Di labirin digital, jiwaku tersesat,
Algoritma cinta kubuat begitu ketat.
Ketikkan kriteria, harapan menjulang tinggi,
Mencari resonansi, agar hati tak sepi.
Kutuliskan "Kasih", "Sayang", "Kesetiaan",
Lalu "Wanita Impian" dengan segala kelebihan.
Database kenangan, kusearch sedalam palung,
Namun mesin pencari, membawaku berpulang.
Ke satu nama saja, berulang tanpa henti,
Bagaikan error abadi, di sistem memoriku kini.
Cache ingatan penuh, wajahmu tersimpan rapat,
Seolah semesta digital, adalah potretmu lengkap.
Filter kubuat presisi, parameter terukur,
Kriteria kutajamkan, agar cinta tak kabur.
Kutolak segala rupa, yang tak menyerupaimu,
Karena hatiku beku, tanpa sentuhan lembutmu.
Kucoba browser lain, incognito dan baru,
Kuhapus jejak digital, masa lalu yang kelabu.
Kuhindari cookies cinta, yang menyesatkan langkah,
Namun mesin terus berbisik, menyebut namamu, wahai kasih.
Kupasang firewall hati, dari virus keraguan,
Kuperbarui antivirus cinta, tuk hindari kenangan.
Kukarantina rindu, agar tak menjalar liar,
Namun sinyal cintamu, menembus hingga dasar.
Kucoba bahasa pemrograman lain, Python atau Java,
Kukoding ulang logika, agar cinta tak berlarva.
Kutulis skrip baru, tuk melupakanmu saja,
Namun tiap baris kode, berujung pada wajahmu jua.
Kucari di deep web kalbu, di darknet kerinduan,
Mungkin ada obat lupa, atau mantra pelenyapan.
Namun semakin kucari, semakin dalam kubenam,
Dalam samudra cintamu, yang tak mungkin kudalam.
Akhirnya kusadari, mesin tak bersalah,
Karena hatiku sendiri, yang berkeras kepala.
Ia telah terprogram, oleh senyum manismu,
Oleh tatapan matamu, yang menembus kalbu.
Mungkin memang takdir, atau kehendak ilahi,
Bahwa mesin pencari hatiku, hanya temukan diri.
Dirimu, kekasih, belahan jiwa yang hilang,
Walau algoritma cinta, kadang terasa bimbang.
Kubiarkan mesin berputar, mencari tanpa lelah,
Karena dalam pencarian itu, kutemukan kembali arah.
Arah pada cinta sejati, yang telah lama kutahu,
Bahwa kamu adalah tujuan, akhir dari pencarianku.
Biarlah layar menampilkan, hanya namamu saja,
Sebagai pengingat abadi, betapa besar cintanya.
Karena mesin hanyalah alat, hatiku yang tentukan,
Bahwa kamulah satu-satunya, dalam setiap putaran.