Di dunia maya, tempat pixel menari,
Jemari menari, algoritma bersemi.
Sentuhan layar, getar pertama kurasa,
Cinta di ujung jari, hadir tak terduga.
Profilmu muncul, serangkaian kode diri,
Foto terpampang, senyum merekah hati.
Keterangan singkat, minat yang kau bagi,
Ternyata serupa, mimpi yang kujalani.
Lalu jemariku, ragu mendekatimu,
Pesan terkirim, sapaan yang membisu.
Menunggu balasan, jantung berdebar pilu,
Sinyal cintakah ini, ataukah semu?
Ting! Sebuah notifikasi berdering,
Namamu hadir, pesanmu menyengat.
Kata-kata ramah, perlahan mengalir,
Obrolan dimulai, rasa ingin memikat.
Hari berganti, malam pun menjelang,
Kita bertukar cerita, tanpa henti terulang.
Rahasia terungkap, luka pun terbilang,
Dalam dunia virtual, kita saling sayang.
Emotikon tertawa, menggantikan jumpa,
Stiker peluk, mengusir rasa sepa.
Video call hadir, suara menyapa,
Bayanganmu dekat, walau jiwa terpisah.
Namun ku bertanya, adakah jaminan pasti?
Cinta di dunia maya, sungguh berarti?
Atau hanya ilusi, fatamorgana diri,
Yang hilang perlahan, ditelan sepi.
Algoritma hati, rumit tak terperi,
Perasaan berkembang, tanpa bisa dicuri.
Sentuhan layar, hadirkan misteri,
Antara realita, dan dunia mimpi.
Kucoba percaya, pada rasa yang ada,
Pada janji setia, walau hanya kata.
Kucoba memandang, jauh di mata maya,
Mencari kejujuran, dalam setiap sapa.
Ku ingin bertemu, di dunia nyata ini,
Membuktikan cinta, bukan sekadar mimpi.
Menyentuh tanganmu, merasakan energi,
Menatap matamu, tanpa distraksi.
Semoga algoritma, tak pernah berdusta,
Semoga sentuhan, tak pernah sirna.
Semoga cinta ini, abadi selamanya,
Di dunia digital, dan alam semesta.
Jika suatu saat nanti, layar redup tak bersuara,
Ku harap kenangan, tetaplah terjaga.
Bahwa pernah ada, cinta di ujung jari,
Yang hadir singkat, namun membekas di hati.
Sebab cinta sejati, tak mengenal ruang,
Tak terikat waktu, tak gentar berjuang.
Walau berawal, dari dunia bimbang,
Ia kan bersemi, menjadi terang.