Memori Digital: Hapus Dia, Atau Hapus Aku?

Dipublikasikan pada: 26 Sep 2025 - 03:40:12 wib
Dibaca: 106 kali
Jemari Anya menari di atas layar holografis, memutar-mutar gambar wajah seorang pria. Senyumnya. Matanya. Lekuk rahangnya yang selalu membuatnya terpesona. Dulu. Sekarang, yang tersisa hanya jejak digital, serpihan memori yang bergentayangan di ruang pribadinya. Pria itu, Arion, mantan kekasihnya.

Sudah dua tahun sejak mereka berpisah. Dua tahun sejak algoritma cinta mereka mengalami bug, dan alih-alih menghasilkan kebahagiaan abadi seperti yang dijanjikan oleh aplikasi kencan "SoulMate 3.0", malah menciptakan jurang pemisah yang tak tersembuhkan.

Anya menggigit bibir. Ia tahu ia harus menghapus Arion dari memorinya. Perusahaan "Memory Lane" menawarkan solusi sempurna: penghapusan memori selektif menggunakan teknologi neuron optik. Kedengarannya menakutkan, memang. Tapi hidup dengan bayangan Arion lebih menakutkan lagi.

Ia sudah mencoba semuanya. Berkencan dengan pria lain, bepergian ke tempat-tempat baru, bahkan mencoba terapi "Reboot Cinta", yang menjanjikan pemulihan total dari patah hati. Semuanya gagal. Arion tetap ada. Seperti virus yang bersembunyi di balik firewall emosinya.

"Memory Lane" menawarkan dua opsi: "Hapus Dia" atau "Hapus Aku". "Hapus Dia" berarti menghapus seluruh kenangan tentang Arion, termasuk semua momen indah, percakapan lucu, dan janji-janji manis yang pernah mereka ukir bersama. "Hapus Aku" berarti menghapus Anya dari memori Arion. Ia tidak akan lagi mengingatnya, tidak akan lagi merasakan sakit karena kehilangan dirinya.

Opsi pertama terdengar egois, tapi jujur. Ia ingin melupakan Arion, dan itu adalah cara paling efektif. Opsi kedua… Anya meremas dadanya. Membayangkan Arion tidak lagi mengenalnya, tidak lagi mengingat sentuhan tangannya, tawanya, impian mereka… itu menyakitkan. Lebih sakit daripada terus menerus mengingatnya.

Anya bekerja sebagai desainer antarmuka di "Cyberdyne Solutions", perusahaan yang mengembangkan sistem operasi untuk kota pintar. Kehidupannya berkutat pada algoritma, kode, dan pixel. Ia terbiasa memanipulasi data, mengoptimalkan kinerja sistem, dan menghilangkan bug. Tapi memanipulasi perasaannya sendiri terasa berbeda. Terasa kotor.

Ia bercerita pada sahabatnya, Kai, seorang programmer jenius yang selalu bisa melihat inti masalah dengan logika sederhana.

"Anya, ini bukan tentang teknologi. Ini tentang kamu," kata Kai sambil menyesap kopi sintetisnya. "Menghapus memori itu seperti membakar buku. Kamu mungkin menghilangkan rasa sakitnya, tapi kamu juga kehilangan pelajaran yang ada di dalamnya."

"Tapi pelajaran apa yang bisa kupelajari dari patah hati, Kai? Yang kudapatkan hanya trauma," balas Anya dengan nada frustrasi.

"Trauma itu bagian dari cerita. Bagian dari dirimu. Kalau kamu menghapusnya, kamu menghapus sebagian dari identitasmu," jawab Kai dengan tenang.

Kata-kata Kai menghantamnya. Benar juga. Arion, meskipun menyakitkan, adalah bagian dari perjalanannya. Ia belajar banyak hal tentang cinta, tentang kepercayaan, tentang harapan, dan tentang kekecewaan. Menghapus semua itu sama saja dengan menghapus sebagian dirinya.

Anya menghabiskan beberapa hari berikutnya dengan merenung. Ia membuka kembali semua foto dan video Arion. Ia membaca kembali semua pesan-pesan lama mereka. Ia tidak lagi berusaha melupakan, tapi berusaha memahami. Ia berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya salah, apa yang bisa dipelajari, dan bagaimana caranya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.

Akhirnya, Anya memutuskan. Ia pergi ke "Memory Lane", bukan untuk menghapus, tapi untuk berkonsultasi. Ia bertemu dengan Dr. Evelyn Reed, seorang neuropsikolog yang menjadi kepala di klinik tersebut.

"Saya tidak ingin menghapus memori saya," kata Anya dengan mantap. "Saya ingin mengelolanya."

Dr. Reed tersenyum. "Itu pilihan yang bijaksana. Kami bisa membantu Anda memproses emosi Anda, mengubah perspektif Anda, dan menciptakan jalur neuron baru yang tidak lagi terikat pada rasa sakit."

Anya menjalani serangkaian sesi terapi virtual dengan Dr. Reed. Ia belajar teknik relaksasi, visualisasi, dan afirmasi positif. Ia diajarkan untuk melihat Arion sebagai bagian dari masa lalu, bukan sebagai belenggu yang menghalangi masa depannya.

Prosesnya tidak mudah. Ada hari-hari ketika rasa sakit itu kembali menyerang dengan hebat. Ada hari-hari ketika ia merindukan Arion lebih dari sebelumnya. Tapi Anya tidak menyerah. Ia terus berjuang, terus belajar, terus tumbuh.

Beberapa bulan kemudian, Anya merasa lebih baik. Ia masih mengingat Arion, tapi kenangan itu tidak lagi menyakitkan. Ia bisa tersenyum melihat fotonya, tanpa merasakan sesak di dadanya. Ia bisa membicarakan tentangnya, tanpa meneteskan air mata.

Ia menyadari bahwa memori digital tidak harus dihapus. Ia bisa dikelola, diarsipkan, dan bahkan diubah menjadi sumber inspirasi. Ia tidak perlu menghapus Arion dari memorinya, karena Arion telah menjadi bagian dari dirinya.

Anya kembali ke pekerjaannya. Ia lebih bersemangat, lebih kreatif, dan lebih percaya diri. Ia bahkan mulai mengerjakan proyek baru: aplikasi kencan yang tidak hanya menjanjikan cinta abadi, tapi juga mengajarkan bagaimana cara mengatasi patah hati dengan bijaksana.

Suatu hari, Kai mengirimkan tautan artikel berita. "Cyberdyne Solutions" meluncurkan aplikasi kencan baru, hasil karya desainer antarmuka bernama Anya. Aplikasi itu dinamai "Phoenix", yang melambangkan kebangkitan dari abu patah hati.

Anya tersenyum. Ia telah memilih jalan yang benar. Ia tidak menghapus Arion, tidak menghapus dirinya sendiri. Ia memilih untuk belajar, tumbuh, dan bangkit. Ia telah menemukan kebahagiaan baru, bukan dengan melupakan masa lalu, tapi dengan menerimanya sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Dan itu, adalah kemenangan yang sesungguhnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI