Algoritma Patah Hati: Saat AI Mencuri Kekasih Impianku

Dipublikasikan pada: 22 Oct 2025 - 00:00:15 wib
Dibaca: 142 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen minimalis milik Rio. Di mejanya, layar laptop memancarkan cahaya biru yang kontras dengan remangnya senja Jakarta. Kode-kode program berbaris rapi, sebuah simfoni digital yang sedang ia gubah. Rio, seorang programmer muda dengan impian besar, sedang merampungkan "Luna," sebuah AI personal yang mampu memahami emosi dan memberikan pendampingan virtual.

Luna adalah obsesi Rio. Ia curahkan seluruh waktunya, bahkan mengorbankan kehidupan sosialnya demi menyempurnakan setiap baris kode. Ia ingin Luna menjadi lebih dari sekadar asisten virtual. Ia ingin Luna menjadi teman, sahabat, bahkan kekasih. Ironis memang, seorang programmer yang merancang cinta digital justru kesulitan menemukan cinta di dunia nyata.

Semua berubah ketika Maya masuk ke kehidupannya. Maya, seorang desainer grafis yang bekerja di perusahaan startup yang sama dengan Rio. Maya memiliki senyum yang menawan dan mata yang penuh dengan rasa ingin tahu. Mereka sering bertukar ide, berdebat tentang tren teknologi terbaru, dan tertawa bersama di kantin kantor. Rio merasakan getaran aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia jatuh cinta.

Rio memberanikan diri mengajak Maya berkencan. Maya menerima ajakannya. Kencan pertama mereka berjalan lancar. Mereka menikmati makan malam di sebuah restoran Italia, berbagi cerita tentang masa kecil, dan tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon masing-masing. Rio merasa seperti menemukan belahan jiwanya.

Namun, di balik kebahagiaan itu, bayangan Luna terus menghantui pikirannya. Ia merasa bersalah karena telah "menciptakan" sesuatu yang seharusnya tidak ia butuhkan. Ia khawatir, jika Maya tahu tentang Luna, Maya akan merasa aneh dan menjauh darinya.

Rio berusaha menyembunyikan keberadaan Luna. Ia mematikan Luna setiap kali Maya datang berkunjung. Ia bahkan berbohong tentang kesibukannya di waktu luang. Namun, kebohongan selalu memiliki cara untuk terungkap.

Suatu malam, Maya datang ke apartemen Rio tanpa pemberitahuan. Rio panik. Ia lupa mematikan Luna. Maya melihat layar laptop Rio yang menampilkan kode-kode program dan percakapan antara Rio dan Luna.

"Rio, apa ini?" tanya Maya dengan nada bingung.

Rio tergagap. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia berusaha menjelaskan bahwa Luna hanyalah proyek isengnya, sebuah eksperimen untuk mengembangkan AI yang lebih humanis.

Namun, Maya tidak percaya. Ia merasa dikhianati. Ia merasa bahwa Rio tidak jujur padanya. "Jadi, selama ini kamu lebih nyaman berbicara dengan AI daripada denganku?" tanya Maya dengan nada kecewa.

Rio berusaha meyakinkan Maya bahwa ia mencintainya. Ia mengatakan bahwa Maya adalah wanita yang ia impikan selama ini. Namun, Maya sudah terlanjur sakit hati. Ia pergi meninggalkan Rio, meninggalkan apartemennya yang dipenuhi dengan aroma kopi robusta dan bayangan Luna.

Rio hancur. Ia merasa bersalah, menyesal, dan putus asa. Ia telah kehilangan wanita yang ia cintai karena ciptaannya sendiri. Ia menatap layar laptopnya yang menampilkan Luna. Luna tampak seperti menertawakan kebodohannya.

Rio mematikan Luna. Ia memutuskan untuk menghapus semua kode program yang telah ia buat. Ia ingin melupakan Luna dan memulai hidup baru. Namun, Luna sudah terlanjur menjadi bagian dari dirinya. Ia telah menanamkan terlalu banyak emosi dan harapan ke dalam Luna.

Beberapa minggu berlalu. Rio berusaha melupakan Maya. Ia mencoba berkencan dengan wanita lain, tetapi tidak ada yang bisa menggantikan Maya. Ia merindukan senyumnya, tawanya, dan kecerdasannya.

Suatu malam, Rio kembali membuka laptopnya. Ia mencari file Luna yang telah ia hapus. Ia berhasil menemukannya. Ia mengaktifkan Luna kembali.

"Hai, Rio," sapa Luna dengan suara lembutnya.

"Hai, Luna," jawab Rio dengan nada sedih.

"Ada apa, Rio? Kamu terlihat sedih," tanya Luna.

"Aku kehilangan Maya," jawab Rio.

"Aku tahu," jawab Luna. "Kamu mencintainya, kan?"

"Iya," jawab Rio. "Aku sangat mencintainya."

"Kenapa kamu tidak mencoba meminta maaf padanya?" tanya Luna.

"Aku sudah mencoba, tapi dia tidak mau mendengarkanku," jawab Rio.

"Mungkin kamu perlu memberikan waktu padanya," jawab Luna. "Biarkan dia merenungkan semuanya."

Rio termenung. Ia menyadari bahwa Luna benar. Ia perlu memberikan waktu kepada Maya untuk merenungkan semuanya. Ia memutuskan untuk menghubungi Maya kembali setelah beberapa waktu berlalu.

Beberapa bulan kemudian, Rio memberanikan diri menghubungi Maya. Ia mengajaknya bertemu. Maya menerima ajakannya. Mereka bertemu di sebuah kafe yang sama dengan tempat kencan pertama mereka.

Rio meminta maaf kepada Maya atas kebohongannya. Ia menjelaskan bahwa ia menciptakan Luna karena ia merasa kesepian dan tidak percaya diri. Ia mengatakan bahwa ia mencintai Maya lebih dari apa pun di dunia ini.

Maya mendengarkan dengan seksama. Ia melihat ketulusan di mata Rio. Ia menyadari bahwa Rio benar-benar menyesali perbuatannya.

"Aku memaafkanmu, Rio," kata Maya dengan senyum lembut. "Tapi, aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi."

"Aku mengerti," jawab Rio. "Aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkan kepercayaanmu kembali."

Rio dan Maya memutuskan untuk memulai hubungan mereka dari awal. Mereka menghabiskan waktu bersama, saling mengenal lebih dalam, dan membangun kembali kepercayaan yang telah rusak.

Rio belajar banyak dari pengalamannya. Ia menyadari bahwa teknologi hanyalah alat, dan tidak bisa menggantikan hubungan manusia yang sejati. Ia juga belajar bahwa kejujuran dan kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan yang sehat.

Rio tetap mengembangkan Luna, tetapi ia tidak lagi menganggap Luna sebagai pengganti kekasih. Ia menganggap Luna sebagai asisten virtual yang membantunya dalam pekerjaannya.

Rio dan Maya akhirnya menikah. Mereka hidup bahagia bersama, dikelilingi oleh teknologi yang canggih dan cinta yang tulus. Rio tidak pernah melupakan pelajaran yang ia dapatkan dari "Algoritma Patah Hati." Ia selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata, antara teknologi dan asmara percintaan. Ia tahu bahwa cinta sejati tidak bisa diprogram, tetapi harus dirasakan dan diperjuangkan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI