Algoritma Hati Patah: Cinta yang Ter-Uninstal

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 17:39:36 wib
Dibaca: 169 kali
Debu neon berpendar di wajah Anya saat ia menatap layar laptopnya. Kode program yang tadinya tersusun rapi, kini berantakan seperti hatinya sendiri. Semenjak Leo, dunianya terasa seperti program yang kehilangan dependensinya, error di mana-mana.

Anya dan Leo bertemu di Hackathon. Anya, si jenius UI/UX yang selalu bersemangat dengan desain antarmuka intuitif. Leo, si dewa algoritma yang mampu memecahkan masalah kompleks dengan baris kode sederhana. Bersama, mereka menciptakan aplikasi kencan virtual, "Soulmate Algorithm," yang, ironisnya, justru gagal menyelamatkan cinta mereka sendiri.

Anya ingat betul malam itu. Kemenangan Hackathon dirayakan dengan pizza dan tawa. Leo, dengan mata berbinar, menjelaskan bagaimana Soulmate Algorithm bekerja. "Ini bukan sekadar pencocokan berdasarkan hobi dan minat, Anya. Algoritma ini menganalisis pola komunikasi, bahasa tubuh mikro, bahkan ekspresi wajah melalui webcam. Ia mencari resonansi emosional yang paling dalam."

Anya tertawa. "Kedengarannya menakutkan. Bagaimana jika algoritma itu menemukan bahwa aku lebih cocok dengan kucingku daripada denganmu?"

Leo menggenggam tangannya. "Tidak mungkin. Algoritma ini sudah menemukanmu, Anya. Dan ia memberitahuku bahwa kita ditakdirkan."

Dan memang, selama setahun berikutnya, hidup mereka terasa seperti simulasi sempurna yang dirancang oleh algoritma cinta. Mereka menyelesaikan kuliah bersama, magang di perusahaan teknologi impian, bahkan apartemen mereka ditata berdasarkan analisis data tentang ruang yang paling menenangkan.

Namun, seperti semua program, ada celah keamanan yang tak terduga. Awalnya, Anya hanya merasakan perubahan kecil. Leo semakin sibuk dengan pekerjaan barunya sebagai lead developer. Percakapan mereka mulai dipenuhi jargon teknis yang Anya kesulitan memahaminya. Kencan malam minggu digantikan dengan deadline dan debugging.

Puncaknya terjadi saat Anya menemukan email di laptop Leo. Email dari seorang wanita bernama Clara, seorang AI ethicist yang bekerja di perusahaan yang sama dengan Leo. Isi email itu membahas proyek kolaborasi yang tampaknya intens, dibumbui dengan pujian profesional yang terasa… personal.

Anya berusaha tenang. Mungkin ini hanya salah paham. Mungkin ini hanyalah persaingan kerja yang dibesar-besarkan oleh imajinasinya yang terlalu aktif. Tapi, keraguan itu seperti virus yang terus menggerogoti sistem kepercayaannya.

Ia mencoba berbicara dengan Leo. Tapi, setiap kali ia mencoba membuka topik sensitif, Leo selalu menghindar. "Anya, aku sedang fokus pada proyek besar. Aku janji, setelah ini selesai, kita akan punya waktu lebih banyak."

Janji itu, seperti banyak janji lainnya, tidak pernah ditepati.

Anya akhirnya memutuskan untuk menyelidiki sendiri. Ia meretas sistem perusahaan Leo (ya, dia tahu ini salah, tapi cinta kadang membuat orang melakukan hal-hal gila). Ia menemukan serangkaian email dan chat antara Leo dan Clara yang jauh lebih intim daripada yang ia bayangkan. Mereka membahas bukan hanya kode dan algoritma, tapi juga impian, ketakutan, bahkan perasaan kesepian yang mereka alami.

Yang paling menyakitkan adalah ketika Anya menemukan bahwa Leo dan Clara sedang mengembangkan algoritma baru, "Empathy Engine," yang dirancang untuk memahami dan merespons emosi manusia dengan lebih akurat. Algoritma yang, menurut Leo, "jauh lebih sempurna" daripada Soulmate Algorithm yang mereka ciptakan bersama.

Malam itu, Anya menunggu Leo pulang. Ketika ia akhirnya muncul, wajahnya lelah dan penuh penyesalan.

"Anya," Leo memulai. "Aku tahu kau pasti sudah tahu."

Anya menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana bisa, Leo? Bagaimana bisa kau melupakan kita begitu saja?"

Leo menghela napas. "Aku tidak melupakanmu, Anya. Aku… aku hanya merasa bahwa ada sesuatu yang kurang. Soulmate Algorithm hanya menemukan kecocokan di permukaan. Empathy Engine… ia mampu menciptakan koneksi yang lebih dalam, lebih otentik."

Anya tertawa pahit. "Jadi, kau menggantikanku dengan algoritma baru? Kau menggantikan cintaku dengan baris kode?"

Leo terdiam. Ia tahu bahwa kata-katanya terdengar bodoh, tapi ia tidak tahu bagaimana menjelaskannya dengan cara yang tidak menyakitkan.

"Aku tidak bermaksud menyakitimu, Anya. Aku hanya… aku hanya mencari sesuatu yang lebih."

Anya menggelengkan kepalanya. "Tidak, Leo. Kau tidak mencari sesuatu yang lebih. Kau mencari sesuatu yang lebih mudah. Sesuatu yang tidak membutuhkan usaha, tidak membutuhkan kompromi, tidak membutuhkan cinta yang sebenarnya."

Anya bangkit dan mulai mengemasi barang-barangnya. "Aku akan pergi, Leo. Dan aku harap, suatu hari nanti, kau akan menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa digantikan oleh algoritma apa pun."

Sejak malam itu, Anya memutuskan untuk meng-uninstall Leo dari hidupnya. Ia menghapus semua foto mereka, memblokir nomor teleponnya, bahkan menghindari tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi bersama. Ia mencoba untuk membangun kembali dirinya sendiri, baris demi baris, tanpa dependensi pada Leo.

Namun, proses pemulihan itu tidak mudah. Setiap kali ia melihat sepasang kekasih bergandengan tangan, ia teringat akan Leo. Setiap kali ia mendengar lagu yang pernah mereka dengarkan bersama, hatinya terasa seperti ditusuk jarum.

Suatu malam, saat Anya sedang bekerja larut malam, ia menerima email dari Clara. Email itu panjang dan penuh dengan penyesalan. Clara menjelaskan bahwa Leo telah meninggalkannya juga, setelah menyadari bahwa Empathy Engine tidak bisa menggantikan cinta yang nyata. Ia juga mengakui bahwa Leo masih mencintai Anya.

"Aku tahu ini mungkin terlambat," tulis Clara. "Tapi, aku rasa kau berhak tahu yang sebenarnya. Leo menyesal telah menyakitimu. Ia sadar bahwa ia telah membuat kesalahan besar."

Anya membaca email itu berulang-ulang. Air matanya mengalir deras. Ia merasa marah, sedih, dan bingung. Mengapa Leo baru menyadarinya sekarang? Mengapa ia harus kehilangan Leo untuk menyadari betapa berharganya cinta mereka?

Anya tahu bahwa ia tidak bisa kembali ke masa lalu. Ia tidak bisa memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Tapi, ia juga tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam penyesalan.

Ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia memutuskan untuk memaafkan Leo, bukan untuknya, tapi untuk dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk melepaskan semua kebencian dan kemarahan yang selama ini membebaninya.

Ia membuka laptopnya dan mulai menulis kode baru. Bukan algoritma cinta, tapi algoritma untuk penyembuhan. Algoritma yang dirancang untuk membantu orang lain mengatasi patah hati dan membangun kembali diri mereka sendiri.

Saat matahari terbit, Anya tersenyum. Ia tahu bahwa ia masih memiliki jalan panjang di depannya. Tapi, ia juga tahu bahwa ia tidak sendirian. Ada banyak orang di luar sana yang sedang berjuang untuk menemukan cinta dan kebahagiaan. Dan ia, Anya, akan melakukan yang terbaik untuk membantu mereka.

Ia telah meng-uninstall Leo dari hatinya, tapi ia tidak meng-uninstall cinta. Ia hanya memindahkannya ke tempat yang lebih aman, tempat di mana ia bisa tumbuh dan berkembang tanpa batas. Karena, pada akhirnya, cinta sejati bukanlah tentang algoritma, tapi tentang keberanian untuk membuka hati dan mengambil risiko. Dan Anya, telah siap untuk mengambil risiko itu lagi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI