuka file game itu, membiarkan karakter pixel Ardi dan Layla menari-nari di layar. Air mata menetes membasahi pipinya. Ia teringat semua janji, semua harapan, semua mimpi yang pernah mereka rajut bersama.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di layar. Sebuah pesan dari forum daring yang dulu mereka ikuti. Sebuah pesan dari akun SerigalaPutih.

"Layla?"

Jari-jari Layla gemetar mengetik balasan. "Ardi?"

Pesan balasan datang hampir seketika. "Aku tahu ini sudah lama sekali. Aku minta maaf."

Layla menahan napas. "Apa yang kamu inginkan?"

"Aku ingin menjelaskan. Aku ingin memperbaiki semuanya."

Percakapan daring itu berlangsung hingga larut malam. Ardi menceritakan semuanya. Bagaimana ia menyesal meninggalkan Layla, bagaimana ia merasa tersiksa oleh jarak dan kesibukan. Ia mengakui bahwa ia terlalu muda dan bodoh untuk memahami arti cinta sejati.

"Aku selalu memikirkanmu, Layla. Aku selalu menyimpan 'Pixel Love' dalam hatiku."

Layla mendengarkan semua penjelasan Ardi. Ia merasakan amarah dan kekecewaan perlahan menguap, digantikan oleh rasa rindu yang mendalam. Ia menyadari bahwa ia juga masih menyimpan "Pixel Love" dalam hatinya, terkubur di bawah lapisan kekecewaan dan kesedihan.

"Aku tahu ini mungkin terlambat," tulis Ardi. "Tapi aku ingin tahu, apakah ada kesempatan kedua untuk kita?"

Layla terdiam. Ia menatap layar laptop usangnya, membiarkan karakter pixel mereka berdansa di dunia 8-bit. Ia memikirkan semua risiko, semua kemungkinan, semua sakit hati yang mungkin terjadi lagi. Tapi ia juga memikirkan tentang cinta yang pernah mereka miliki, cinta yang begitu tulus dan murni.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengetik sebuah jawaban.

"Mungkin saja, Ardi. Mungkin saja."

Pesan itu terkirim. Layla mematikan laptop usangnya, membiarkan layar hitam itu memantulkan bayangan dirinya. Ia merasakan harapan baru tumbuh dalam hatinya, seperti program yang baru saja di-restart setelah crash. Ia tahu bahwa perjalanan ke depan tidak akan mudah. Akan ada bug, akan ada error, akan ada tantangan yang harus dihadapi.

Tapi ia juga tahu bahwa ia tidak sendirian. Ada Ardi, ada "Pixel Love," dan ada algoritma hati yang rumit namun indah, yang siap untuk dijalankan kembali. Mungkin saja, kali ini, program mereka akan berjalan dengan sempurna. Mungkin saja, kali ini, cinta mereka akan bertahan selamanya.

Layla tersenyum. Ia menutup mata dan membiarkan dirinya terbawa mimpi, mimpi tentang dua karakter pixel yang akhirnya menemukan jalan kembali satu sama lain, di dunia digital yang usang, di dalam algoritma hati yang tak pernah mati.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI