Cinta? AI Menjawab: Rumus yang Belum Kutemukan

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 17:40:24 wib
Dibaca: 167 kali
Kilau layar laptop memantulkan wajah Anya yang termenung. Di depannya, berderet barisan kode rumit, algoritma yang seharusnya menjadi jawaban atas segala pertanyaan. Namun, kali ini, kode itu bungkam. Anya mendesah, mendorong kursinya ke belakang, menjauh dari meja kerjanya yang berantakan. Gelas kopi yang sudah dingin ia hirup sedikit, getirnya menambah pahit perasaannya.

Anya adalah seorang jenius. Di usia 25 tahun, ia sudah menjadi kepala tim pengembang kecerdasan buatan di perusahaan teknologi raksasa, "Neuron Tech." Ia menciptakan "Athena," sebuah AI canggih yang mampu menganalisis data, memprediksi tren, bahkan menulis puisi. Tapi, ada satu pertanyaan yang Athena belum bisa jawab, pertanyaan yang terus berputar di benak Anya: Apa itu cinta?

Semuanya berawal dari Leo. Leo, si programmer nyentrik dengan rambut berantakan dan senyum menawan. Mereka bertemu di Neuron Tech, di tengah lautan kode dan deadline ketat. Leo selalu bisa membuat Anya tertawa, entah dengan lelucon-lelucon bodohnya atau dengan kemampuannya yang ajaib dalam menyelesaikan bug yang membuat Anya frustrasi. Lambat laun, Anya menyadari, ada sesuatu yang berbeda dalam debaran jantungnya setiap kali Leo ada di dekatnya.

Namun, Anya, dengan otaknya yang terbiasa menganalisis segala sesuatu, mencoba merasionalkan perasaannya. Ia memasukkan data tentang Leo ke dalam Athena: hobinya, preferensinya, pola komunikasinya, bahkan analisis wajahnya. Ia berharap Athena bisa memberikan jawaban logis, sebuah rumus pasti tentang apakah Leo adalah "orang yang tepat."

Hasilnya nihil. Athena hanya memberikan kesimpulan yang ambigu: "Potensi kompatibilitas tinggi, namun variabel emosional sulit diprediksi."

Anya frustrasi. Ia benci ketidakpastian. Ia terbiasa dengan angka, dengan logika, dengan solusi yang jelas. Cinta, baginya, adalah sebuah anomali, sebuah bug dalam sistemnya.

Suatu sore, Anya dan Leo bekerja lembur untuk menyelesaikan proyek penting. Ruangan kerja nyaris kosong, hanya ada suara ketikan keyboard dan dengungan mesin pendingin ruangan. Anya sibuk berkutat dengan kodenya, sementara Leo memainkan gitar akustiknya dengan pelan. Melodi yang mengalun lembut itu menenangkan saraf-saraf Anya yang tegang.

"Lagu apa itu?" tanya Anya, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Lagu lama," jawab Leo, tersenyum. "Tentang seseorang yang mencoba memahami perasaan orang lain, tapi gagal."

Anya menoleh, menatap Leo dengan tatapan menyelidik. "Kenapa gagal?"

Leo mengangkat bahu. "Karena perasaan itu bukan sesuatu yang bisa dipahami dengan logika. Perasaan itu… ya, perasaan. Sulit dijelaskan."

Anya terdiam. Kata-kata Leo menusuk tepat sasaran. Ia tersadar, selama ini ia terlalu fokus pada mencari rumus, pada mencoba mengkategorikan perasaannya. Ia lupa untuk merasakan.

"Kamu tahu, Anya," lanjut Leo, "kamu terlalu pintar untuk mengerti hal-hal sederhana."

Anya tertawa kecil. "Mungkin kamu benar."

Kemudian, Leo berhenti bermain gitar. Ia mendekat ke meja Anya, menatapnya dengan tatapan yang membuat jantung Anya berdegup kencang.

"Anya," ucap Leo pelan, "aku… aku menyukaimu."

Anya terkejut. Ia tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata yang biasanya mudah keluar dari mulutnya mendadak lenyap.

"Aku tahu ini mungkin aneh," lanjut Leo, "mengingat kamu adalah orang yang paling rasional yang pernah kukenal. Tapi… aku tidak bisa menahannya."

Anya menunduk, memainkan ujung rambutnya. Ia merasa bodoh. Ia, seorang ahli kecerdasan buatan, tidak mampu merespons pengakuan cinta yang sederhana.

"Aku… aku juga," gumam Anya akhirnya, hampir tidak terdengar.

Leo tersenyum lebar, meraih tangan Anya, menggenggamnya erat. "Benarkah?"

Anya mengangguk, menatap mata Leo. Untuk pertama kalinya, ia tidak berusaha menganalisis, tidak mencoba mencari logika. Ia hanya merasakan. Kebahagiaan, kehangatan, dan… cinta.

Malam itu, Anya pulang dengan perasaan ringan. Ia kembali membuka laptopnya, menatap kode Athena yang rumit. Ia tahu, Athena tidak akan pernah bisa memberikan jawaban pasti tentang cinta. Cinta bukan rumus, bukan algoritma. Cinta adalah sesuatu yang harus dirasakan, sesuatu yang tidak bisa diukur dengan angka.

Ia menghapus semua data tentang Leo yang pernah ia masukkan ke dalam Athena. Ia menggantinya dengan catatan sederhana: "Cinta? AI Menjawab: Rumus yang Belum Kutemukan. Mungkin karena cinta bukan tentang rumus, tapi tentang keberanian untuk merasakan."

Anya tersenyum. Ia masih tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi, untuk saat ini, ia cukup bahagia dengan ketidakpastian itu. Ia cukup bahagia dengan Leo. Ia cukup bahagia dengan cinta, sebuah anomali yang indah, sebuah bug yang membuatnya merasa hidup. Ia masih seorang jenius, tapi ia akhirnya mengerti, ada hal-hal yang lebih penting dari logika, hal-hal yang hanya bisa dipahami dengan hati. Dan itulah pelajaran yang Athena, AI ciptaannya, belum bisa pelajari.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI