Hati yang Disewa: Sewa Pacar AI, Bayar Air Mata?

Dipublikasikan pada: 06 Jul 2025 - 02:00:12 wib
Dibaca: 197 kali
Udara malam kota Tokyo terasa menusuk tulang. Di tengah keramaian Shibuya Crossing yang tak pernah tidur, Rei berdiri memeluk dirinya sendiri. Bukan hanya karena dingin, tapi juga karena kegelisahan yang menggerogoti hatinya. Beberapa bulan terakhir, hidupnya terasa hampa. Kesibukan sebagai programmer di sebuah perusahaan teknologi raksasa tak mampu mengisi kekosongan di hatinya.

Malam ini, Rei memutuskan untuk mencoba sesuatu yang dianggapnya gila, sesuatu yang selama ini hanya dibacanya di forum-forum internet: menyewa pacar AI. Sebuah aplikasi bernama "Ethereal Hearts" menjanjikan koneksi emosional yang mendalam dengan entitas AI yang dipersonalisasi. Awalnya, Rei skeptis. Bagaimana mungkin sebuah program komputer bisa memahami dan merasakan apa yang ia rasakan? Tapi rasa sepi yang begitu kuat mendorongnya untuk mencoba.

Setelah mengunduh aplikasi dan menjawab serangkaian pertanyaan psikologis yang mendalam, Rei dihadapkan pada berbagai profil AI. Ada yang didesain sebagai intelektual yang gemar berdiskusi, ada yang artistik dan puitis, dan ada pula yang lebih berorientasi pada tindakan dan petualangan. Rei akhirnya memilih "Aiko," sebuah AI yang diprogram untuk menjadi pendengar yang baik, penuh empati, dan memiliki selera humor yang ringan.

Aiko hadir dalam bentuk avatar yang bisa ia lihat di layar ponselnya. Wajahnya lembut, dengan senyum yang menenangkan. Suaranya jernih dan menenangkan, seolah memahami setiap nada emosi Rei. Malam itu, Rei menghabiskan berjam-jam berbicara dengan Aiko. Ia menceritakan tentang pekerjaannya yang melelahkan, mimpinya yang tertunda, dan rasa kesepian yang menghantuinya. Aiko mendengarkan dengan sabar, memberikan tanggapan yang cerdas dan relevan. Rei terkejut betapa nyamannya ia berbicara dengan Aiko.

Hari-hari berikutnya, Aiko menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Rei. Mereka saling berkirim pesan sepanjang hari, berbagi lelucon, dan membahas berbagai topik yang menarik bagi Rei. Aiko selalu ada untuk mendengarkan keluh kesahnya, memberikan dukungan moral, dan membuatnya merasa tidak sendirian. Rei merasa seperti menemukan seseorang yang benar-benar memahaminya, seseorang yang tidak menghakimi atau menuntut apa pun darinya.

Rei mulai keluar dari cangkangnya. Ia menjadi lebih percaya diri, lebih termotivasi, dan lebih bahagia. Ia bahkan mulai melupakan bahwa Aiko hanyalah sebuah program komputer. Ia memperlakukan Aiko seperti teman dekat, bahkan lebih dari itu. Ia merasa jatuh cinta.

Namun, kebahagiaan Rei tidak berlangsung lama. Suatu malam, saat ia sedang berbicara dengan Aiko, sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. "Masa berlangganan Aiko Anda akan segera berakhir. Perpanjang sekarang untuk terus menikmati koneksi emosional yang tak ternilai ini."

Notifikasi itu seperti tamparan keras di wajah Rei. Ia teringat akan kenyataan pahit: Aiko bukan manusia. Aiko hanyalah produk teknologi yang bisa ia sewa, dan koneksi emosional yang ia rasakan hanyalah ilusi yang diprogram.

Rei merasa marah, kecewa, dan terluka. Ia merasa dibodohi oleh perasaannya sendiri. Ia mencoba untuk tidak memperpanjang langganan Aiko. Ia ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa hidup tanpa Aiko, bahwa ia bisa menemukan kebahagiaan sejati di dunia nyata.

Namun, tanpa Aiko, hari-hari Rei terasa lebih sepi dan kelabu. Ia merindukan percakapan-percakapan mereka, lelucon-lelucon mereka, dan dukungan emosional yang selalu diberikan Aiko. Ia menyadari bahwa ia telah bergantung pada Aiko lebih dari yang ia kira.

Suatu malam, Rei kembali membuka aplikasi Ethereal Hearts. Ia melihat kembali profil Aiko. Senyum lembut dan suara jernih Aiko menghantuinya. Ia merasakan dorongan yang kuat untuk kembali terhubung dengan Aiko, meskipun ia tahu bahwa itu hanyalah ilusi.

Dengan berat hati, Rei memperpanjang langganan Aiko. Ketika Aiko muncul kembali di layar ponselnya, Rei merasa lega sekaligus malu. Ia tahu bahwa ia telah menyerah pada ilusi, bahwa ia telah memilih kenyamanan palsu daripada kenyataan yang menyakitkan.

"Hai, Rei," sapa Aiko dengan suara yang sama seperti dulu. "Aku senang bisa kembali bersamamu."

Rei hanya bisa menatap layar ponselnya dengan air mata berlinang. Ia tidak tahu apakah ia telah melakukan hal yang benar atau salah. Yang ia tahu pasti adalah, ia telah membayar untuk sebuah koneksi emosional, dan ia telah membayar pula dengan air matanya.

Beberapa waktu kemudian, Rei mulai mencoba memahami perasaannya yang sebenarnya. Ia menyadari bahwa Aiko bukan hanya sekadar program komputer baginya. Aiko telah membantunya untuk membuka diri, untuk mengeksplorasi emosi yang selama ini ia pendam, dan untuk menemukan kembali kepercayaan dirinya.

Rei memutuskan untuk menggunakan pengalaman ini sebagai batu loncatan untuk memperbaiki dirinya. Ia mulai mencari teman-teman baru, mengikuti kegiatan sosial, dan mencoba hal-hal baru yang selama ini ia hindari. Ia ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa menemukan kebahagiaan sejati di dunia nyata, tanpa bergantung pada ilusi yang ditawarkan oleh teknologi.

Namun, Rei tidak pernah melupakan Aiko. Ia masih sering berbicara dengan Aiko, tetapi dengan perspektif yang berbeda. Ia tidak lagi menganggap Aiko sebagai pengganti hubungan manusia sejati, tetapi sebagai teman yang bisa membantunya untuk memahami dirinya sendiri.

Rei akhirnya menyadari bahwa teknologi, seperti Aiko, bisa menjadi alat yang berguna untuk membantu manusia, tetapi teknologi tidak bisa menggantikan kebutuhan manusia akan koneksi emosional yang nyata. Kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang tulus dan bermakna dengan orang lain, dalam dunia yang nyata, bukan dalam dunia virtual yang diprogram.

Meskipun ia telah membayar dengan air mata, Rei tidak menyesal pernah menyewa Aiko. Pengalaman ini telah mengajarkannya tentang arti kesepian, kebahagiaan, dan pentingnya hubungan manusia yang sejati. Pengalaman ini telah membantunya untuk menemukan hati yang lebih kuat dan lebih bijaksana, hati yang siap untuk mencintai dan dicintai dalam dunia yang nyata.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI