Echo Cinta: Ketika Algoritma Memahami Lebih Dari Kekasih

Dipublikasikan pada: 28 Jul 2025 - 01:20:10 wib
Dibaca: 160 kali
Kilau layar ponsel memantul di mata Anya, menerangi kegelisahannya. Jemarinya menari di atas keyboard virtual, mengetik, menghapus, mengetik lagi. Pesan untuk Leo, kekasihnya. Sudah hampir satu jam ia berjuang merangkai kata yang tepat, kata yang bisa menjelaskan perasaannya tanpa terdengar seperti menuduh.

"Hai, Leo... lagi sibuk ya?" akhirnya terkirim juga. Anya menghela napas, menunggui balasan yang tak kunjung tiba. Sudah dua minggu ini Leo berubah. Jarang menelepon, pesan dibalas singkat, bahkan ajakan kencan pun selalu ditolak dengan alasan pekerjaan.

Anya beralih ke aplikasi "Echo Hati", sebuah program AI yang dikembangkannya sendiri. Awalnya, Echo Hati hanya proyek iseng, sebuah algoritma yang dirancang untuk menganalisis pola komunikasi seseorang dan memberikan saran tentang cara mempererat hubungan. Tapi lama kelamaan, Anya mulai menambahkan fitur-fitur yang lebih kompleks, seperti analisis sentimen, deteksi kebohongan, dan bahkan prediksi kemungkinan konflik.

Ia memasukkan transkrip percakapan terakhirnya dengan Leo ke dalam Echo Hati. Algoritma itu bekerja cepat, menganalisis setiap kata, setiap jeda, setiap emoji. Beberapa saat kemudian, muncul laporan lengkap di layar ponsel Anya.

"Analisis Sentimen: Menurun drastis dalam dua minggu terakhir. Terdeteksi emosi negatif: Kecemasan, Frustrasi, dan Kekhawatiran."

Anya mengernyit. Ia sudah merasakan hal itu, tapi melihatnya tertulis di sana, dalam bentuk data yang dingin dan objektif, membuatnya semakin sakit.

"Deteksi Kebohongan: Kemungkinan terdeteksi kebohongan dalam pernyataan 'Lagi banyak pekerjaan kantor'. Analisis pola komunikasi menunjukkan adanya penghindaran topik sensitif."

Jantung Anya berdebar kencang. Penghindaran topik sensitif? Apa yang disembunyikan Leo darinya?

"Prediksi Konflik: Tingkat risiko konflik meningkat 78%. Faktor utama: Perbedaan ekspektasi, kurangnya komunikasi terbuka, dan potensi keterlibatan pihak ketiga."

Pihak ketiga? Kata-kata itu menghantam Anya seperti palu. Mungkinkah Leo berselingkuh?

Anya benci harus mengakui, Echo Hati mungkin lebih memahami hubungan mereka daripada dirinya sendiri. Ia selalu menganggap teknologi sebagai alat untuk membantu manusia, bukan menggantikan perasaan dan intuisi. Tapi sekarang, ia merasa algoritma itu justru memberikan kejelasan yang menyakitkan.

Dengan berat hati, Anya memutuskan untuk menemui Leo. Ia tidak ingin berasumsi apa pun, tapi ia juga tidak bisa lagi mengabaikan tanda-tanda yang ada. Ia membutuhkan jawaban.

Leo menyambut Anya dengan senyum kaku di apartemennya. Suasana terasa aneh, canggung.

"Anya... ada apa?" tanyanya.

Anya menarik napas dalam-dalam. "Leo, aku ingin bicara jujur. Aku merasa ada yang berubah dalam hubungan kita."

Leo mengalihkan pandangannya. "Aku... aku memang sedang sibuk, Anya. Kamu tahu kan, proyek baru di kantor..."

"Aku tahu, Leo. Tapi bukan itu masalahnya. Aku merasa kamu menyembunyikan sesuatu dariku."

Leo terdiam. Ia mencoba meraih tangan Anya, tapi Anya menariknya kembali.

"Aku tidak ingin menuduh apa pun, Leo. Tapi aku butuh kejujuran. Ada orang lain?" tanya Anya, suaranya bergetar.

Leo akhirnya mengakui. Ada seorang rekan kerja yang dekat dengannya. Tidak ada hubungan fisik, katanya, tapi ada perasaan yang tumbuh di antara mereka.

Anya merasakan dunianya runtuh. Ia tahu, jauh di lubuk hatinya, ia sudah menduga hal ini. Tapi mendengar pengakuan itu langsung dari Leo tetap saja menyakitkan.

"Aku... aku minta maaf, Anya," kata Leo, suaranya penuh penyesalan. "Aku tidak bermaksud menyakitimu."

Anya bangkit berdiri. Air mata mengalir di pipinya. "Aku butuh waktu untuk sendiri," ucapnya sebelum berbalik dan meninggalkan apartemen Leo.

Di tengah kesedihannya, Anya membuka kembali aplikasi Echo Hati. Ia memasukkan seluruh percakapan dengan Leo, termasuk pengakuannya.

Algoritma itu kembali bekerja, menganalisis data baru. Beberapa saat kemudian, muncul laporan akhir.

"Analisis Pasca-Konflik: Kemungkinan pemulihan hubungan: Rendah. Disarankan untuk fokus pada proses penyembuhan diri dan membangun kembali kepercayaan."

Anya tersenyum getir. Algoritma itu benar lagi.

Tapi kali ini, Anya tidak merasa sakit hati seperti sebelumnya. Ada perasaan aneh, semacam kelegaan. Ia tahu, ia akan baik-baik saja. Ia akan menggunakan teknologi untuk membantu dirinya sendiri, bukan untuk menggantikan perasaannya. Ia akan belajar dari pengalaman ini dan menjadi lebih kuat.

Anya menutup aplikasi Echo Hati. Ia menatap pantulan dirinya di layar ponsel. Kali ini, ia tidak melihat kegelisahan, melainkan kekuatan. Ia mungkin kehilangan Leo, tapi ia tidak kehilangan dirinya sendiri. Dan itu adalah kemenangan yang lebih berharga daripada cinta yang palsu. Ia akan menciptakan cinta yang baru, cinta yang tulus, dan cinta yang tidak membutuhkan algoritma untuk memahaminya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI