Algoritma Cinta yang Hilang: Unduh Hatiku Kembali

Dipublikasikan pada: 31 May 2025 - 20:06:11 wib
Dibaca: 158 kali
Aplikasi kencan itu berkedip-kedip di layar ponselku, memamerkan deretan wajah yang tersenyum paksa dan profil-profil yang penuh dengan janji palsu kebahagiaan. Aku menghela napas, merasa semakin muak dengan algoritma yang seharusnya menemukan "belahan jiwa" untukku. Ironisnya, semua yang kutemukan justru hanyalah duplikat dari tipe ideal yang sudah kuprogram dalam benakku sendiri.

Namaku Aksara, seorang programmer. Aku lebih nyaman berinteraksi dengan barisan kode daripada dengan manusia sungguhan. Mencari cinta di dunia nyata? Itu sama saja seperti mencoba melakukan debugging tanpa log error yang jelas. Terlalu rumit, terlalu banyak variabel tak terkendali.

Beberapa bulan lalu, aku bertemu Anya. Bukan di aplikasi kencan, melainkan di sebuah konferensi teknologi di Berlin. Anya, dengan rambut merah menyala dan mata yang berbinar saat berbicara tentang kecerdasan buatan, adalah anomali dalam hidupku. Dia tidak sesuai dengan tipe ideal yang sudah kupatok. Dia lebih… baik. Lebih hidup.

Anya adalah programmer jenius yang sama gilanya denganku. Kami menghabiskan malam-malam di Berlin, berdebat tentang neural networks dan etika AI, sambil menikmati doner kebab yang pedasnya membuat lidah mati rasa. Aku jatuh cinta padanya dengan cepat dan tidak rasional, seperti algoritma yang tiba-tiba mengalami lonjakan error.

Hubungan kami singkat namun intens. Setelah konferensi berakhir, Anya harus kembali ke London, tempat dia bekerja di sebuah startup yang mengembangkan AI untuk membantu orang-orang dengan disabilitas. Kami berjanji untuk terus berhubungan, untuk saling mengunjungi, untuk membuat algoritma cinta kami sendiri.

Namun, seperti kebanyakan janji, janji itu perlahan memudar. Kesibukan pekerjaan, perbedaan zona waktu, dan ketakutan yang merayap di hatiku membuat kami semakin menjauh. Aku mulai merasa insecure. Aku tidak cukup baik untuk Anya. Aku terlalu kaku, terlalu membosankan, terlalu… algoritmik.

Akhirnya, Anya berhenti membalas pesanku. Teleponnya tidak diangkat. Aku mencoba mengirim email, tetapi tidak ada jawaban. Aku seolah-olah dihapus dari sistem operasinya.

Duduk di apartemenku yang berantakan, dikelilingi oleh monitor yang memancarkan cahaya biru pucat, aku merasa kosong. Aku telah kehilangan Anya, dan aku tahu itu salahku. Aku telah membiarkan ketakutanku menghancurkan sesuatu yang indah.

Beberapa minggu berlalu, dan aku semakin terpuruk dalam kesedihan. Aku berhenti bekerja, berhenti makan, berhenti peduli. Aku menjadi bayangan dari diriku sendiri.

Suatu malam, dalam keadaan putus asa, aku memutuskan untuk mencoba sesuatu yang ekstrem. Aku tahu ini gila, mungkin juga bodoh, tapi aku tidak punya apa-apa lagi untuk kehilangan.

Aku mulai menulis kode. Bukan kode untuk aplikasi atau program, melainkan kode untuk diriku sendiri. Aku menganalisis semua pesan, email, dan percakapan kami. Aku mencoba memahami apa yang membuat Anya tertarik padaku, apa yang membuatnya menjauh. Aku mencari bug dalam algoritmaku sendiri.

Prosesnya menyakitkan. Aku harus menghadapi kelemahan dan ketidaksempurnaanku. Aku harus mengakui bahwa aku telah membiarkan ketakutanku mengendalikan diriku. Aku telah memproyeksikan ketidakamanan diriku pada Anya, dan itu mendorongnya menjauh.

Setelah berhari-hari tanpa tidur, aku akhirnya menemukan solusinya. Aku harus mengunduh ulang diriku sendiri. Aku harus menghapus program lama yang penuh dengan ketakutan dan keraguan, dan menginstal program baru yang didasarkan pada keberanian dan kepercayaan.

Aku mulai dengan hal-hal kecil. Aku keluar dari apartemenku, berolahraga, bertemu teman-teman. Aku mencoba hal-hal baru, seperti belajar memasak dan melukis. Aku bahkan mencoba berdansa salsa, meskipun aku memiliki dua kaki kiri.

Perlahan tapi pasti, aku mulai merasa lebih baik. Aku mulai merasa lebih percaya diri. Aku mulai merasa lebih hidup.

Suatu hari, aku memutuskan untuk mengunjungi London. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi aku tahu bahwa aku harus mencoba. Aku harus bertemu Anya, meminta maaf, dan menjelaskan semuanya.

Aku menemukan alamat startup Anya dengan mudah. Jantungku berdebar kencang saat aku melangkah masuk ke dalam lobi yang ramai. Aku bertanya kepada resepsionis tentang Anya, dan dia memberitahuku bahwa Anya sedang berada di pertemuan.

Aku menunggu di lobi selama beberapa jam. Aku hampir menyerah ketika tiba-tiba, aku melihat Anya keluar dari ruang pertemuan.

Dia tampak terkejut melihatku. Matanya membelalak, dan dia terdiam sejenak. Kemudian, senyum perlahan merekah di wajahnya.

"Aksara?" katanya, suaranya bergetar.

"Anya," jawabku.

Kami saling berpandangan untuk waktu yang lama. Tidak ada kata-kata yang terucap. Hanya ada keheningan yang penuh dengan emosi.

Akhirnya, aku memecah keheningan. "Aku minta maaf," kataku. "Aku tahu aku telah membuat kesalahan. Aku telah membiarkan ketakutanku menghancurkan kita. Aku tahu aku tidak pantas mendapatkanmu, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku telah berubah. Aku telah mengunduh ulang diriku sendiri."

Anya tersenyum. "Aku tahu," katanya. "Aku sudah melihatnya."

Dia mendekatiku dan memelukku erat. "Aku juga merindukanmu, Aksara," bisiknya.

Aku membalas pelukannya. Aku merasa lega dan bahagia. Aku tahu bahwa ini hanyalah awal, dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Tapi aku juga tahu bahwa aku telah diberi kesempatan kedua. Aku akan melakukan segalanya untuk tidak menyia-nyiakannya.

Mungkin algoritma cinta memang rumit dan tidak sempurna. Tapi terkadang, yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk menghadapi ketakutanmu sendiri dan mengunduh ulang hatimu sendiri. Dan mungkin, hanya mungkin, kau akan menemukan cinta yang sejati.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI