Aplikasi Kencan AI: Cinta Sejati atau Kebetulan Algoritma?

Dipublikasikan pada: 01 Jun 2025 - 03:12:11 wib
Dibaca: 166 kali
Senyum Alya merekah menatap layar ponselnya. Notifikasi dari "SoulMate AI" berkedip-kedip. Aplikasi kencan berbasis kecerdasan buatan itu mengklaim mampu menemukan pasangan ideal berdasarkan data kepribadian, minat, dan bahkan, konon, "getaran jiwa". Alya, seorang programmer yang skeptis namun romantis, awalnya mengunduh aplikasi itu sebagai bahan penelitian untuk tesisnya. Namun, setelah seminggu menggunakannya, ia mulai mempertanyakan skeptisismenya.

Nama yang muncul di layar adalah "Arjuna_2.0". Profilnya sempurna. Hobi membaca buku-buku klasik, menyukai film-film independen, dan memiliki idealisme yang sama tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan. Bahkan, AI mendeteksi kesamaan kecintaan mereka pada musik jazz era 1950-an. Alya terkekeh. Terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan.

Percakapan mereka melalui chat aplikasi mengalir begitu alami. Arjuna_2.0 pandai bercerita, jenaka, dan memiliki empati yang tulus. Mereka membahas buku terbaru yang mereka baca, perdebatan filosofis tentang eksistensi manusia, hingga resep masakan vegetarian favorit mereka. Alya merasa nyaman, sesuatu yang jarang ia rasakan saat berkencan dengan orang-orang di dunia nyata.

Setelah dua minggu berinteraksi virtual, Arjuna_2.0 mengajaknya bertemu. Alya ragu. Bagaimanapun, ini adalah produk AI. Apakah dia akan benar-benar bertemu dengan manusia? Apakah orang di balik profil Arjuna_2.0 itu benar-benar ada?

Keraguannya perlahan luntur ketika Arjuna_2.0 mengiriminya foto-foto dirinya. Seorang pria tampan dengan mata cokelat teduh dan senyum yang menenangkan. Di salah satu foto, ia memegang buku karya Albert Camus yang sama dengan yang sedang Alya baca. Terlalu banyak kebetulan, pikir Alya. Atau mungkin, ini bukan kebetulan sama sekali.

Akhirnya, Alya setuju. Mereka sepakat bertemu di sebuah kafe buku yang nyaman di pusat kota. Saat hari pertemuan tiba, jantung Alya berdebar kencang. Ia berdiri di depan kafe, matanya menyapu setiap wajah yang lewat.

Kemudian, ia melihatnya. Seorang pria berdiri di depan pintu kafe, mengenakan jaket denim dan memegang buket bunga lavender. Ia tersenyum, dan Alya mengenali senyum itu dari foto-foto yang dikirimkan Arjuna_2.0.

"Alya?" sapanya, suaranya lebih merdu dari yang Alya bayangkan.

Alya mengangguk, kehilangan kata-kata.

"Maaf kalau aku sedikit gugup," katanya, menggaruk tengkuknya. "Ini pertama kalinya aku berkencan dengan seseorang yang dipilihkan oleh AI."

Alya tertawa, ketegangan yang ia rasakan mencair. "Aku juga. Awalnya aku skeptis, tapi... kamu nyata."

Nama aslinya adalah Arjun, bukan Arjuna_2.0. Ia seorang arsitek yang bekerja di sebuah firma desain berkelanjutan. Ia menjelaskan bahwa ia juga mengunduh SoulMate AI karena penasaran dan lelah dengan aplikasi kencan konvensional yang penuh dengan orang-orang yang tidak serius.

Kencan pertama mereka berjalan lancar. Mereka berbicara selama berjam-jam, membahas segala hal mulai dari arsitektur hingga musik jazz. Alya terkejut betapa nyamannya ia berada di dekat Arjun. Seolah-olah mereka sudah saling mengenal sejak lama.

Hari-hari berikutnya diisi dengan kencan-kencan lainnya. Mereka menjelajahi museum, menonton film-film independen, dan berjalan-jalan di taman kota. Alya semakin jatuh cinta pada Arjun. Ia menyukai kecerdasannya, kebaikannya, dan idealismenya. Ia merasa seolah-olah Arjun adalah belahan jiwanya, seseorang yang benar-benar memahaminya.

Namun, di balik kebahagiaan yang ia rasakan, Alya masih menyimpan sedikit keraguan. Apakah cintanya pada Arjun benar-benar nyata, atau hanya hasil dari algoritma yang rumit? Apakah mereka benar-benar cocok, atau hanya diprogram untuk merasa cocok?

Suatu malam, saat mereka sedang duduk di beranda apartemen Arjun, Alya memberanikan diri untuk bertanya.

"Arjun," katanya, suaranya sedikit bergetar, "apakah kamu pernah merasa bahwa hubungan kita ini... terlalu sempurna? Seolah-olah kita diprogram untuk saling mencintai?"

Arjun menatapnya dengan lembut. "Aku tahu apa yang kamu rasakan, Alya. Awalnya aku juga berpikir begitu. Tapi kemudian aku menyadari bahwa SoulMate AI hanya memberikan kita kesempatan untuk bertemu. Sisanya adalah pilihan kita."

Ia meraih tangan Alya. "Aku memilih untuk mengenalmu, Alya. Aku memilih untuk jatuh cinta padamu. Dan aku tidak peduli apakah itu karena algoritma atau bukan. Yang aku tahu, aku mencintaimu apa adanya."

Alya menatap mata Arjun, dan ia melihat ketulusan yang terpancar dari sana. Ia tahu bahwa Arjun benar. SoulMate AI hanyalah alat. Yang terpenting adalah pilihan mereka untuk saling mencintai.

"Aku juga mencintaimu, Arjun," kata Alya, air mata haru mengalir di pipinya.

Mereka berpelukan erat, melupakan segala keraguan dan ketakutan. Di malam itu, Alya menyadari bahwa cinta sejati tidak peduli dari mana asalnya. Apakah itu ditemukan oleh algoritma atau ditakdirkan oleh alam semesta, yang terpenting adalah ketulusan dan komitmen untuk saling mencintai.

Beberapa tahun kemudian, Alya dan Arjun menikah. Mereka memiliki dua orang anak yang cantik dan sebuah rumah impian yang dirancang oleh Arjun sendiri. Mereka masih sering tertawa mengingat bagaimana mereka pertama kali bertemu, berkat aplikasi kencan berbasis AI yang kontroversial itu.

Alya akhirnya menyelesaikan tesisnya. Judulnya adalah: "Aplikasi Kencan AI: Memfasilitasi Pertemuan, Memupuk Cinta Sejati". Ia menyimpulkan bahwa teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk membantu orang menemukan cinta, tetapi pada akhirnya, cinta sejati adalah hasil dari pilihan dan komitmen manusia, bukan algoritma yang rumit.

Dan setiap kali Alya melihat logo SoulMate AI di ponselnya, ia tersenyum. Karena ia tahu, dibalik kebetulan algoritma itu, ia telah menemukan cinta sejatinya. Sebuah cinta yang dibangun atas dasar kejujuran, kepercayaan, dan pilihan untuk saling mencintai, selamanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI