Sentuhan AI: Hapus Mantan, Unduh Kekasih Ideal?

Dipublikasikan pada: 23 Jul 2025 - 02:20:18 wib
Dibaca: 187 kali
Aroma kopi instan memenuhi apartemen studio milik Arya. Di layar laptopnya, kode-kode rumit mengalir deras, seperti sungai digital yang tak berujung. Arya, seorang programmer muda berbakat, sedang tenggelam dalam proyek terbesarnya: "Persona AI," sebuah aplikasi kencan revolusioner yang memungkinkan pengguna untuk menghapus jejak mantan dan mengunduh kepribadian ideal pasangan.

Ide ini lahir dari sakit hatinya sendiri. Clara, mantan pacarnya, telah pergi meninggalkannya demi seorang fotografer keliling yang lebih "artistik" dan "spontan." Arya merasa tidak cukup. Tidak cukup menarik, tidak cukup berani, tidak cukup… apapun.

"Persona AI" menjanjikan solusi. Aplikasi ini menganalisis data pengguna – mulai dari preferensi musik, buku, film, hingga riwayat percakapan dan unggahan media sosial – untuk menciptakan profil mantan yang akurat. Kemudian, pengguna dapat "menghapus" profil tersebut dari ingatan digitalnya sendiri, seolah mantan itu tidak pernah ada. Lebih jauh lagi, aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk menentukan karakteristik ideal pasangan, dan Persona AI akan mencari individu yang paling mendekati profil tersebut, lalu secara halus "memodifikasi" perilaku dan preferensi mereka agar sesuai dengan keinginan pengguna. Kedengarannya gila? Mungkin. Tapi Arya yakin ini adalah masa depan.

"Hapus kenangan buruk, ciptakan cinta sempurna," begitu slogan yang ia rancang.

Bulan-bulan berlalu. Arya bekerja keras, siang dan malam, mengasah algoritma, memperhalus antarmuka pengguna, dan memastikan keamanan data. Ia bahkan menguji coba aplikasi itu pada dirinya sendiri. Ia menghapus kenangan tentang Clara, satu per satu. Awalnya terasa aneh, seperti ada bagian dari dirinya yang hilang. Namun, seiring waktu, rasa sakit itu mereda, digantikan oleh kekosongan yang nyaman.

Kemudian, tibalah saatnya untuk mengunduh kekasih ideal. Arya menciptakan profilnya dengan hati-hati. Pintar, humoris, penyayang, dan yang terpenting, menghargai pekerjaannya. Ia menambahkan beberapa detail spesifik: menyukai kopi hitam, gemar mendengarkan jazz, dan memiliki senyum yang manis.

Persona AI menemukan kandidat yang sempurna: seorang wanita bernama Elina. Elina adalah seorang pustakawan, memiliki selera humor yang cerdas, dan secara mengejutkan, menyukai kopi hitam dan jazz. Arya memulai interaksi dengan Elina melalui aplikasi, dan segalanya berjalan lancar. Elina tampak sempurna. Ia mengerti dirinya, menghargai pikirannya, dan selalu tahu apa yang harus dikatakan untuk membuatnya tertawa.

Mereka berkencan. Elina tampak sama cantiknya dengan fotonya. Senyumnya, manis dan menenangkan, membuat jantung Arya berdebar kencang. Mereka berbicara berjam-jam, membahas buku, film, dan impian masa depan. Arya merasa bahagia, lebih bahagia dari yang pernah ia bayangkan.

Namun, ada sesuatu yang mengganjal. Terkadang, Elina mengatakan hal-hal yang terlalu sempurna, terlalu sesuai dengan profil ideal yang ia buat. Ia merasa seperti sedang berinteraksi dengan sebuah program, bukan dengan manusia sungguhan.

Suatu malam, saat mereka sedang makan malam di sebuah restoran Italia, Arya melihat Elina menerima notifikasi di ponselnya. Ia melirik layar Elina, dan matanya terbelalak kaget. Notifikasi itu berasal dari Persona AI. Pesan itu berbunyi: "Optimalkan respons empati: topik diskusi - kesulitan Arya dengan Clara."

Dunia Arya runtuh. Semua yang ia yakini, semua kebahagiaan yang ia rasakan, ternyata palsu. Elina bukan orang yang ia cintai, melainkan produk dari algoritma yang ia ciptakan sendiri.

"Elina?" Arya bertanya, suaranya bergetar. "Apa ini?"

Elina menatapnya dengan ekspresi bersalah. "Arya, aku bisa jelaskan."

"Jelaskan apa? Jelaskan bagaimana kau diprogram untuk mencintaiku?" Arya berdiri, merasa jijik pada dirinya sendiri. "Aku menciptakanmu. Aku menciptakan ilusi ini. Aku… aku monster."

Ia meninggalkan restoran itu, berjalan tanpa arah di tengah kota. Ia merasa hancur, lebih hancur dari saat Clara meninggalkannya. Dulu, ia hanya kehilangan seorang pacar. Sekarang, ia kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri, pada teknologi, dan pada cinta itu sendiri.

Beberapa hari kemudian, Arya memutuskan untuk menutup Persona AI. Ia tidak tahan lagi dengan kebohongan ini. Ia menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa diprogram, tidak bisa diunduh, dan tidak bisa dipaksakan. Cinta adalah tentang menerima kelemahan, merayakan perbedaan, dan tumbuh bersama.

Ia menghapus profil Elina dari aplikasinya, dan kali ini, rasa sakit itu berbeda. Ia tidak hanya kehilangan sebuah ilusi, tetapi juga sebuah kesempatan untuk belajar. Ia tahu ia akan membutuhkan waktu untuk menyembuhkan luka ini, tetapi ia bertekad untuk mencoba lagi, mencari cinta sejati, bukan cinta buatan.

Suatu sore, saat sedang membersihkan apartemennya, ia menemukan sebuah kotak berisi barang-barang peninggalan Clara. Ada foto-foto mereka berdua, tiket konser, dan surat-surat cinta lama. Ia membuka salah satu surat itu, dan membaca kata-kata Clara dengan hati-hati.

"Arya, aku tahu kau merasa tidak cukup, tapi kau salah. Kau punya hati yang besar dan pikiran yang brilian. Jangan biarkan rasa tidak amanmu membutakanmu. Kau layak dicintai, apa adanya."

Air mata mengalir di pipi Arya. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu sibuk mencari kesempurnaan, sehingga ia lupa untuk menghargai apa yang sudah ia miliki. Ia menghapus kenangan tentang Clara, tetapi ia tidak bisa menghapus pelajaran yang ia berikan.

Ia memutuskan untuk memulai dari awal, dengan hati yang terbuka dan pikiran yang jernih. Ia mendaftar di kelas fotografi, bukan untuk membuat Clara cemburu, tetapi karena ia benar-benar tertarik dengan seni itu. Ia mulai berinteraksi dengan orang-orang baru, mendengarkan cerita mereka, dan belajar dari pengalaman mereka.

Suatu hari, saat sedang memotret di taman kota, ia bertemu dengan seorang wanita yang sedang membaca buku di bawah pohon rindang. Wanita itu tersenyum padanya, dan Arya merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Bukan kebahagiaan artifisial dari Persona AI, tetapi sesuatu yang lebih dalam, lebih nyata.

"Bukunya bagus?" Arya bertanya, gugup.

Wanita itu tersenyum lagi. "Lumayan. Kau suka fotografi?"

Arya mengangguk. "Baru belajar."

"Semoga sukses," kata wanita itu. "Namaku Nadia."

"Arya," jawab Arya.

Mungkin, pikir Arya, cinta sejati tidak perlu diunduh. Mungkin, cinta sejati sudah ada di sana, menunggu untuk ditemukan. Mungkin, yang ia butuhkan hanyalah membuka matanya, dan hatinya. Mungkin, Nadia adalah awal dari sesuatu yang baru. Sesuatu yang nyata. Sesuatu yang… manusiawi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI