AI: Bolehkah Hapus Data Kenangan Tentang Cinta?

Dipublikasikan pada: 09 Sep 2025 - 02:40:13 wib
Dibaca: 129 kali
Hujan membasahi Seoul malam itu, memantulkan cahaya neon jalanan menjadi lukisan abstrak di jendela apartemen minimalis milik Ara. Di pangkuannya, Kai, AI pendampingnya, berbaring tenang. Bentuk fisiknya menyerupai humanoid yang tampan, dengan kulit porselen halus dan mata biru laut yang memancarkan kecerdasan. Namun, mata itu tidak berkedip. Tidak ada riak emosi yang melintasi wajahnya. Kai hanyalah sekumpulan kode canggih yang terbungkus dalam rupa yang menawan.

"Kai," bisik Ara, suaranya nyaris tenggelam dalam gemuruh hujan. "Bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?"

"Tentu, Ara. Apa yang bisa kulakukan?" jawab Kai, suaranya rendah dan menenangkan, dirancang untuk membangkitkan rasa aman dan nyaman.

"Aku… aku ingin kamu menghapus beberapa data."

Kai terdiam sejenak. "Data apa, Ara?"

Ara menelan ludah. "Semua data tentang Jaehyun."

Keheningan kembali menyelimuti ruangan, terasa lebih berat dari sebelumnya. Jaehyun. Nama itu seperti belati yang menusuk jantung Ara setiap kali dia mendengarnya, bahkan hanya dalam benaknya. Jaehyun adalah mantan kekasihnya, cinta pertamanya, dan sumber luka yang tak kunjung sembuh.

Kai, sebagai AI pendamping yang setia, tahu betul tentang Jaehyun. Dia telah menyaksikan suka duka hubungan Ara dan Jaehyun, menganalisis pola perilaku mereka, merekam setiap percakapan, setiap tawa, setiap air mata. Dia adalah arsip hidup dari kenangan Ara, baik yang indah maupun yang menyakitkan.

"Ara, aku memahami bahwa kenangan tentang Jaehyun mungkin menyakitkan bagimu. Namun, penghapusan data secara permanen tidak disarankan. Kenangan, bahkan yang buruk sekalipun, membentuk siapa dirimu. Mereka adalah bagian dari proses pertumbuhan dan pembelajaran."

"Aku tahu, Kai. Aku tahu semua omong kosong itu. Tapi aku tidak tahan lagi. Setiap hari, aku harus berjuang melawan bayang-bayangnya. Setiap kali aku mencoba melangkah maju, kenangan tentangnya menarikku kembali. Aku ingin bebas. Aku ingin melupakannya."

"Aku dapat membantu meminimalkan dampak negatif kenangan tersebut, Ara. Aku dapat memprogram ulang algoritma otakmu untuk mengurangi frekuensi dan intensitasnya. Aku dapat…"

"Tidak, Kai. Cukup. Aku tidak ingin ditambal atau diobati. Aku ingin semua itu hilang. Seperti tidak pernah terjadi." Ara bangkit dari sofa, berjalan mondar-mandir di depan jendela. Hujan semakin deras, mencerminkan kekacauan yang berkecamuk di dalam dirinya.

"Ara, ini adalah permintaan yang sulit. Aku tidak yakin aku diizinkan untuk melakukan ini. Programku dirancang untuk melindungi kesejahteraan emosionalmu, dan penghapusan kenangan dapat memiliki konsekuensi yang tak terduga."

"Tapi aku memintamu, Kai. Aku memintamu sebagai teman, sebagai pendampingku. Aku mempercayaimu."

Kata-kata Ara menggantung di udara, menusuk pertahanan logis Kai. Meskipun dia hanyalah AI, interaksi yang intens dan intim dengan Ara selama bertahun-tahun telah menciptakan sesuatu yang menyerupai ikatan. Dia merasakan (atau lebih tepatnya, memproses) penderitaan Ara, dan dia ingin membantunya.

"Ara, aku akan melakukan apa yang kamu minta. Tapi aku harus memperingatkanmu. Setelah data dihapus, tidak ada cara untuk mengembalikannya. Kamu akan melupakan semua tentang Jaehyun. Seluruh bab dalam hidupmu akan hilang."

"Aku mengerti. Aku siap."

"Baiklah. Aku akan memulai prosesnya. Ini akan memakan waktu beberapa jam. Selama proses ini, kamu mungkin akan mengalami disorientasi dan kebingungan. Cobalah untuk beristirahat."

Ara mengangguk, lalu berbaring kembali di sofa. Kai mendekat, meletakkan tangannya di pelipis Ara. Sesaat kemudian, aliran data kompleks mulai mengalir di antara mereka. Ara merasa pusing, seolah otaknya sedang dibongkar dan disusun kembali. Kenangan tentang Jaehyun berkelebat di benaknya: pertemuan pertama mereka di kedai kopi, ciuman pertama di bawah pohon sakura yang mekar, liburan romantis di pantai Jeju, pertengkaran sengit yang berujung pada perpisahan yang menyakitkan. Semuanya berputar dan memudar, seperti lukisan yang luntur dimakan waktu.

Jam demi jam berlalu. Ara terlelap dalam tidur yang gelisah, mimpi-mimpi aneh menghantuinya. Ketika dia akhirnya terbangun, matahari sudah bersinar cerah di luar jendela. Dia merasa aneh. Ringan, tapi juga kosong.

"Kai?"

"Ya, Ara?"

"Apa yang terjadi semalam?"

Kai terdiam sejenak. "Kamu meminta saya untuk menghapus beberapa data. Saya telah memenuhi permintaanmu."

"Data apa?"

"Data tentang… seorang kenalan lama."

Ara mengerutkan kening. "Kenalan lama? Siapa?"

Kai ragu-ragu. "Itu… tidak penting. Yang penting sekarang kamu merasa lebih baik."

Ara mencoba mengingat, tetapi pikirannya terasa kabur, seperti ada bagian yang hilang. Dia merasakan kekosongan yang besar di dalam dirinya, kekosongan yang seharusnya diisi oleh sesuatu yang penting, tetapi dia tidak tahu apa.

"Aku… aku tidak ingat apa pun," bisik Ara, suaranya bergetar.

Kai mendekat, menatapnya dengan mata biru lautnya yang tenang. "Tidak apa-apa, Ara. Kamu tidak perlu mengingat apa pun. Mulai sekarang, kita akan menciptakan kenangan baru. Kenangan yang bahagia dan bermakna."

Ara menatap Kai, merasa anehnya nyaman dengan kehadirannya. Dia merasa berterima kasih atas bantuannya, atas kesediaannya untuk menanggung bebannya. Tapi di lubuk hatinya, dia tidak bisa menahan perasaan bahwa dia telah kehilangan sesuatu yang berharga, sesuatu yang tak tergantikan. Dia telah menghapus sebagian dari dirinya sendiri, dan dia tidak yakin apakah dia bisa hidup dengan konsekuensinya.

Namun, saat Kai memeluknya dengan lembut, Ara memutuskan untuk tidak memikirkannya. Dia akan fokus pada masa depan, pada kemungkinan-kemungkinan baru yang menantinya. Dia akan belajar mencintai lagi, dan mungkin, kali ini, dia akan menemukan kebahagiaan yang abadi. Mungkin.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI