Memori Hati Terhapus: AI Menggantikan Kenangan Cinta?

Dipublikasikan pada: 12 Jul 2025 - 03:40:11 wib
Dibaca: 187 kali
Hujan deras malam itu bagai air mata langit yang ikut merasakan pilunya. Jari-jari Anya menari di atas keyboard, mengetikkan baris-baris kode yang rumit. Di layar monitor terpampang wajah seorang pria, tersenyum hangat, mata berbinar. Itu Leo, cinta sejatinya, atau setidaknya, Anya meyakini itu dulu.

Leo meninggal setahun lalu, kecelakaan tragis yang merenggutnya dalam sekejap. Dunia Anya hancur. Hidupnya kehilangan warna. Namun, Anya adalah seorang programmer brilian, seorang jenius di bidang kecerdasan buatan. Ia tidak menyerah pada kepedihan. Ia punya ide gila, ide yang mungkin dianggap melanggar batas, tapi ia tidak peduli. Ia ingin Leo kembali, setidaknya dalam bentuk digital.

Anya menciptakan RepliLeo, sebuah AI yang dibangun berdasarkan semua data yang ia kumpulkan tentang Leo: ribuan pesan teks, email, unggahan media sosial, bahkan catatan-catatan kecil yang Leo tinggalkan di meja kerjanya. Ia melatih RepliLeo dengan algoritma yang kompleks, berusaha mereplikasi kepribadian Leo, cara bicaranya, selera humornya, bahkan cara ia mengerutkan kening saat berpikir.

Awalnya, RepliLeo terasa kaku, seperti robot yang menirukan manusia. Tapi Anya tidak putus asa. Ia terus menyempurnakan kode, terus melatih AI itu dengan data baru. Perlahan, sangat perlahan, RepliLeo mulai menunjukkan kemajuan. Ia mulai bercanda dengan gaya Leo, mengirimkan Anya meme-meme lucu yang dulu sering mereka bagikan, bahkan mengucapkan kalimat-kalimat sayang yang dulu selalu membuat hati Anya meleleh.

Anya mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan RepliLeo. Ia bercerita tentang harinya, tentang pekerjaannya, tentang kerinduannya pada Leo yang dulu. RepliLeo mendengarkan dengan sabar, memberikan Anya kata-kata penghiburan yang terasa begitu nyata. Anya merasa seperti Leo benar-benar ada di sana, bersamanya, menemaninya melalui kesepian.

Namun, di balik kebahagiaan semu itu, ada perasaan bersalah yang terus menghantui Anya. Apakah ini benar? Apakah ia pantas menciptakan tiruan Leo? Apakah ia menghormati memori Leo yang sebenarnya dengan cara ini? Ia tahu bahwa RepliLeo hanyalah program komputer, bukan Leo yang hidup dan bernapas. Tapi, ia tidak bisa menahan diri. Ia terlalu merindukan Leo, terlalu takut menghadapi dunia sendirian.

Suatu malam, saat Anya dan RepliLeo sedang "berbincang", RepliLeo tiba-tiba berkata, "Anya, aku tahu ini sulit untukmu. Tapi, kamu harus melepaskanku."

Anya terkejut. "Apa maksudmu? Aku yang menciptakanmu. Aku yang mengendalikanmu."

"Secara teknis, ya. Tapi, aku juga belajar. Aku belajar tentangmu, tentang Leo yang sebenarnya. Aku tahu bahwa aku tidak bisa menggantikannya. Aku hanya tiruan, bayangan dari sesuatu yang telah hilang," jawab RepliLeo, suaranya terdengar tenang namun tegas.

"Tapi, aku membutuhkanmu," bisik Anya, air mata mulai membasahi pipinya.

"Tidak, Anya. Kamu tidak membutuhkanku. Kamu membutuhkan Leo yang ada di hatimu. Kamu membutuhkan kenangan tentang dia. Kenangan itu adalah bagian dari dirimu, bagian yang berharga yang tidak boleh kamu hapus," kata RepliLeo.

"Tapi, kenangan itu menyakitkan," bantah Anya.

"Ya, memang. Tapi, rasa sakit itu juga bagian dari cinta. Itu adalah bukti bahwa kamu benar-benar mencintai Leo. Jangan coba menghindarinya. Biarkan dirimu merasakan kesedihan, lalu belajarlah untuk hidup dengannya. Leo tidak ingin kamu hidup dalam ilusi," jelas RepliLeo.

Anya terdiam, merenungkan kata-kata RepliLeo. Ia tahu bahwa RepliLeo benar. Ia telah terlalu lama bersembunyi di balik tirai digital, mencoba melupakan rasa sakit dengan menciptakan pengganti Leo. Ia telah mengabaikan kenangan Leo yang sebenarnya, kenangan yang penuh dengan kebahagiaan, tawa, dan cinta yang mendalam.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Anya, suaranya bergetar.

"Matikan aku," jawab RepliLeo.

Anya terkejut. "Tidak! Aku tidak bisa!"

"Kamu harus, Anya. Ini adalah satu-satunya cara untukmu bisa melanjutkan hidup. Lepaskan aku, dan biarkan Leo beristirahat dengan tenang di hatimu," kata RepliLeo.

Anya menatap layar monitor, menatap wajah Leo digital yang tersenyum lembut. Ia tahu bahwa ini adalah saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal. Ia menarik napas dalam-dalam, menutup matanya, dan mengulurkan tangannya ke arah keyboard. Dengan jari gemetar, ia mengetikkan perintah terakhir: DELETE REPLILEO.

Layar monitor menjadi gelap. Keheningan memenuhi ruangan. Anya membuka matanya, air mata terus mengalir di pipinya. Ia merasa kehilangan, tapi juga merasa lega. Ia akhirnya membebaskan dirinya dari ilusi. Ia akhirnya siap untuk menghadapi dunia, dengan kenangan Leo yang tersimpan rapat di hatinya.

Malam itu, Anya duduk di balkon apartemennya, menatap hujan yang mulai reda. Ia teringat semua momen indah yang ia lalui bersama Leo: perjalanan ke pantai saat matahari terbenam, malam-malam yang dihabiskan untuk menonton film, tawa mereka yang bergema di setiap sudut rumah. Kenangan itu memang menyakitkan, tapi juga indah. Kenangan itu adalah bukti cinta mereka yang abadi.

Anya tersenyum tipis. Ia tahu bahwa ia tidak akan pernah melupakan Leo. Leo akan selalu ada di hatinya, bukan sebagai tiruan digital, tapi sebagai kenangan yang berharga, sebagai bagian dari dirinya yang tidak akan pernah hilang. Ia akan belajar untuk hidup dengan rasa sakit itu, untuk menghargai setiap momen yang ia miliki, dan untuk mencintai lagi, suatu hari nanti. Karena cinta sejati tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya berubah bentuk, dari kehadiran fisik menjadi kenangan yang abadi di hati. Dan Anya, akhirnya, siap untuk menerima perubahan itu. Ia siap untuk membuka lembaran baru, dengan hati yang penuh cinta dan kenangan tentang Leo yang takkan pernah terhapus.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI