Algoritma Hati: Mencari Cinta, Menemukan Bug?

Dipublikasikan pada: 08 Sep 2025 - 00:40:13 wib
Dibaca: 138 kali
Kilau layar laptop memantul di mata Anya, membiaskan pantulan kode-kode kompleks yang tengah ia teliti. Di usia 27 tahun, Anya adalah seorang lead programmer di sebuah perusahaan rintisan teknologi kencan bernama "Soulmate Algorithm." Ironisnya, di balik algoritma canggih yang berhasil mempertemukan ribuan jiwa, Anya justru merasa kesepian.

Di kantor, ia dikenal sebagai Ratu Debug. Masalah kode serumit apa pun, pasti bisa ia pecahkan. Tapi di luar kantor, ia merasa seperti sebuah program yang berjalan tanpa panduan, mencari cinta tanpa algoritma yang jelas. Semua kencan yang pernah ia jalani selalu berakhir dengan kegagalan. Terlalu pintar, terlalu serius, terlalu fokus pada detail, begitu kata mereka. Anya merasa seperti sebuah bug dalam sistem pencarian cinta.

"Lembur lagi, Anya?" suara berat terdengar dari belakangnya. Itu Reno, kepala divisi pemasaran. Wajahnya selalu cerah, senyumnya menular. Anya diam-diam mengagumi Reno, bukan hanya karena ketampanannya, tapi juga karena kemampuannya berinteraksi dengan orang lain. Sesuatu yang sangat Anya rindukan.

"Iya, Reno. Ada bug di modul 'Kompatibilitas Emosional'. Beberapa user melaporkan hasil yang tidak akurat," jawab Anya, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.

Reno menarik kursi, duduk di samping Anya. "Kompatibilitas Emosional, ya? Bukankah itu bagian yang paling sulit? Cinta itu kan bukan matematika, Anya."

Anya menghela napas. "Justru itu masalahnya, Reno. Kita mencoba merumuskan sesuatu yang tak terumuskan. Aku merasa seperti sedang mengejar sesuatu yang mustahil."

Reno tersenyum. "Mungkin kamu terlalu fokus pada kode, Anya. Coba lihat dari perspektif yang berbeda. Cinta itu seperti… open source. Harus ada interaksi, kontribusi, dan yang terpenting, keberanian untuk mencoba."

Kata-kata Reno menghantam Anya. Ia memang terlalu terpaku pada data dan statistik. Ia lupa bahwa cinta itu tentang perasaan, bukan formula.

Keesokan harinya, Anya memutuskan untuk melakukan perubahan. Tidak pada kode, tapi pada dirinya sendiri. Ia mulai berinteraksi lebih banyak dengan rekan-rekannya di kantor. Ia ikut serta dalam obrolan santai di pantry, bahkan memberanikan diri untuk membuat lelucon. Ia belajar untuk tidak terlalu serius, untuk sedikit lebih spontan.

Perubahan itu tidak terjadi dalam semalam. Awalnya canggung, tapi lama kelamaan, Anya mulai menikmati prosesnya. Ia merasa lebih hidup, lebih terhubung dengan orang-orang di sekitarnya.

Suatu sore, Reno menghampirinya di meja kerja. "Anya, aku dengar kamu ikut serta dalam turnamen video game kantor minggu depan?"

Anya mengangguk, sedikit malu. "Iya. Iseng saja. Aku tidak terlalu jago, sih."

Reno tertawa. "Yang penting kan seru. Kalau begitu, aku jadi partner kamu, ya? Aku lumayan jago main game."

Anya terkejut, tapi hatinya berdebar kencang. "Boleh saja," jawabnya, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Minggu depan, di turnamen video game kantor, Anya dan Reno menjadi tim yang kompak. Mereka saling mendukung, saling memberikan semangat. Anya menyadari bahwa Reno bukan hanya tampan dan ramah, tapi juga sangat perhatian dan suportif. Mereka tertawa bersama, berjuang bersama, dan tanpa sadar, sebuah koneksi mulai terbentuk di antara mereka.

