Debu neon berputar di sekitar Anya, memantulkan cahaya dari sepuluh monitor yang mengelilinginya. Jari-jarinya menari di atas keyboard, menghasilkan deretan kode yang rumit. Di usia 25 tahun, Anya adalah seorang lead programmer di "Eros AI", perusahaan yang menciptakan algoritma pencari jodoh paling mutakhir di dunia. Algoritma ini, dijuluki "Soulmate Engine", konon mampu menemukan pasangan ideal dengan akurasi mendekati sempurna.
Ironisnya, Anya sendiri masih lajang.
"Lembur lagi, Anya?" sapa suara berat dari belakangnya.
Anya menoleh, mendapati Rio, head of engineering Eros AI, berdiri di ambang pintu. Rio adalah tipe pria yang bisa membuat jantung algoritma sekalipun berdebar lebih cepat. Tinggi, tampan, dengan mata cokelat yang teduh dan senyum yang selalu berhasil membuat Anya salah tingkah.
"Hanya sedikit bug di modul 'Empati'," jawab Anya, berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Harus segera diperbaiki sebelum update besok."
Rio mengangguk. "Kau memang dedikasi nomor satu. Tapi jangan lupa istirahat. Kau tidak bisa menemukan cinta sejati dengan mata merah dan lingkaran hitam di bawah mata."
Anya tertawa kecil. "Aku tidak mencari cinta sejati, Rio. Aku hanya memastikan orang lain bisa menemukannya."
Rio tersenyum misterius. "Kau tahu, algoritma sehebat apa pun tidak bisa menggantikan intuisi hati. Mungkin kau harus mencoba mengikuti intuisimu sendiri." Lalu, sebelum Anya sempat menjawab, Rio sudah menghilang di balik pintu.
Kata-kata Rio terngiang di benak Anya sepanjang malam. Intuisi hati? Selama ini, Anya selalu mengandalkan logika dan data. Perasaan adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi, tidak bisa diukur, dan oleh karena itu, tidak relevan. Tapi, entah kenapa, tatapan Rio tadi terasa berbeda. Tatapan yang seolah mengatakan bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan di antara mereka.
Keesokan harinya, saat Anya sedang memeriksa database Soulmate Engine, ia menemukan anomali. Sebuah profil baru, dengan compatibility score yang sangat tinggi dengan salah satu pengguna VIP, muncul secara misterius. Profil tersebut tidak terdaftar secara resmi, dan datanya terasa asing. Lebih aneh lagi, profil tersebut memiliki kesamaan yang mencolok dengan… Anya sendiri.
Jantung Anya berdegup kencang. Siapa yang berani bermain-main dengan algoritma Eros AI? Dan mengapa profil palsu ini dibuat dengan begitu detail, seolah-olah seseorang benar-benar mengenal dirinya?
Investigasi Anya membawanya ke server internal yang jarang digunakan. Di sana, ia menemukan sebuah folder terenkripsi dengan nama sandi "Project Nightingale". Setelah berhasil membobol enkripsinya, Anya terkejut menemukan serangkaian kode yang sangat familiar. Kode tersebut adalah variasi dari Soulmate Engine, namun dengan beberapa modifikasi yang sangat signifikan.
Modifikasi tersebut memungkinkan pengguna untuk memanipulasi data dan menciptakan profil pasangan ideal palsu, dengan tujuan untuk mencuri hati seseorang.
Anya merasa dikhianati. Siapa di perusahaan yang tega melakukan ini? Dan siapa yang menjadi target dari Project Nightingale ini?
Anya terus menggali, mengikuti jejak kode yang rumit. Akhirnya, ia menemukan sebuah log file yang berisi daftar username dan password. Salah satu username tersebut sangat familiar: "Rio_Engineering".
Anya terpaku. Tidak mungkin. Rio? Pria yang selama ini ia kagumi diam-diam, ternyata adalah dalang dari Project Nightingale?
Anya mencoba menghubungi Rio, tetapi panggilannya tidak dijawab. Ia kemudian memutuskan untuk pergi ke kantor Rio. Pintunya tidak terkunci. Anya masuk, mendapati Rio sedang duduk di depan komputernya, wajahnya pucat.
"Rio?" panggil Anya pelan.
Rio menoleh, terkejut melihat Anya. "Anya? Apa yang kau lakukan di sini?"
Anya menunjukkan flash drive berisi data Project Nightingale. "Aku tahu semuanya, Rio. Aku tahu tentang Project Nightingale. Dan aku tahu kau yang membuatnya."
Rio menghela napas panjang. "Anya, aku bisa menjelaskannya…"
"Jelaskan apa? Jelaskan bagaimana kau tega memanipulasi perasaan orang lain demi keuntungan pribadi? Jelaskan bagaimana kau berani mencuri kode hatiku dan menggunakannya untuk tujuan jahat?"
Rio berdiri dan mendekati Anya. "Anya, kau salah paham. Project Nightingale tidak seperti yang kau pikirkan."
"Lalu apa? Apa motifmu, Rio?"
Rio terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara lirih, "Aku… aku mencintaimu, Anya."
Anya terkejut. "Apa?"
"Aku tahu ini terdengar gila, tapi aku benar-benar mencintaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu berkutat dengan kode, aku tahu kau berbeda. Kau cerdas, berbakat, dan memiliki hati yang besar."
"Tapi… Project Nightingale? Profil palsu itu?"
"Aku membuat Project Nightingale bukan untuk mencuri hati siapa pun, Anya. Aku membuatnya… untuk menciptakan diriku yang ideal di matamu." Rio menunduk, malu. "Aku tahu ini bodoh, tapi aku merasa tidak cukup baik untukmu. Aku berpikir, jika aku bisa memanipulasi algoritma untuk menunjukkan sisi terbaikku, mungkin kau akan melihatku dengan cara yang berbeda."
Anya terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Di satu sisi, ia merasa marah dan dikhianati. Di sisi lain, ia merasa tersentuh oleh pengakuan Rio yang tulus.
"Jadi, profil palsu itu… adalah gambaran dirimu yang ideal?" tanya Anya.
Rio mengangguk. "Ya. Seorang pria yang percaya diri, sukses, dan penuh perhatian. Seorang pria yang pantas untukmu."
Anya mendekati Rio dan meraih tangannya. "Rio, kau tidak perlu menjadi orang lain untuk membuatku mencintaimu. Aku menyukaimu apa adanya. Aku menyukai kecerdasanmu, kerendahan hatimu, dan kebaikan hatimu."
Rio mengangkat wajahnya, menatap Anya dengan mata berkaca-kaca. "Benarkah?"
Anya tersenyum. "Ya, Rio. Benar."
Rio memeluk Anya erat. "Aku janji, aku akan menghapus Project Nightingale. Aku akan bertanggung jawab atas semua yang telah kulakukan."
Anya membalas pelukan Rio. "Aku percaya padamu, Rio. Tapi kau harus tahu, mencuri kode hati seseorang adalah tindakan yang sangat berbahaya. Lain kali, coba saja untuk jujur dengan perasaanmu."
Rio tersenyum. "Aku janji, Anya. Aku janji."
Di tengah debu neon yang berputar-putar, Anya dan Rio berpegangan tangan, menyadari bahwa algoritma tercanggih sekalipun tidak bisa menggantikan keajaiban cinta yang tulus. Cinta, seperti kode yang rumit, butuh kejujuran, kepercayaan, dan keberanian untuk didekripsi. Dan terkadang, cinta itu ada tepat di depan mata, hanya perlu keberanian untuk melihatnya.