Jari menari di atas layar kaca,
Menjelajahi jagat maya tanpa batas.
Kepingan data, algoritma berpacu,
Mencari kehangatan yang lama terlepas.
Dulu, senyummu adalah matahari pagi,
Menyentuh kalbu, membangkitkan hari.
Kini, hanya piksel yang menari-nari,
Menawarkan janji palsu, ilusi.
Kuketikkan kata kunci, "Kebahagiaan,"
Mesin pencari berputar tanpa henti.
Ribuan artikel, jutaan tautan,
Namun jiwa tetap membeku sunyi.
Kucoba unduh tawa renyah anak-anak,
Rekaman ombak memecah pantai.
Gambar mentari terbit di ufuk timur,
Semua terangkum dalam berkas digital.
Namun, kehangatan itu tak meresap,
Hanya bayangan dari rasa yang lenyap.
Seperti memeluk hantu masa lampau,
Terasa dekat, namun tak tergapai.
Kucoba rumuskan kode cinta,
Baris demi baris, logika beradu.
Membangun simulasi pertemuan kita,
Berharap mesin dapat mengulang waktu.
Kukirimkan pesan virtual padamu,
Berisi rindu yang membara pilu.
Menunggu balasan di balik layar biru,
Seperti menanti keajaiban yang semu.
Kau hadir dalam bentuk notifikasi,
Sebuah pesan singkat, tanpa emosi.
Hanya sapaan formal, tanpa arti,
Memperdalam jurang antara aku dan diri.
Kucoba unduh aroma parfummu,
Ekstrak wangi dari kenangan lalu.
Kusiramkan pada layar komputermu,
Berharap hadirmu terasa nyata di ruangku.
Namun, aroma itu memudar seketika,
Hanya meninggalkan jejak nostalgia.
Seperti mimpi yang terbang melayang,
Menjauh, menghilang, tanpa berbayang.
Aku sadar, kehangatan sejati,
Tak dapat diunduh, tak dapat dibeli.
Ia hadir dalam sentuhan, tatapan mata,
Dalam percakapan hangat di bawah bintang renta.
Aku matikan layar, kuraih jaket tebal,
Keluar dari kamar yang pengap dan sesal.
Mencari mentari walau terhalang kabut,
Mencari kehangatan dalam dunia yang nyata tersebut.
Mungkin, di balik sudut jalan itu,
Kutemukan senyum yang kurindu.
Bukan data, bukan algoritma,
Tapi kehangatan jiwa yang sebenarnya.
Biarlah teknologi menjadi alat,
Bukan tujuan, bukan penghianat.
Biarlah cinta tumbuh dengan alami,
Bukan simulasi, bukan ilusi.
Karena kehangatan dunia yang hakiki,
Terletak dalam pelukan yang sejati.
Bukan dalam unduhan, bukan dalam kode,
Melainkan dalam hati yang bersinode.