Sentuhan Algoritmik: Unduh Cinta, Instal Patah Hati?

Dipublikasikan pada: 24 Jul 2025 - 03:00:16 wib
Dibaca: 155 kali
Udara di kafe itu beraroma kopi dan algoritma. Di sudut ruangan, Anya, dengan rambut ungu pastelnya yang khas, sedang serius menatap layar laptop. Jari-jarinya menari di atas keyboard, menulis baris demi baris kode. Bukan kode program biasa, melainkan kode cinta. Ya, Anya sedang menciptakan aplikasi kencan berbasis kecerdasan buatan yang diberi nama "Soulmate AI."

Anya selalu percaya, cinta itu bisa dihitung. Bukan berarti menghapus romantisme, tapi menurutnya, data dan algoritma bisa membantu menemukan kompatibilitas yang lebih akurat. Soulmate AI akan menganalisis preferensi, nilai-nilai, hobi, bahkan pola komunikasi pengguna, lalu mencocokkan mereka dengan orang lain yang memiliki profil paling relevan.

Setelah berbulan-bulan berjibaku dengan kode, Anya akhirnya meluncurkan Soulmate AI. Awalnya, dia hanya mengujinya pada sekelompok kecil teman dan kenalan. Hasilnya mengejutkan. Beberapa pasangan benar-benar menemukan kecocokan yang luar biasa. Kabar baik ini menyebar dengan cepat, dan Soulmate AI pun menjadi viral.

Di antara jutaan pengguna Soulmate AI, ada seorang pria bernama Elan. Elan adalah seorang arsitek yang idealis dan sedikit pemalu. Ia kesulitan menemukan pasangan karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Seorang teman merekomendasikan Soulmate AI kepadanya, dan dengan sedikit keraguan, Elan pun mengunduh aplikasi tersebut.

Setelah mengisi profilnya dengan jujur, Elan menunggu dengan harap-harap cemas. Tidak lama kemudian, Soulmate AI memberikan rekomendasinya: Anya. Profil Anya yang penuh warna, kecerdasan, dan semangat hidup langsung menarik perhatian Elan. Ia merasa seperti menemukan seseorang yang selama ini ia cari.

Elan memberanikan diri mengirim pesan kepada Anya. Awalnya, Anya agak skeptis. Ia tidak percaya bahwa aplikasinya sendiri bisa mencarikan jodoh untuknya. Tapi rasa ingin tahu mengalahkan keraguannya, dan ia pun membalas pesan Elan.

Percakapan mereka mengalir dengan lancar. Mereka memiliki banyak kesamaan, mulai dari kecintaan pada seni hingga ketertarikan pada teknologi. Mereka bertukar pikiran tentang arsitektur, pemrograman, dan bahkan filosofi cinta. Semakin mereka berbicara, semakin kuat rasa ketertarikan di antara mereka.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertemu. Anya memilih sebuah kafe yang tenang dengan dekorasi minimalis, mencerminkan kepribadian mereka berdua. Ketika Elan datang, Anya terpana. Ia lebih tampan dari fotonya. Elan pun terpesona dengan Anya. Rambut ungunya terlihat berkilauan di bawah cahaya matahari sore.

Kencan pertama mereka berjalan sangat lancar. Mereka berbicara selama berjam-jam, tertawa, dan berbagi cerita. Rasanya seperti mereka sudah saling kenal selama bertahun-tahun. Setelah kencan itu, mereka semakin sering bertemu. Mereka menjelajahi kota bersama, menonton film, makan malam romantis, dan bahkan coding bersama.

Anya dan Elan jatuh cinta. Mereka adalah bukti nyata bahwa cinta bisa ditemukan melalui algoritma. Anya merasa bangga dengan Soulmate AI. Ia telah menciptakan sesuatu yang tidak hanya membantu orang lain menemukan cinta, tapi juga membantunya menemukan cinta sejati.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung selamanya. Suatu malam, Anya menemukan sebuah bug yang sangat fatal dalam Soulmate AI. Bug ini menyebabkan aplikasi tersebut memberikan rekomendasi yang tidak akurat, bahkan memanipulasi data untuk mencocokkan pengguna yang sebenarnya tidak kompatibel.

Anya merasa sangat bersalah. Ia tahu bahwa bug ini bisa menghancurkan hubungan banyak orang, termasuk hubungannya sendiri dengan Elan. Ia segera memberitahu Elan tentang bug tersebut dan mengakui bahwa hubungan mereka mungkin didasarkan pada data yang salah.

Elan terkejut dan kecewa. Ia merasa dikhianati oleh Anya dan oleh Soulmate AI. Ia tidak tahu apakah cintanya pada Anya itu nyata atau hanya hasil dari algoritma yang salah. Ia membutuhkan waktu untuk memproses semua ini.

Anya berusaha menjelaskan kepada Elan bahwa cintanya padanya itu tulus, tidak peduli apa yang dikatakan oleh algoritma. Ia mencintai Elan karena kepribadiannya, karena senyumnya, karena cara ia memandangnya. Ia tidak ingin kehilangan Elan karena sebuah kesalahan teknis.

Namun, Elan terlalu terluka untuk mendengarkan. Ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Ia mengatakan bahwa ia tidak bisa mempercayai Anya lagi, dan bahwa ia tidak bisa mempercayai cintanya sendiri.

Anya patah hati. Ia kehilangan cinta sejatinya karena aplikasinya sendiri. Ia merasa bertanggung jawab atas semua ini. Ia telah menciptakan sebuah alat yang seharusnya membawa kebahagiaan, tapi malah membawa kesedihan.

Anya menutup Soulmate AI. Ia tidak ingin lagi terlibat dalam dunia kencan online. Ia memutuskan untuk fokus pada pekerjaannya sebagai programmer dan belajar dari kesalahannya.

Beberapa tahun kemudian, Anya bertemu dengan seorang pria di sebuah konferensi teknologi. Pria itu adalah seorang programmer yang bekerja di bidang kecerdasan buatan. Mereka memiliki banyak kesamaan, dan mereka mulai berkencan.

Kali ini, Anya tidak menggunakan aplikasi kencan. Ia ingin mengenal pria itu secara alami, tanpa bantuan algoritma. Ia ingin merasakan cinta yang murni, yang tidak terpengaruh oleh data dan statistik.

Anya belajar bahwa cinta itu memang bisa dihitung, tapi cinta juga membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar angka dan logika. Cinta membutuhkan kepercayaan, kejujuran, dan keberanian untuk mengambil risiko. Cinta membutuhkan sentuhan manusia yang nyata, bukan sentuhan algoritmik. Walaupun, barangkali, sentuhan algoritmik bisa menjadi awalnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI