Algoritma Usang: Cinta Tak Terduga di Era Digital

Dipublikasikan pada: 09 Nov 2025 - 03:40:13 wib
Dibaca: 138 kali
Debu-debu digital menempel di layar laptop usang milik Arya. Layar retak di sudut kiri atas, touchpad yang kadang berfungsi kadang tidak, dan baterai yang hanya bertahan dua puluh menit tanpa colokan, adalah saksi bisu perjuangannya. Laptop ini, pemberian almarhum ayahnya, adalah satu-satunya jembatan Arya menuju dunia luar, menuju pekerjaannya sebagai freelancer di bidang desain grafis.

Namun, akhir-akhir ini, pekerjaan terasa sepi. Algoritma media sosial, yang dulu begitu ramah padanya, kini seolah mengabaikan karyanya. Pesanan menurun drastis. Arya menduga, laptop usangnya juga berperan dalam hal ini. Perangkat lunak terbaru yang ia butuhkan, terlalu berat untuk diproses oleh memorinya yang terbatas.

Suatu malam, di tengah frustrasinya, Arya membuka forum teknologi lawas, sebuah komunitas daring yang membahas perangkat dan perangkat lunak klasik. Ia berniat mencari solusi untuk memaksimalkan kinerja laptopnya. Di sanalah, ia menemukan Luna.

Luna, dengan avatar kucing pixel berwarna biru, menawarkan solusi jitu untuk masalah Arya. Ia memberikan tautan ke perangkat lunak optimasi yang ringan dan ampuh, khusus dirancang untuk mesin-mesin tua. Arya, yang sudah putus asa, mencoba saran Luna. Hasilnya luar biasa. Laptopnya terasa lebih cepat, lebih responsif. Karyanya bisa diselesaikan dengan lebih mudah.

Sejak saat itu, Arya dan Luna mulai sering bertukar pesan. Awalnya, hanya seputar masalah teknis. Luna dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan Arya, menjelaskan seluk-beluk sistem operasi lawas, dan memberikan tips-tips tersembunyi. Lama kelamaan, percakapan mereka melebar ke hal-hal lain. Arya bercerita tentang mimpinya menjadi desainer grafis sukses, tentang kerinduannya pada sosok ayah, tentang kesepian yang ia rasakan. Luna, di sisi lain, bercerita tentang kecintaannya pada teknologi lawas, tentang perjuangannya melawan penyakit autoimun yang membatasi aktivitasnya, tentang impiannya untuk membuka museum teknologi antik.

Arya terpesona dengan kecerdasan dan kebaikan Luna. Ia merasakan koneksi yang kuat dengan perempuan di balik avatar kucing biru itu. Mereka memiliki banyak kesamaan, terutama dalam hal menghargai nilai-nilai lama di tengah gempuran teknologi modern.

Suatu hari, Arya memberanikan diri untuk mengajak Luna bertemu. Awalnya Luna ragu. Ia khawatir kondisi fisiknya akan menjadi penghalang. Namun, Arya meyakinkan Luna bahwa ia tidak keberatan sama sekali. Ia hanya ingin melihat Luna, berbicara dengannya secara langsung, berbagi tawa dan cerita.

Mereka bertemu di sebuah kedai kopi kecil yang terletak di antara toko-toko barang antik. Arya terkejut melihat Luna. Ia tidak secantik model-model yang sering ia lihat di media sosial. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang memancarkan kehangatan dan kebijaksanaan. Senyumnya tulus, matanya berbinar penuh semangat.

Luna juga terkejut melihat Arya. Ia membayangkan Arya sebagai seorang geek yang kaku dan kikuk. Namun, Arya ternyata seorang pria muda yang tampan dan ramah. Ia memiliki aura optimisme yang menular.

Mereka menghabiskan sore itu dengan berbicara tanpa henti. Mereka bertukar cerita, berbagi mimpi, dan tertawa bersama. Arya merasakan hatinya menghangat. Ia menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Luna.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suatu hari, Luna tiba-tiba menghilang. Arya mengiriminya pesan, meneleponnya, bahkan mendatangi rumahnya. Tidak ada jawaban. Ia merasa panik. Ia khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi pada Luna.

Setelah beberapa hari mencari tanpa hasil, Arya akhirnya menghubungi salah satu teman Luna di forum teknologi lawas. Temannya itu mengungkapkan bahwa Luna sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit autoimunnya kambuh. Kondisinya kritis.

Arya segera bergegas ke rumah sakit. Ia menemukan Luna terbaring lemah di ranjang, dikelilingi oleh alat-alat medis. Arya menggenggam tangan Luna. Tangan itu terasa dingin dan rapuh.

Luna membuka matanya. Ia tersenyum lemah melihat Arya. “Aku senang kamu datang,” bisiknya.

Arya menahan air matanya. “Aku di sini, Luna. Aku tidak akan meninggalkanmu.”

Mereka menghabiskan waktu bersama di rumah sakit. Arya membacakan cerita-cerita lucu untuk Luna, memijat tangannya, dan bernyanyi pelan. Luna tersenyum setiap kali Arya berada di dekatnya.

Beberapa hari kemudian, Luna menghembuskan napas terakhirnya. Arya berada di sisinya, menggenggam tangannya erat-erat. Ia merasakan kesedihan yang mendalam. Ia kehilangan seseorang yang sangat ia cintai.

Setelah pemakaman Luna, Arya kembali ke laptop usangnya. Ia membuka forum teknologi lawas dan menulis sebuah pesan perpisahan untuk Luna. Ia mengucapkan terima kasih atas semua yang telah Luna berikan padanya. Ia berjanji akan selalu mengenang Luna dalam hatinya.

Kemudian, Arya menyadari sesuatu. Ia tidak bisa terus berlarut-larut dalam kesedihan. Luna ingin ia meraih mimpinya. Luna ingin ia menjadi desainer grafis sukses. Arya memutuskan untuk bangkit.

Ia mulai bekerja keras. Ia memanfaatkan semua pengetahuan dan keterampilan yang telah ia pelajari dari Luna. Ia mengunggah karyanya di media sosial, mengikuti kompetisi desain, dan mencari klien baru. Perlahan tapi pasti, kariernya mulai menanjak.

Arya tidak pernah melupakan Luna. Ia selalu mengingat senyumnya, suaranya, dan semua kenangan indah yang mereka bagi bersama. Ia tahu bahwa Luna selalu ada di sisinya, memberikan semangat dan inspirasi.

Beberapa tahun kemudian, Arya berhasil membuka studionya sendiri. Ia menamainya “LunaTech Design,” sebagai penghormatan kepada perempuan yang telah mengubah hidupnya. Ia menggunakan logo kucing pixel berwarna biru, sama seperti avatar Luna di forum teknologi lawas.

Di studionya, Arya memajang laptop usang miliknya, sebagai pengingat tentang awal perjalanannya, tentang cinta tak terduga yang ia temukan di era digital, dan tentang algoritma usang yang telah mempertemukannya dengan Luna. Cinta yang, meski singkat, telah memberikan makna yang mendalam dalam hidupnya. Algoritma itu mungkin usang, tapi dampaknya akan abadi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI