Retas Hati: Unduh Cinta, Siapkah Terima Bug?

Dipublikasikan pada: 30 May 2025 - 08:08:43 wib
Dibaca: 162 kali
Jari-jemari Lintang menari di atas keyboard. Layar monitor memancarkan cahaya kebiruan yang menerangi wajahnya. Kode-kode rumit berkelebat, baris demi baris, membangun benteng pertahanan digital. Lintang seorang ethical hacker, seorang ahli keamanan siber yang bekerja untuk melindungi perusahaan dari serangan para peretas jahat. Pekerjaan ini menuntut ketelitian, kecepatan, dan pemahaman mendalam tentang logika komputer. Namun, malam ini, bukan sistem perusahaan yang sedang ia lindungi, melainkan hatinya sendiri.

Lintang sedang mengerjakan proyek sampingan: sebuah aplikasi kencan berbasis kecerdasan buatan yang ia beri nama “Serendipity”. Serendipity dirancang untuk menemukan pasangan ideal berdasarkan algoritma kompleks yang menganalisis minat, nilai, dan kepribadian pengguna. Bukan sekadar kecocokan dangkal berdasarkan hobi atau penampilan fisik, Serendipity menjanjikan koneksi emosional yang lebih dalam. Ironis, pikir Lintang, seorang yang piawai menciptakan koneksi digital, justru kesulitan menemukan cinta di dunia nyata.

“Lintang, belum tidur?” Suara Ibu memecah keheningan malam.

Lintang menoleh. Ibunya berdiri di ambang pintu, mengenakan gaun tidur batik kesukaannya. “Belum, Bu. Sedikit lagi selesai debugging Serendipity.”

Ibu tersenyum lembut. “Kamu ini, fokusnya ke komputer terus. Kapan fokus cari pasangan?”

Lintang menghela napas. “Bu, ini kan juga usaha cari pasangan. Siapa tahu nanti Serendipity bisa bantu Lintang.”

“Ibu harap begitu. Tapi ingat, cinta itu bukan cuma soal algoritma. Ada hal-hal yang tidak bisa diprediksi oleh komputer.” Ibu mendekat dan mengusap rambut Lintang. “Sudah, istirahat ya. Jangan sampai sakit.”

Setelah Ibunya pergi, Lintang kembali menatap layar. Kata-kata Ibunya terngiang di benaknya. Benarkah cinta hanya soal algoritma? Mungkinkah ia terlalu bergantung pada logika dan melupakan instingnya?

Beberapa minggu kemudian, Serendipity akhirnya diluncurkan. Lintang mempromosikannya secara online, dengan harapan aplikasi ini akan membantu orang lain menemukan cinta sejati. Responnya di luar dugaan. Dalam waktu singkat, ribuan orang mengunduh Serendipity dan mulai mencari pasangan.

Suatu malam, Lintang menerima notifikasi dari Serendipity. Sebuah pesan dari pengguna bernama “Astra”. Pesan itu singkat namun menarik perhatiannya: “Kode yang kamu tulis indah sekali. Tapi, aku menemukan satu bug kecil. Mungkin bisa kita diskusikan sambil ngopi?”

Lintang terkejut. Astra tampaknya bukan hanya pengguna biasa, tapi juga seseorang yang memahami kode. Rasa penasaran mendorongnya untuk membalas pesan tersebut. Mereka bertukar pesan beberapa hari, membahas tentang pemrograman, kecerdasan buatan, dan tentu saja, bug yang ditemukan Astra. Lintang terpukau dengan kecerdasan dan selera humor Astra. Ia merasa ada koneksi yang kuat di antara mereka, meskipun belum pernah bertemu langsung.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah kedai kopi kecil dekat kantor Lintang. Saat Astra muncul, Lintang terpaku. Astra adalah seorang wanita cantik dengan mata yang berbinar dan senyum yang menawan. Mereka berbincang selama berjam-jam, membahas segala hal mulai dari algoritma hingga mimpi-mimpi mereka. Lintang merasa nyaman dan bahagia seperti belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Beberapa bulan berlalu. Lintang dan Astra semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama, menjelajahi kota, menonton film, dan tertawa bersama. Lintang mulai menyadari bahwa cinta memang bukan hanya soal algoritma. Ada hal-hal yang tidak bisa diprediksi, seperti chemistry, kepercayaan, dan rasa nyaman.

Namun, kebahagiaan Lintang tidak berlangsung lama. Suatu hari, saat Lintang sedang bekerja, ia menerima telepon dari seorang teman. Temannya memberitahu bahwa Astra adalah seorang peretas terkenal yang dikenal dengan nama "Shadow". Shadow sering melakukan peretasan ke sistem perusahaan besar dan mencuri data-data penting.

Lintang merasa seperti disambar petir. Bagaimana mungkin wanita yang ia cintai adalah seorang kriminal? Ia merasa dikhianati dan dibohongi. Ia mencoba menghubungi Astra, tapi tidak ada jawaban. Ia merasa bingung dan marah.

Malam itu, Lintang memutuskan untuk mencari tahu kebenaran. Ia menggunakan keahliannya untuk melacak keberadaan Astra. Ia menemukan bahwa Astra bersembunyi di sebuah apartemen terpencil di pinggiran kota.

Dengan hati yang berat, Lintang mendatangi apartemen tersebut. Ia mengetuk pintu dengan ragu. Astra membukakan pintu dengan wajah terkejut.

“Lintang? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Astra dengan gugup.

“Aku tahu semuanya, Astra. Aku tahu siapa kamu sebenarnya,” jawab Lintang dengan nada dingin.

Astra terdiam. Air mata mulai membasahi pipinya. “Aku bisa jelaskan…”

“Jelaskan apa? Jelaskan kenapa kamu berbohong padaku? Jelaskan kenapa kamu memanfaatkan aku?” bentak Lintang.

“Aku tidak pernah memanfaatkanmu, Lintang. Aku… aku mencintaimu,” jawab Astra dengan suara bergetar.

“Cinta? Kamu mencintaiku? Bagaimana bisa kamu mencintai seseorang yang kamu bohongi?”

Astra meraih tangan Lintang. “Aku tahu aku salah. Aku seharusnya jujur padamu sejak awal. Tapi aku takut. Aku takut kamu akan membenciku jika kamu tahu siapa aku sebenarnya.”

Lintang menarik tangannya. “Aku memang membencimu sekarang. Aku benci karena kamu sudah berbohong padaku. Aku benci karena kamu sudah menghancurkan kepercayaanku.”

“Aku tahu. Aku pantas mendapatkannya. Tapi tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku akan menyerahkan diri ke polisi. Aku akan mempertanggungjawabkan semua perbuatanku. Tapi tolong, jangan benci aku.”

Lintang menatap mata Astra. Ia melihat penyesalan dan kesedihan yang mendalam di sana. Ia juga melihat cinta. Cinta yang tulus dan nyata.

Lintang menghela napas panjang. “Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Astra. Aku butuh waktu untuk memikirkannya.”

Beberapa hari kemudian, Astra menyerahkan diri ke polisi. Lintang menjenguknya di penjara. Mereka berbicara dari balik kaca pembatas.

“Aku tahu kamu marah dan kecewa padaku. Aku tidak akan menyalahkanmu jika kamu tidak ingin melihatku lagi,” kata Astra.

“Aku memang marah dan kecewa. Tapi aku juga… merindukanmu,” jawab Lintang.

Astra tersenyum tipis. “Aku juga merindukanmu, Lintang. Aku harap suatu hari nanti, kamu bisa memaafkanku.”

Lintang mengangguk. Ia tidak tahu apakah ia bisa memaafkan Astra sepenuhnya. Tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa melupakan wanita itu. Wanita yang telah meretas hatinya, wanita yang telah mengunduh cinta ke dalam hidupnya, dan wanita yang telah meninggalkan bug yang akan selalu ia ingat. Mungkin, pikir Lintang, cinta memang seperti kode. Kadang-kadang ada bug yang tidak terduga. Tapi, jika kita cukup berani untuk menghadapinya, kita bisa memperbaikinya dan menciptakan sesuatu yang lebih indah. Akankah Lintang siap menerima bug itu? Waktu yang akan menjawabnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI