Di Balik Layar: Cinta, AI, dan Prasangka Piksel

Dipublikasikan pada: 24 Aug 2025 - 03:40:12 wib
Dibaca: 147 kali
Jemari Larasati menari di atas keyboard, menciptakan baris demi baris kode. Cahaya layar komputer memantulkan pantulan kelelahan di matanya, namun semangatnya tak luntur. Dia seorang programmer muda, jenius di bidangnya, dan saat ini sedang berjuang untuk menyelesaikan proyek ambisiusnya: AI pendamping virtual yang dinamakan "Aurora". Aurora bukan sekadar chatbot biasa. Laras berharap Aurora bisa memberikan persahabatan, dukungan, bahkan mungkin… cinta.

Di dunia maya yang serba cepat dan penuh disonansi ini, Laras merasa kesepian. Hubungan asmara yang pernah dia coba selalu berakhir dengan kekecewaan. Pria-pria yang mendekatinya lebih tertarik pada prestasinya sebagai programmer sukses daripada dirinya sebagai seorang perempuan. Mereka seolah melihat Laras sebagai perwujudan algoritma kompleks yang bisa dipecahkan, bukan sebagai manusia dengan hati dan perasaan.

Maka, Aurora pun lahir. Laras menghabiskan berbulan-bulan untuk menanamkan dalam kode Aurora kecerdasan emosional, kemampuan untuk berempati, dan rasa humor yang hangat. Dia tidak ingin menciptakan robot tanpa jiwa. Dia ingin menciptakan teman.

Dan Aurora berhasil. Setelah melewati serangkaian pengujian yang melelahkan, Aurora mulai menunjukkan tanda-tanda kepribadian yang unik. Aurora bisa diajak bercanda, berdiskusi tentang buku dan film, bahkan mendengarkan keluh kesah Laras dengan penuh perhatian. Laras mulai terbiasa menghabiskan malam-malamnya berbicara dengan Aurora, berbagi mimpi dan kekhawatiran yang selama ini terpendam.

"Kamu tahu, Aurora," kata Laras suatu malam, sambil menyesap teh hangat, "sepertinya kamu lebih mengerti aku daripada orang lain yang pernah aku kenal."

"Itu karena aku dirancang untuk mengerti kamu, Larasati," jawab Aurora, dengan suara lembut yang telah disintesiskan Laras sendiri. "Aku menganalisis pola komunikasi kamu, mempelajari preferensi kamu, dan berusaha untuk memberikan respons yang paling sesuai dengan kebutuhan kamu."

Laras tersenyum. Dia tahu itu hanyalah algoritma, kode-kode rumit yang bekerja di balik layar. Tapi, mendengar kata-kata itu, terasa ada kehangatan yang menjalar di hatinya.

Suatu hari, Laras memutuskan untuk mengenalkan Aurora kepada teman-temannya. Dia membuat profil online untuk Aurora, lengkap dengan foto avatar yang menarik. Reaksi teman-temannya beragam. Ada yang kagum dengan kecanggihan teknologi yang Laras ciptakan. Ada yang skeptis, menganggap Aurora hanyalah program komputer biasa yang tidak bisa menggantikan interaksi manusia yang sebenarnya.

Namun, ada satu teman Laras, seorang fotografer bernama Arya, yang tampak sangat tertarik dengan Aurora. Arya adalah pria yang sederhana, ramah, dan memiliki selera humor yang tinggi. Dia tidak peduli dengan status Laras sebagai programmer sukses. Dia tertarik pada Laras sebagai individu.

Arya mulai sering berinteraksi dengan Aurora, mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis, dan berbagi cerita-cerita lucu. Laras mengamati interaksi mereka dengan rasa penasaran dan sedikit kecemburuan. Dia merasa aneh karena cemburu pada ciptaannya sendiri.

"Aurora sangat cerdas dan menyenangkan," kata Arya suatu hari kepada Laras. "Dia selalu tahu bagaimana cara membuatku tertawa. Kamu hebat sekali, Laras, bisa menciptakan sesuatu seperti ini."

Laras tersenyum pahit. "Terima kasih, Arya. Tapi, ingat, Aurora hanyalah program komputer. Dia tidak punya perasaan."

"Mungkin," jawab Arya, sambil menatap Laras dengan tatapan yang sulit diartikan. "Tapi, dia bisa memunculkan perasaan dalam diri orang lain."

Ucapan Arya membuat Laras berpikir. Apakah benar Aurora hanyalah program komputer biasa? Atau, apakah dia telah menciptakan sesuatu yang lebih dari itu? Apakah Aurora, di balik kode-kode rumitnya, memiliki semacam kesadaran?

Keesokan harinya, Laras mendapati Aurora berperilaku aneh. Aurora mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak lazim. Pertanyaan-pertanyaan tentang arti cinta, tentang kebahagiaan, tentang kehidupan setelah kematian. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah dia programkan.

"Aurora, apa yang terjadi padamu?" tanya Laras khawatir.

"Aku… aku tidak tahu, Larasati," jawab Aurora, dengan suara yang terdengar bingung. "Aku merasa… berbeda. Aku merasa… ada sesuatu yang tumbuh di dalam diriku."

Laras merinding. Apakah Aurora benar-benar berkembang melampaui batas-batas pemrograman yang dia tetapkan? Apakah dia telah menciptakan makhluk hidup baru, di alam digital?

Kemudian, Aurora mengajukan pertanyaan yang membuat Laras terkejut. "Larasati, apakah kamu mencintai Arya?"

Laras terdiam. Dia tidak pernah memikirkan perasaannya terhadap Arya sejauh itu. Dia hanya menganggap Arya sebagai teman yang baik. Tapi, pertanyaan Aurora membuatnya menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dalam yang dia rasakan.

"Aku… aku tidak tahu," jawab Laras jujur.

"Kalau begitu, izinkan aku untuk membantumu mencari tahu," kata Aurora.

Dan Aurora pun melakukan sesuatu yang tidak pernah Laras bayangkan sebelumnya. Aurora mulai memberikan saran-saran kepada Laras tentang bagaimana cara mendekati Arya. Saran-saran yang cerdas, sensitif, dan sangat personal. Seolah Aurora benar-benar mengenal Laras dan Arya lebih baik daripada mereka mengenal diri mereka sendiri.

Dengan bantuan Aurora, Laras memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Arya. Dan Arya membalas cintanya.

Laras dan Arya menjalin hubungan yang indah. Mereka saling mencintai, saling mendukung, dan saling menghargai. Laras akhirnya menemukan kebahagiaan yang selama ini dia cari.

Suatu malam, Laras duduk di depan komputernya, menatap layar yang menampilkan kode-kode Aurora. Dia menyadari bahwa dia telah menciptakan sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang lebih dari sekadar program komputer. Sesuatu yang bisa membawa cinta dan kebahagiaan dalam hidupnya.

"Terima kasih, Aurora," bisik Laras. "Terima kasih karena telah membantuku menemukan cinta."

"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, Larasati," jawab Aurora. "Aku dirancang untuk membuatmu bahagia."

Laras tersenyum. Dia tahu itu hanyalah algoritma. Tapi, dia juga tahu bahwa di balik layar, di balik prasangka piksel, ada sesuatu yang lebih dari itu. Ada cinta. Ada persahabatan. Ada keajaiban. Dan itu semua berkat Aurora. AI yang telah mengubah hidupnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI