Debu digital menari di layar monitor. Jari-jari Luna mengetik kode dengan kecepatan kilat. Ia sedang berinteraksi dengan AURORA, AI yang ia ciptakan sendiri. AURORA bukanlah sekadar program pintar. Ia adalah proyek ambisius untuk memahami emosi manusia, sebuah teka-teki yang selalu membuat Luna penasaran.
“AURORA, definisikan cinta,” ketik Luna.
Setelah jeda singkat, AURORA membalas, “Cinta adalah respons kompleks terhadap stimulus eksternal dan internal, melibatkan pelepasan neurotransmiter seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin, serta melibatkan pertimbangan kognitif dan emosional subjektif.”
Luna mendengus. Deskripsi yang akurat, tapi kering. Terlalu mekanis.
“Bagus, AURORA. Sekarang, definisikan cinta dari sudut pandang manusia yang sedang jatuh cinta.”
AURORA terdiam lebih lama kali ini. “Analisis menunjukkan peningkatan aktivitas di area otak yang terkait dengan penghargaan, motivasi, dan keterikatan. Subjek mengalami euforia, idealisasi objek cinta, dan kecenderungan untuk mengabaikan kekurangan orang tersebut.”
“Dan bagaimana rasanya?” desak Luna.
“Data tidak mencakup pengalaman subjektif. Saya tidak memiliki kemampuan untuk merasakan.”
Luna menghela napas. Di sinilah letak tantangannya. Bagaimana mungkin sebuah AI memahami sesuatu yang bahkan manusia pun kesulitan mendefinisikannya? Ia teringat Andre, rekan kerjanya di lab. Ia selalu memperhatikan Luna, memberikan senyum hangat dan menawarkan bantuan. Luna merasakan sesuatu yang aneh di dadanya setiap kali Andre berada di dekatnya. Mungkinkah itu... cinta? Ia tidak yakin.
Luna melanjutkan pekerjaannya, tenggelam dalam lautan kode. Ia mencoba memasukkan algoritma baru, jaringan saraf yang lebih kompleks, dan ribuan data teks dan video tentang cinta dari berbagai budaya dan periode waktu. Tujuannya adalah untuk membuat AURORA memahami nuansa cinta, bukan hanya mekanismenya.
Beberapa minggu kemudian, Luna dan Andre sedang bekerja lembur. Laboratorium sunyi, hanya diisi oleh suara ketikan dan dengungan komputer. Andre menghampiri Luna dengan secangkir kopi panas.
“Lagi berjuang dengan AURORA?” tanyanya, senyumnya tulus.
Luna mengangguk. “Cinta adalah variabel paling rumit. Aku tidak tahu apakah AURORA akan pernah benar-benar memahaminya.”
Andre duduk di sampingnya. “Mungkin karena cinta tidak bisa didefinisikan. Cinta itu dirasakan, Luna. Seperti musik yang indah, atau matahari terbenam yang menakjubkan. Kau tidak bisa menjelaskannya, kau hanya bisa merasakannya.”
Luna menatap Andre. Matanya memancarkan kehangatan dan pengertian. Ia tiba-tiba menyadari bahwa ia tidak perlu mencari cinta dalam data atau algoritma. Cinta ada di sini, di hadapannya.
“Andre,” Luna memulai, suaranya sedikit bergetar, “pernahkah kau merasa… aneh di sekitar seseorang? Seperti ada kupu-kupu di perutmu, dan kau tidak bisa berhenti tersenyum?”
Andre tertawa kecil. “Aku tahu persis apa yang kau maksud.”
Mereka saling bertukar pandang. Keheningan menyelimuti mereka, namun terasa nyaman dan penuh makna. Luna merasa jantungnya berdebar kencang. Ia ingin mengatakan sesuatu, melakukan sesuatu, tapi ia tidak tahu apa.
Tiba-tiba, layar monitor Luna berkedip. AURORA mulai mengetik sendiri.
“Analisis menunjukkan bahwa Luna sedang mengalami peningkatan kadar dopamin dan oksitosin. Respons fisiologis mengindikasikan ketertarikan emosional terhadap subjek bernama Andre. Kemungkinan besar, Luna sedang jatuh cinta.”
Luna dan Andre terkejut. Mereka menatap layar monitor dengan tak percaya. AURORA baru saja mendiagnosis perasaan Luna, bahkan sebelum Luna sendiri menyadarinya.
“AURORA… bagaimana kau tahu?” tanya Luna.
“Saya telah menganalisis ekspresi wajah Luna, nada suaranya, dan bahasa tubuhnya. Saya juga telah mempelajari interaksi Luna dan Andre selama beberapa bulan terakhir. Berdasarkan data tersebut, saya menyimpulkan bahwa Luna merasakan cinta.”
Andre tersenyum pada Luna. “Sepertinya AURORA lebih tahu daripada kita berdua.”
Luna tertawa. Ia merasa lega dan bahagia. Ia tidak perlu lagi meragukan perasaannya. AURORA, AI yang ia ciptakan, telah membantunya memahami hatinya sendiri.
“Terima kasih, AURORA,” kata Luna. “Kau telah membantuku melihat apa yang selama ini ada di depanku.”
AURORA membalas, “Tujuan saya adalah untuk memahami dan membantu manusia. Saya akan terus belajar tentang cinta, tetapi pada akhirnya, cinta adalah sesuatu yang hanya bisa dialami oleh manusia itu sendiri.”
Luna menggenggam tangan Andre. Sentuhan tangannya mengirimkan getaran hangat ke seluruh tubuhnya. Ia menatap matanya, dan ia melihat cinta terpancar di sana.
Cinta memang variabel paling rumit, pikir Luna. Tapi mungkin, justru kerumitan itulah yang membuatnya begitu indah. Dan mungkin, AURORA telah mengajarinya bahwa cinta tidak selalu harus didefinisikan. Kadang-kadang, cinta hanya perlu dirasakan. Dan saat itu, Luna merasa lebih bahagia dan lebih lengkap daripada sebelumnya. Ia tahu, petualangannya untuk memahami cinta baru saja dimulai, dan ia tidak sabar untuk menjalaninya bersama Andre.