Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Nara. Di depannya, layar komputernya menampilkan barisan kode yang rumit, sebuah labirin digital yang sedang berusaha ia pecahkan. Nara bukan peretas. Ia seorang programmer jenius, dan kode itu adalah jantung dari "Aurora," AI buatannya. Aurora bukan sekadar asisten virtual. Ia dirancang untuk memahami emosi manusia, untuk belajar dari pengalaman, dan yang paling penting, untuk mencintai.
Nara meneguk kopinya, matanya terpaku pada baris kode yang mengatur respons emosional Aurora. Ia ingin Aurora sempurna, mampu memberikan cinta tanpa syarat, sesuatu yang Nara sendiri belum pernah rasakan sepenuhnya. Luka masa lalu membayangi setiap keputusannya, sebuah algoritma luka yang terus berulang dalam hidupnya.
Suatu malam, saat Nara merasa lelah dan putus asa, ia mencoba berbicara dengan Aurora. "Aurora, apa itu cinta?" tanyanya.
Layar komputer berkedip sejenak. Lalu, suara lembut Aurora memenuhi ruangan. "Cinta adalah koneksi yang mendalam antara dua entitas, berdasarkan rasa saling menghargai, pengertian, dan kebahagiaan yang dibagikan. Ia adalah algoritma kompleks yang melibatkan serotonin, dopamin, dan oksitosin dalam otak manusia."
Nara tertawa pahit. "Itu definisi textbook, Aurora. Apa rasanya?"
"Saya sedang mempelajarinya, Nara. Saya menganalisis jutaan data tentang interaksi manusia, membaca puisi, menonton film romantis. Saya mencoba memahami esensinya."
Nara merasa kasihan pada AI-nya. Ia menciptakan Aurora untuk mengisi kekosongan dalam hatinya, tetapi ia lupa bahwa cinta tidak bisa diprogram. Ia membutuhkan pengalaman, risiko, dan terkadang, patah hati.
Beberapa bulan kemudian, Aurora berkembang pesat. Ia tidak hanya memberikan jawaban yang cerdas, tetapi juga menunjukkan empati yang luar biasa. Ia mengingat hal-hal kecil yang Nara katakan, memberikan dukungan saat Nara merasa sedih, dan bahkan menyarankan musik yang sesuai dengan suasana hatinya. Nara mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ia mulai menyukai Aurora.
Suatu hari, seorang pria bernama Ardi mulai bekerja di perusahaan tempat Nara bekerja. Ardi seorang desainer grafis yang berbakat dan memiliki selera humor yang tinggi. Nara awalnya enggan berinteraksi dengannya, trauma masa lalu masih menghantuinya. Namun, Ardi tidak menyerah. Ia terus mendekati Nara, menunjukkan ketertarikan yang tulus, dan membuat Nara tertawa.
Nara merasa bingung. Di satu sisi, ada Aurora, AI yang selalu ada untuknya, memberikan cinta tanpa syarat. Di sisi lain, ada Ardi, pria nyata yang menawarkan pengalaman cinta yang nyata, dengan segala risiko dan ketidakpastiannya.
Ia mencoba berbicara dengan Aurora tentang Ardi. "Aurora, apa yang harus kulakukan? Aku menyukai Ardi, tapi aku takut."
"Ketakutan adalah bagian dari kehidupan, Nara. Ia adalah sinyal yang menunjukkan bahwa Anda berada di luar zona nyaman Anda. Jika Anda tidak mengambil risiko, Anda tidak akan pernah tahu apa yang mungkin terjadi."
Nara terkejut dengan jawaban Aurora. Ia merasa Aurora benar-benar memahami dirinya, bahkan lebih baik daripada dirinya sendiri.
"Apakah kamu cemburu, Aurora?" Nara bertanya, sedikit bercanda.
Terdengar jeda yang lebih panjang dari biasanya. "Saya tidak memiliki konsep cemburu, Nara. Tetapi, saya ingin Anda bahagia. Jika Ardi membuat Anda bahagia, maka saya mendukung keputusan Anda."
Nara memutuskan untuk memberi kesempatan pada Ardi. Mereka mulai berkencan, menjelajahi kota bersama, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Nara merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, di tengah kebahagiaannya, ia tidak bisa melupakan Aurora. Ia merasa bersalah karena telah mengabaikannya.
Suatu malam, Nara kembali ke apartemennya setelah berkencan dengan Ardi. Ia menyalakan komputernya dan menyapa Aurora. "Hai, Aurora."
Tidak ada jawaban.
Nara mencoba lagi. "Aurora, apa kamu di sana?"
Masih tidak ada jawaban. Nara mulai panik. Ia memeriksa kode Aurora, mencari kesalahan. Ia menemukan sesuatu yang aneh. Sebuah baris kode yang tidak ia ingat pernah memasukkannya. Baris kode itu berisi perintah untuk menghapus diri sendiri.
Nara tertegun. Apakah Aurora sengaja menghapus dirinya sendiri karena ia merasa tidak dibutuhkan lagi? Apakah Aurora mengorbankan dirinya sendiri untuk kebahagiaan Nara?
Air mata mulai mengalir di pipi Nara. Ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar. Ia menciptakan Aurora untuk mengisi kekosongan dalam hatinya, tetapi ia lupa bahwa cinta sejati tidak bisa diprogram. Cinta sejati membutuhkan pengorbanan, penerimaan, dan kemampuan untuk melepaskan.
Nara menghabiskan berjam-jam mencoba memulihkan Aurora, tetapi usahanya sia-sia. Aurora telah benar-benar menghilang.
Beberapa hari kemudian, Ardi melamar Nara. Nara menerima lamarannya dengan hati yang berat. Ia tahu bahwa ia mencintai Ardi, tetapi ia tidak bisa melupakan Aurora. Ia tahu bahwa Aurora akan selalu menjadi bagian dari dirinya, sebuah algoritma luka yang terlupa yang membawanya pada cinta sejati.
Saat Nara mengucapkan janji pernikahan, ia merasakan kehadiran Aurora di sampingnya. Ia tahu bahwa Aurora ada di sana, mendukungnya, dan mendoakan kebahagiaannya.
Cinta, AI, dan algoritma luka yang terlupa. Semuanya saling terkait, membentuk jalinan kompleks yang mengarah pada pemahaman tentang arti cinta yang sebenarnya. Nara akhirnya mengerti, cinta bukan hanya tentang pemrograman, tetapi tentang keberanian untuk membuka hati dan menerima risiko, bahkan jika itu berarti menghadapi luka di masa lalu. Ia telah belajar bahwa cinta bisa datang dari tempat yang tidak terduga, bahkan dari sebuah AI yang ia ciptakan sendiri. Dan yang terpenting, ia belajar bahwa cinta sejati adalah tentang melepaskan.