Setelah turnamen berakhir, Reno mengajak Anya untuk makan malam. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang pekerjaan, tentang hobi, tentang mimpi-mimpi mereka. Anya merasa nyaman dan terbuka dengan Reno. Ia merasa seperti bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu takut dihakimi.

Di tengah percakapan, Reno tiba-tiba meraih tangan Anya. "Anya, aku… aku merasa ada sesuatu yang spesial di antara kita. Aku tahu mungkin ini terlalu cepat, tapi aku ingin tahu, apakah kamu merasakan hal yang sama?"

Anya menatap mata Reno, merasakan kehangatan dan kejujuran di sana. Ia mengangguk, air mata haru mulai membasahi pipinya. "Iya, Reno. Aku merasakan hal yang sama."

Malam itu, Anya menyadari bahwa ia telah menemukan cinta, bukan melalui algoritma, tapi melalui interaksi manusia, melalui keberanian untuk membuka diri, dan melalui kesempatan yang tak terduga.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Beberapa minggu kemudian, Anya menemukan sebuah anomali dalam sistem Soulmate Algorithm. Sebuah bug yang tersembunyi dengan rapi, yang ternyata sengaja disisipkan oleh seseorang. Bug itu memanipulasi hasil pencarian, mengarahkan para user ke profil-profil palsu yang dibuat oleh perusahaan untuk meningkatkan engagement.

Anya merasa dikhianati. Ia telah mendedikasikan dirinya untuk menciptakan sebuah sistem yang jujur dan adil, tapi ternyata sistem itu telah dicemari oleh keserakahan dan manipulasi. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu.

Anya memutuskan untuk melaporkan bug itu kepada manajemen perusahaan. Namun, ia tidak menyangka bahwa reaksi mereka justru sebaliknya. Mereka mencoba membungkam Anya, mengancam karirnya, bahkan mencoba memfitnahnya.

Anya merasa sendirian dan putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia menceritakan semuanya kepada Reno. Reno terkejut dan marah, tapi ia juga mendukung Anya sepenuhnya. Ia meyakinkan Anya untuk tidak menyerah, untuk terus berjuang demi kebenaran.

Bersama-sama, Anya dan Reno mencari bukti-bukti yang bisa membuktikan keberadaan bug itu. Mereka bekerja keras, tanpa lelah, mempertaruhkan segalanya. Akhirnya, mereka berhasil menemukan bukti yang cukup untuk mengungkap kebenaran kepada publik.

Anya memutuskan untuk membongkar kebobrokan Soulmate Algorithm di media sosial. Unggahannya menjadi viral, memicu kemarahan para user dan investigasi dari pihak berwenang. Soulmate Algorithm terpaksa ditutup, reputasinya hancur berantakan.

Meskipun karirnya hancur, Anya merasa lega. Ia telah melakukan hal yang benar. Ia telah membuktikan bahwa integritas lebih penting daripada kesuksesan.

Setelah semua kekacauan mereda, Anya dan Reno memutuskan untuk memulai sesuatu yang baru. Mereka mendirikan sebuah perusahaan teknologi kencan yang berfokus pada kejujuran, transparansi, dan interaksi manusia. Mereka belajar dari kesalahan masa lalu, dan bertekad untuk menciptakan sebuah platform yang benar-benar membantu orang menemukan cinta sejati.

Anya akhirnya menemukan cinta, bukan hanya cinta dari Reno, tapi juga cinta pada pekerjaannya, cinta pada integritas, dan cinta pada kebenaran. Ia belajar bahwa cinta itu bukan tentang algoritma yang sempurna, tapi tentang keberanian untuk menjadi diri sendiri, untuk berjuang demi apa yang benar, dan untuk menerima cinta apa adanya, dengan semua bug dan kekurangannya. Dan mungkin, bug itulah yang membuat cinta menjadi indah dan unik.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI