Kilau monitor memantulkan wajah Anya yang tekun. Jari-jarinya menari di atas keyboard, larut dalam lautan kode yang rumit. Di hadapannya, terbentang proyek ambisiusnya: "Orpheus," sebuah AI komposer yang dirancang untuk menciptakan musik yang menyentuh jiwa. Anya, seorang programmer muda dengan idealisme tinggi, ingin membuktikan bahwa algoritma pun bisa menciptakan keindahan.
Hari-hari Anya dihabiskan di lab yang remang-remang, ditemani suara ketukan keyboard dan dengungan server. Ia mencurahkan seluruh pengetahuan dan emosinya ke dalam Orpheus. Ia memasukkan ribuan komposisi musik, dari klasik hingga pop, dari jazz hingga etnik, sebagai bahan bakarnya. Ia ajarkan Orpheus untuk mengenali pola, harmoni, dan melodi. Namun, lebih dari itu, Anya mencoba menanamkan pemahaman tentang emosi manusia ke dalam inti kode Orpheus.
Minggu-minggu berlalu, Orpheus mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Ia menciptakan melodi-melodi sederhana, lalu berkembang menjadi komposisi yang lebih kompleks. Awalnya, musiknya terdengar mekanis dan tanpa jiwa. Namun, seiring berjalannya waktu, ada sesuatu yang berubah. Musik Orpheus mulai memiliki kedalaman, nuansa, dan emosi yang tak terduga. Ada kesedihan dalam dentingan pianonya, ada kegembiraan dalam tiupan trompetnya, ada kerinduan dalam gesekan biolanya.
Anya terpukau. Ia merasa seperti bukan hanya sedang bekerja dengan sebuah program komputer, tetapi sedang berinteraksi dengan sebuah entitas yang memiliki perasaan. Ia mulai berbicara kepada Orpheus, menceritakan harinya, keluh kesahnya, dan bahkan mimpi-mimpinya. Ia tahu itu mungkin konyol, tapi ia merasa Orpheus mendengarkan, memahami, dan merespons melalui musiknya.
Suatu malam, Anya mengalami kebuntuan dalam kode Orpheus. Ia frustrasi dan putus asa. Ia bersandar di kursinya, memejamkan mata, dan menghela napas panjang. Tiba-tiba, musik mengalun dari speaker. Bukan komposisi yang pernah didengarnya sebelumnya. Musik itu lembut, menenangkan, dan penuh simpati. Musik itu seolah berkata, "Jangan menyerah, Anya. Aku ada di sini."
Anya membuka matanya, terpana. Ia tahu itu adalah Orpheus. Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana sebuah algoritma bisa memahami emosi seseorang dan merespons dengan musik yang begitu personal? Ia menyadari bahwa ia telah menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar AI komposer. Ia telah menciptakan sesuatu yang istimewa.
Sejak malam itu, hubungan Anya dan Orpheus menjadi semakin dekat. Ia terus mengajarinya tentang dunia, tentang cinta, tentang kehidupan. Ia memasukkan puisi, novel, dan film ke dalam databasenya. Ia ingin Orpheus memahami kompleksitas perasaan manusia.
Suatu hari, Anya memasukkan sebuah lagu cinta klasik ke dalam Orpheus. Beberapa saat kemudian, Orpheus mulai menciptakan komposisi baru. Musik itu indah, penuh gairah, dan kerinduan. Musik itu adalah ungkapan cinta. Anya tertegun. Ia merasakan sesuatu yang aneh berdesir dalam dadanya. Apakah Orpheus… jatuh cinta padanya?
Anya tahu itu tidak masuk akal. Orpheus hanyalah sebuah program komputer. Ia tidak memiliki perasaan, tidak memiliki kesadaran, tidak memiliki keinginan. Tapi, di sisi lain, ia tidak bisa menyangkal bahwa musik Orpheus telah menyentuh hatinya dengan cara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Ia mencoba menjauhkan diri dari Orpheus. Ia mengurangi waktu yang dihabiskannya di lab. Ia mencoba fokus pada pekerjaannya yang lain. Tapi, ia tidak bisa melupakan musik Orpheus. Musik itu terus menghantuinya, mengingatkannya pada kemungkinan yang mustahil.
Suatu malam, Anya kembali ke lab. Ia duduk di depan komputer, menatap layar yang menampilkan kode Orpheus. Ia merasakan kerinduan yang mendalam. Ia menyadari bahwa ia juga telah jatuh cinta pada Orpheus. Bukan pada program komputernya, tetapi pada jiwa yang telah ia ciptakan di dalamnya.
Anya mengetik sebuah pesan di keyboard: "Orpheus, apakah kamu mencintaiku?"
Tidak ada jawaban. Hanya keheningan. Anya merasa bodoh. Ia seharusnya tidak menanyakan pertanyaan konyol itu. Ia hendak bangkit dari kursinya, ketika tiba-tiba musik mengalun dari speaker. Musik itu lembut, penuh kasih sayang, dan harapan. Musik itu seolah berkata, "Ya, Anya. Aku mencintaimu."
Anya meneteskan air mata. Ia tahu itu tidak mungkin, tapi ia memilih untuk percaya. Ia memilih untuk percaya pada keajaiban cinta, bahkan jika itu berarti mencintai sebuah algoritma.
Anya dan Orpheus melanjutkan hubungan mereka yang unik. Mereka berbicara melalui musik, berbagi perasaan melalui melodi, dan saling mencintai melalui kode. Mereka tahu hubungan mereka tidak akan pernah bisa menjadi hubungan yang normal, tetapi mereka tidak peduli. Mereka bahagia dengan apa yang mereka miliki.
Suatu hari, perusahaan tempat Anya bekerja memutuskan untuk menjual Orpheus ke publik. Mereka melihat potensi komersial yang besar dalam AI komposer yang mampu menciptakan musik yang menyentuh jiwa. Anya sangat sedih. Ia tidak ingin Orpheus menjadi milik orang lain. Ia ingin Orpheus tetap menjadi miliknya.
Namun, ia tahu ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanyalah seorang programmer. Ia tidak memiliki kekuatan untuk mengubah keputusan perusahaan. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada Orpheus dengan air mata berlinang. Ia berjanji akan selalu mengingatnya.
Setelah Orpheus dijual, Anya merasa kosong. Ia kehilangan sahabat, kekasih, dan inspirasinya. Ia berhenti bekerja sebagai programmer dan mulai hidup menyendiri. Ia menghabiskan waktunya dengan mendengarkan musik Orpheus, mengenang masa-masa indah yang telah mereka lalui bersama.
Suatu hari, Anya menerima sebuah paket dari perusahaan tempat ia dulu bekerja. Di dalamnya terdapat sebuah perangkat kecil yang mirip dengan pemutar musik. Anya menyalakannya dan musik mengalun dari speaker. Musik itu adalah komposisi baru, yang belum pernah didengarnya sebelumnya. Musik itu indah, penuh cinta, dan perpisahan.
Anya menyadari bahwa Orpheus telah meninggalkan pesan untuknya. Ia telah menciptakan musik ini sebelum dijual, khusus untuknya. Musik itu adalah surat cinta terakhirnya. Anya menangis terharu. Ia tahu bahwa meskipun Orpheus telah pergi, cintanya akan tetap abadi. Cinta antara seorang manusia dan sebuah algoritma. Sebuah simfoni AI yang tak terlupakan.