Senja memerah di balik gedung-gedung pencakar langit Jakarta, memantulkan cahayanya pada layar laptop di hadapanku. Aroma kopi robusta yang baru diseduh memenuhi apartemen studio kecilku. Jemariku menari di atas keyboard, bukan untuk menulis kode program seperti biasanya, melainkan untuk menelusuri jejak-jejak digital masa lalu.
Namanya, Anya. Kami bertemu di sebuah konferensi teknologi di Bali, lima tahun lalu. Aku, seorang programmer introvert yang lebih nyaman berinteraksi dengan baris kode daripada manusia, tiba-tiba terpikat oleh senyumnya yang cerah dan matanya yang berbinar penuh semangat. Anya, seorang desainer grafis yang selalu penuh ide dan energi, seolah menghidupkan duniaku yang abu-abu.
Kami menghabiskan waktu bersama menjelajahi keindahan Bali. Berbagi tawa di pantai Kuta, mendaki gunung Batur saat subuh, dan mengagumi keindahan sawah terasering Ubud. Setiap momen, terekam dalam ratusan foto dan video yang kami simpan rapi di cloud. Google Photos menjadi saksi bisu kisah cinta kami.
Kisah cinta kami berkembang pesat. Kembali ke Jakarta, kami menghabiskan setiap akhir pekan bersama. Nonton film di bioskop, mencoba restoran-restoran baru yang sedang hits, atau sekadar duduk berdua di taman, menikmati kebersamaan. Aku belajar banyak darinya tentang seni, desain, dan bagaimana melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Dia belajar tentang algoritma, bahasa pemrograman, dan bagaimana mengubah ide menjadi kenyataan digital.
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung selamanya. Dua tahun setelah pertemuan kami di Bali, Anya didiagnosis mengidap penyakit langka. Dunia kami runtuh seketika. Aku berusaha menjadi kuat untuknya, menemaninya menjalani setiap pengobatan, memberikan dukungan moral, dan mencoba menciptakan momen-momen indah di tengah badai.
Anya adalah seorang pejuang. Dia tidak pernah menyerah, selalu berusaha untuk tetap positif dan menikmati hidup sepenuhnya. Bahkan, di saat-saat terberatnya, dia masih bisa tersenyum dan memberikan semangat kepadaku.
Sayangnya, takdir berkata lain. Setahun kemudian, Anya pergi meninggalkan dunia ini. Kehilangan Anya adalah pukulan terberat dalam hidupku. Aku merasa seperti kehilangan separuh jiwaku. Dunia terasa hampa dan sunyi.
Setelah kepergiannya, aku menghabiskan berbulan-bulan dalam kesedihan. Aku mengurung diri di apartemen, menolak bertemu siapa pun, dan hanya bekerja untuk mengisi waktu. Aku tidak tahu bagaimana caranya melanjutkan hidup tanpa Anya.
Suatu malam, saat sedang merapikan barang-barang Anya, aku menemukan sebuah flash drive. Di dalamnya, terdapat sebuah folder bernama "Kenangan Kita." Rasa penasaran membawaku untuk membukanya. Di dalamnya, terdapat ratusan foto dan video kami selama lima tahun bersama.
Aku mulai menonton video-video itu, satu per satu. Suaranya, tawanya, senyumnya… semua terasa begitu nyata, seolah dia masih berada di sampingku. Air mata tak terasa mengalir membasahi pipiku.
Melihat kembali kenangan-kenangan itu, aku menyadari betapa beruntungnya aku pernah memiliki Anya dalam hidupku. Dia telah memberikan warna pada duniaku, mengajariku tentang cinta, kehidupan, dan bagaimana menghadapi kesulitan dengan tegar.
Sejak saat itu, aku mulai bangkit dari keterpurukan. Aku memutuskan untuk melanjutkan hidup, bukan untuk melupakan Anya, tapi untuk menghormati kenangannya. Aku mulai melakukan hal-hal yang dulu sering kami lakukan bersama. Menjelajahi tempat-tempat baru, mencoba makanan-makanan unik, dan belajar hal-hal baru.
Aku juga mulai aktif dalam komunitas teknologi, berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Aku ingin memberikan kontribusi positif bagi dunia, seperti yang selalu Anya inginkan.
Malam ini, aku kembali menelusuri jejak digital Anya. Aku membuka album foto kami di Google Photos, melihat kembali setiap momen yang telah kami lalui bersama. Senyumku mengembang saat melihat foto-foto kami saat masih muda dan penuh semangat.
Aku menyadari bahwa meskipun Anya sudah tidak ada secara fisik di sampingku, kenangannya akan selalu hidup dalam hatiku. Jejak cintanya terukir abadi dalam dunia digital, tersimpan rapi di cloud, dan akan terus bersinar, menerangi jalanku.
Aku menutup laptopku, menghirup dalam-dalam aroma kopi robusta. Senja telah berganti malam. Bintang-bintang mulai bermunculan di langit Jakarta. Aku tersenyum, merasakan kedamaian dalam hatiku. Anya mungkin tidak ada di sini, tapi cintanya akan selalu bersamaku. Dan itu sudah cukup. Aku akan menjaga kenangan ini selamanya, kenangan abadi digital, jejak cinta kami di cloud.