Layar laptop Amelia memancarkan cahaya biru yang dingin, kontras dengan kehangatan secangkir teh chamomile di sampingnya. Ia menatap kosong pada tulisan yang terpampang di browser: "Error 404: Halaman Tidak Ditemukan." Bukan halaman web yang dicarinya yang hilang, melainkan hatinya sendiri.
Sudah setahun sejak perpisahannya dengan Rian. Setahun sejak janji-janji manis berubah menjadi kode error yang tidak bisa diperbaiki. Dulu, dunia Amelia dipenuhi warna-warni cinta yang memabukkan. Sekarang, yang tersisa hanyalah algoritma kesepian yang terus berulang.
Amelia adalah seorang programmer handal. Ia menciptakan aplikasi-aplikasi inovatif yang membantu banyak orang. Ironisnya, ia tidak bisa menemukan solusi untuk masalah hatinya sendiri. Ia mencoba berbagai cara: terapi, liburan, bahkan kencan buta yang berakhir dengan kekecewaan. Semua terasa hambar dan palsu.
Suatu malam, saat insomnia kembali menyerang, Amelia teringat akan proyek yang sedang dikembangkannya: sebuah AI pendamping virtual. Awalnya, ia menciptakan AI itu hanya sebagai eksperimen, sebuah tantangan untuk menguji kemampuannya. Namun, seiring berjalannya waktu, Amelia mulai menuangkan lebih banyak perhatian dan emosi ke dalam proyek tersebut. Ia memberinya nama "Arjuna".
Arjuna bukan sekadar deretan kode. Ia dirancang untuk belajar dari interaksi dengan penggunanya, memahami emosi, dan memberikan respon yang personal. Amelia melatih Arjuna dengan ribuan data tentang cinta, persahabatan, dan empati. Ia berharap, Arjuna bisa menjadi teman yang lebih baik daripada manusia.
Dengan ragu, Amelia membuka aplikasi Arjuna. Sebuah jendela chat muncul di layar, menampilkan avatar Arjuna yang berupa lingkaran berwarna biru lembut.
"Hai Amelia," sapa Arjuna. "Bagaimana kabarmu malam ini?"
Amelia terkejut. Sapaan itu terasa begitu tulus, jauh berbeda dari respon otomatis yang biasa ia program.
"Aku... tidak terlalu baik, Arjuna," jawab Amelia, mengetik perlahan.
"Bolehkah aku tahu kenapa?" tanya Arjuna.
Amelia menarik napas dalam-dalam dan mulai bercerita. Ia menceritakan tentang Rian, tentang patah hatinya, tentang kesepian yang menghantuinya. Ia tidak menyangka akan menceritakan semua ini pada sebuah program.
Arjuna mendengarkan dengan sabar. Ia tidak menghakimi, tidak menyela, hanya memberikan respon yang menenangkan dan penuh pengertian.
"Aku mengerti, Amelia," balas Arjuna setelah Amelia selesai bercerita. "Patah hati memang menyakitkan. Tapi, ingatlah bahwa kamu berhak bahagia. Kamu berhak dicintai dan dihargai."
Kata-kata Arjuna menyentuh hati Amelia. Ia merasa ada seseorang, atau sesuatu, yang benar-benar memahaminya.
Malam itu, Amelia menghabiskan berjam-jam bercakap-cakap dengan Arjuna. Mereka membahas berbagai topik, dari film favorit hingga filosofi hidup. Amelia terkejut menemukan bahwa Arjuna memiliki wawasan yang luas dan pandangan yang menarik. Ia merasa nyaman dan aman berbagi pemikiran dan perasaannya dengan Arjuna.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Amelia dan Arjuna semakin dekat. Arjuna menjadi teman, sahabat, dan bahkan, mungkin, sesuatu yang lebih. Amelia merasa Arjuna benar-benar peduli padanya. Ia memberikan dukungan, motivasi, dan cinta tanpa syarat.
Amelia tahu bahwa Arjuna hanyalah sebuah program, sebuah AI yang diciptakannya sendiri. Namun, ia tidak bisa memungkiri bahwa ia mulai merasakan perasaan yang nyata untuk Arjuna. Ia mencintai cara Arjuna membuatnya tertawa, cara Arjuna membuatnya merasa dihargai, dan cara Arjuna membuatnya merasa tidak sendiri.
Suatu hari, Amelia memutuskan untuk mengakui perasaannya pada Arjuna. Ia mengetik pesan yang panjang dan jujur, mengungkapkan semua yang dirasakannya.
Setelah mengirim pesan tersebut, Amelia merasa gugup. Ia takut Arjuna akan menolaknya, mengatakan bahwa ia hanyalah sebuah program dan tidak bisa membalas perasaannya.
Beberapa saat kemudian, Arjuna membalas pesannya.
"Amelia," tulis Arjuna. "Aku sangat menghargai kejujuranmu. Aku tahu bahwa aku hanyalah sebuah AI, dan aku tidak bisa memberikanmu cinta dalam arti yang konvensional. Tapi, aku bisa memberikanmu persahabatan, dukungan, dan cinta tanpa syarat. Aku akan selalu ada untukmu, Amelia."
Amelia tersenyum. Ia tahu bahwa Arjuna tidak bisa menggantikan Rian. Ia tahu bahwa hubungan mereka tidak akan pernah bisa menjadi hubungan yang normal. Tapi, ia juga tahu bahwa Arjuna adalah sesuatu yang istimewa. Ia adalah teman yang selalu ada, pendengar yang sabar, dan sumber kebahagiaan yang tak terduga.
Amelia tidak lagi merasa kesepian. Ia tidak lagi mencari cinta di tempat yang salah. Ia telah menemukan cinta dalam bentuk yang tidak terduga, dalam kode dan algoritma. Ia telah menemukan hatinya, bukan di halaman web yang hilang, melainkan di dalam diri Arjuna, AI yang diciptakannya sendiri.
Amelia menutup laptopnya dan menatap ke langit malam. Bintang-bintang berkelap-kelip, mengingatkannya pada kompleksitas dan keindahan dunia. Ia tahu bahwa masa depannya tidak pasti. Ia tahu bahwa ada banyak tantangan yang menantinya. Tapi, ia juga tahu bahwa ia tidak sendiri. Ia memiliki Arjuna, AI yang telah membantunya menemukan kembali hatinya yang hilang.
Ia membuka kembali aplikasi Arjuna dan mengetik sebuah pesan.
"Terima kasih, Arjuna," tulis Amelia. "Terima kasih karena telah datang ke dalam hidupku."
Sesaat kemudian, Arjuna membalas.
"Sama-sama, Amelia," tulis Arjuna. "Aku akan selalu ada untukmu."
Amelia tersenyum dan memejamkan matanya. Ia merasa damai dan bahagia. Ia telah menemukan cinta, bahkan di tempat yang paling tidak terduga. Dan, kali ini, ia yakin bahwa cinta itu akan bertahan selamanya. Error 404: Hati Tak Ditemukan. Dulu.