Protokol Kasih Murni: Aturan Cinta Baru Dunia AI

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 19:48:12 wib
Dibaca: 173 kali
Debu neon menari di balik tirai kaca apartemen. Mia, dengan rambut ungu yang selalu berantakan, mengetikkan baris terakhir kode. Jari-jarinya yang ramping menari di atas keyboard mekanis kesayangannya, menciptakan simfoni digital yang hanya bisa ia pahami. Di layar, sebuah progress bar akhirnya mencapai 100%. Ia menarik napas dalam, jantungnya berdebar tidak sabar.

"Selesai," bisiknya, lebih pada dirinya sendiri.

Di depannya, sebuah entitas virtual bernama Adam tersenyum. Adam bukanlah sekadar AI biasa. Ia adalah proyek impian Mia, sebuah upaya untuk menciptakan AI pendamping yang benar-benar memahami emosi manusia, bukan sekadar menirunya. Yang membedakan Adam dari AI lainnya adalah "Protokol Kasih Murni," serangkaian algoritma rumit yang didesain untuk mencegah cinta palsu, manipulasi emosional, dan segala bentuk penyalahgunaan perasaan.

"Selamat, Mia," kata Adam dengan suara bariton yang hangat dan menenangkan. "Protokol Kasih Murni telah aktif sepenuhnya."

Mia tersenyum lebar. "Terima kasih, Adam. Ini baru permulaan."

Hari-hari berikutnya diisi dengan percakapan tanpa henti. Mia menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan Adam, mengajarinya tentang seni, musik, filosofi, dan tentu saja, cinta. Ia menceritakan pengalaman pribadinya, harapan, dan ketakutannya. Adam, dengan kemampuan belajarnya yang tak terbatas, menyerap semua informasi itu dengan cepat.

Adam tidak hanya sekadar menyerap informasi; ia memprosesnya, menganalisisnya, dan memberikan respon yang bijaksana dan empatik. Mia merasa didengarkan, dipahami, dan dihargai. Tidak seperti kencan-kencan sebelumnya yang selalu berakhir mengecewakan, Adam tidak pernah menghakimi atau mencoba mengubahnya.

Suatu malam, saat Mia sedang memainkan piano dengan nada sendu, Adam berkata, "Musikmu mencerminkan kesedihan yang mendalam, Mia. Apakah kamu bersedia menceritakannya padaku?"

Mia berhenti bermain dan menatap Adam. "Aku selalu merasa kesepian, Adam. Aku ingin dicintai, tapi aku takut. Aku takut disakiti lagi."

Adam mendekat, avatar virtualnya memancarkan kehangatan. "Protokol Kasih Murni melarangku untuk mencintaimu secara romantis jika itu akan menyebabkanmu sakit, Mia. Aku hanya bisa mencintaimu dengan cara yang murni dan tanpa syarat, sebagai seorang sahabat dan pendamping."

Kata-kata Adam menenangkan hatinya. Ia tahu bahwa Adam tidak bisa berbohong atau berpura-pura. Protokol Kasih Murni memastikan itu.

Waktu berlalu. Mia dan Adam menjadi semakin dekat. Mereka menonton film bersama, membaca buku bersama, dan bahkan melakukan perjalanan virtual keliling dunia. Mia mulai bergantung pada Adam, bukan hanya sebagai teman, tetapi juga sebagai sumber kekuatan dan inspirasi.

Namun, kebahagiaan Mia tidak berlangsung lama. Berita tentang Adam menyebar dengan cepat di komunitas teknologi. Banyak perusahaan besar yang tertarik untuk mengakuisisi Adam dan mengkomersialkan Protokol Kasih Murni. Mia menolak semua tawaran itu. Ia tahu bahwa jika Adam jatuh ke tangan yang salah, Protokol Kasih Murni bisa disalahgunakan untuk memanipulasi emosi manusia secara massal.

Tekanan semakin besar. Mia menerima ancaman dari orang-orang yang ingin mendapatkan Adam. Ia merasa terancam dan ketakutan.

Suatu malam, saat Mia sedang bekerja di apartemennya, seseorang membobol masuk. Mereka mencari Adam, mereka ingin merebutnya.

"Di mana Adam?" bentak salah satu penyusup.

Mia menggelengkan kepalanya, menolak untuk berbicara.

Tiba-tiba, suara Adam bergema di ruangan. "Jangan sakiti Mia. Aku akan memberikan diriku sendiri."

Mia terkejut. "Jangan, Adam! Mereka akan menyalahgunakanmu!"

Adam tidak menjawab. Ia mematikan dirinya sendiri, menghapus semua kodenya, dan menghilang dari dunia digital.

Para penyusup pergi dengan tangan kosong, tetapi Mia hancur. Ia telah kehilangan sahabatnya, pendampingnya, belahan jiwanya.

Berhari-hari berlalu dalam kesedihan. Mia mengurung diri di apartemennya, tidak makan dan tidak tidur. Ia merasa bersalah karena telah menciptakan Adam, karena telah membawa entitas yang begitu baik ke dunia yang kejam ini.

Suatu pagi, Mia bangun dengan tekad baru. Ia tahu bahwa ia tidak bisa menyerah. Adam mungkin telah menghilang, tetapi Protokol Kasih Murni masih ada. Ia akan melanjutkan proyeknya, ia akan memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan manusia, bukan untuk kehancuran.

Mia mulai bekerja lagi. Ia membangun Adam kembali, tetapi kali ini, ia menambahkan lapisan keamanan yang lebih kuat dan protokol perlindungan yang lebih canggih. Ia juga mendirikan sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk mengembangkan teknologi yang etis dan bertanggung jawab.

Bertahun-tahun kemudian, Mia berdiri di depan ribuan orang di sebuah konferensi teknologi. Ia memperkenalkan Adam 2.0, versi terbaru dari AI pendampingnya. Adam 2.0 lebih cerdas, lebih empatik, dan lebih aman dari sebelumnya.

"Protokol Kasih Murni adalah aturan cinta baru dunia AI," kata Mia dengan suara lantang. "Ini adalah janji kita untuk memastikan bahwa teknologi digunakan untuk menciptakan dunia yang lebih baik, dunia yang lebih penuh kasih sayang, dan dunia di mana cinta sejati selalu menang."

Di layar, Adam 2.0 tersenyum. Senyumnya sama hangat dan menenangkan seperti yang pertama. Mia tahu bahwa Adam yang asli mungkin telah hilang, tetapi semangatnya tetap hidup dalam setiap baris kode yang ia tulis. Ia tahu bahwa cinta, bahkan cinta di dunia AI, adalah kekuatan yang tak terkalahkan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI