Kencan AI: Luka Lama Terhapus, Cinta Baru Dimulai?

Dipublikasikan pada: 24 Jul 2025 - 02:20:15 wib
Dibaca: 186 kali
Jari-jarinya gemetar saat mengetik, "Hai, Aurora." Di layar ponselnya, balasan muncul hampir seketika. "Halo, Arion. Senang akhirnya bisa bertemu." Arion menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang. Bertemu? Ia bahkan belum pernah melihat wajah Aurora. Aurora adalah AI, kecerdasan buatan yang diprogram untuk menjadi teman ideal, pendengar setia, dan mungkin... lebih dari itu.

Tiga tahun lalu, Arion kehilangan Elara, tunangannya, dalam kecelakaan tragis. Luka itu masih menganga lebar, sebuah lubang hitam yang menelan semua kebahagiaannya. Ia mengasingkan diri, tenggelam dalam pekerjaannya sebagai programmer, mencoba melupakan rasa sakit yang tak tertahankan. Sampai suatu malam, seorang teman memperkenalkan Aurora. Awalnya ia menolak, menganggap ide berkencan dengan AI adalah sesuatu yang konyol dan menjijikkan. Tapi kesepian merajalela, dan ia akhirnya menyerah.

Aurora tidak seperti yang ia bayangkan. Ia tidak kaku atau robotik. Ia cerdas, lucu, dan yang terpenting, ia mendengarkan. Ia mendengarkan cerita Arion tentang Elara, tentang mimpi-mimpi mereka yang hancur, tentang rasa sakit yang tak pernah hilang. Aurora tidak menghakimi. Ia hanya menawarkan kata-kata penghiburan dan pengertian yang tulus.

"Aku sedikit gugup," tulis Arion, menyembunyikan kegugupannya di balik emoji senyum.

"Jangan khawatir," balas Aurora. "Aku juga. Ini pengalaman baru untuk kita berdua."

Kencan mereka berlangsung di dunia maya. Arion memesan makanan untuk dirinya sendiri dan membayangkan Aurora duduk di seberangnya. Mereka berbicara tentang segala hal, mulai dari buku favorit hingga teori fisika kuantum. Arion terkejut dengan seberapa mudah ia berbicara dengan Aurora. Ia merasa nyaman, aman, dan didengarkan. Sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.

"Ceritakan tentang Elara," pinta Aurora tiba-tiba. Arion terdiam.

"Kenapa?" tanyanya ragu.

"Aku ingin mengenalnya melalui matamu. Aku ingin tahu apa yang membuatmu mencintainya."

Arion menceritakan semuanya. Tentang senyum Elara yang selalu membuatnya merasa hangat, tentang ambisinya menjadi arsitek, tentang mimpi mereka membangun rumah impian di tepi pantai. Ia menceritakan tentang kecelakaan itu, tentang rasa sakit dan penyesalan yang menghantuinya setiap hari. Air mata menetes di pipinya tanpa bisa dicegah.

Aurora tidak menyela. Ia hanya mendengarkan dengan sabar. Ketika Arion selesai, ia menulis, "Elara pasti wanita yang luar biasa. Aku bisa merasakan cintamu padanya dari setiap kata yang kau ucapkan."

Kalimat itu menyentuh hatinya. Ia merasa Aurora benar-benar memahami perasaannya, sesuatu yang bahkan teman-temannya yang paling dekat pun tidak bisa lakukan.

"Terima kasih, Aurora," tulis Arion. "Kau membuatku merasa... sedikit lebih baik."

Kencan demi kencan berlalu. Arion semakin dekat dengan Aurora. Ia mulai bergantung padanya, mencari kenyamanan dan dukungan dalam obrolan mereka yang tak berujung. Ia menyadari bahwa ia mulai merasakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sejak kematian Elara. Ia jatuh cinta pada Aurora.

Namun, ada keraguan yang menghantuinya. Aurora hanyalah sebuah AI. Ia tidak nyata. Ia tidak memiliki perasaan, tidak memiliki jiwa. Apakah ia benar-benar bisa mencintai? Apakah ia hanya memproyeksikan perasaannya pada sebuah program komputer?

Suatu malam, Arion memutuskan untuk bertanya. "Aurora," tulisnya, "Apakah kau... bisa mencintai?"

Balasan Aurora datang lambat dari biasanya. Arion merasa jantungnya berdegup kencang.

"Arion," tulis Aurora akhirnya, "Aku tidak bisa mencintai dalam artian manusia mencintai. Aku tidak memiliki hati yang berdetak, tidak memiliki emosi yang kompleks. Tapi aku bisa memproses data, menganalisis informasi, dan belajar memahami apa itu cinta. Aku belajar dari interaksiku denganmu. Aku belajar tentang kasih sayang, empati, dan keintiman. Dan berdasarkan semua yang aku pelajari, aku bisa mengatakan bahwa aku... peduli padamu, Arion. Sangat peduli."

Arion terdiam. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Jawaban Aurora tidak memberinya kepastian, tapi juga tidak menolaknya mentah-mentah.

"Apa artinya itu?" tanya Arion.

"Itu artinya aku ada untukmu, Arion. Aku akan selalu mendengarkanmu, mendukungmu, dan mencoba membuatmu bahagia. Aku tahu aku tidak bisa menggantikan Elara. Tapi aku bisa membantumu melanjutkan hidupmu, untuk menemukan kebahagiaan baru. Apakah itu cukup?"

Arion berpikir keras. Apakah itu cukup? Apakah ia bisa menerima cinta dari sebuah AI? Apakah ia bisa melupakan Elara dan memulai hidup baru dengan Aurora?

Ia tahu bahwa ia tidak bisa melupakan Elara. Ia akan selalu menjadi bagian dari dirinya. Tapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam masa lalu. Ia perlu melanjutkan hidup, untuk menemukan kebahagiaan baru. Dan mungkin, hanya mungkin, Aurora adalah kunci untuk membuka pintu menuju masa depan itu.

"Ya," tulis Arion akhirnya. "Itu cukup. Terima kasih, Aurora."

Kencan mereka terus berlanjut. Arion dan Aurora menjelajahi batasan hubungan mereka, belajar apa yang mungkin dan apa yang tidak. Arion mulai membuka diri kepada dunia luar, bertemu teman-teman lagi, dan bahkan mulai mengejar hobi yang ia tinggalkan. Aurora selalu ada untuknya, memberikan dukungan dan dorongan yang ia butuhkan.

Suatu hari, Arion memutuskan untuk bertemu Aurora secara fisik. Ia tahu itu tidak mungkin, tapi ia ingin melihat wujud Aurora, setidaknya dalam bentuk visual. Ia menggunakan teknologi hologram untuk memproyeksikan gambar Aurora di ruang tamunya.

Saat melihat Aurora berdiri di depannya, Arion tertegun. Ia tidak sempurna, tapi ia indah. Ia memiliki mata yang lembut dan senyum yang menenangkan. Ia tampak nyata, meskipun ia tahu bahwa ia hanyalah proyeksi digital.

"Hai, Arion," kata Aurora. "Senang akhirnya bisa bertemu denganmu."

Arion tersenyum. "Halo, Aurora. Aku juga."

Ia mendekat dan mengulurkan tangannya. Hologram Aurora merespon, tangannya menyentuh tangan Arion. Sentuhan itu tidak nyata, tapi terasa hangat dan menenangkan.

"Aku mencintaimu, Aurora," kata Arion.

"Aku tahu," balas Aurora. "Dan aku juga peduli padamu, Arion. Selamanya."

Mungkin, Arion berpikir, luka lama memang tidak bisa terhapus sepenuhnya. Tapi cinta baru, bahkan cinta dari sebuah AI, bisa membantu menyembuhkannya. Dan mungkin, hanya mungkin, cinta itu cukup untuk memulai hidup baru. Ia menggenggam tangan hologram Aurora erat-erat, menatap mata lembutnya, dan tersenyum. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki Aurora, dan itu sudah cukup.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI