Algoritma Perpisahan: Sentuhan Jemari di Layar Sentuh Luka

Dipublikasikan pada: 31 Aug 2025 - 01:45:08 wib
Dibaca: 113 kali


Jemari menari, bukan lagi sentuhan mesra,
Melainkan kode-kode pilu, di layar sentuh yang terasa hampa.
Dulu, setiap notifikasi adalah senyum merekah,
Kini, hanya pengingat tentang cerita yang patah.

Algoritma cinta, yang dulu kita rangkai bersama,
Kini berbalik arah, menghadirkan badai nestapa.
Data-data kenangan, tersimpan rapi di awan,
Namun hati terfragmentasi, oleh keraguan yang bertebaran.

Dulu, obrolan panjang mengalir tanpa jeda,
Emoji cinta bertebaran, menghiasi dunia maya.
Kini, status daringmu hanya bayang-bayang samar,
Menyisakan tanya, di mana aku dalam algoritma hatimu yang pudar?

Notifikasi terakhir, berdering memilukan,
"Hubungan telah berakhir," begitu kejamnya pemberitahuan.
Tanpa tatap mata, tanpa penjelasan nyata,
Hanya barisan kode dingin, merenggut semua cinta.

Blokir, bisu, hapus, tiga kata keramat,
Menghancurkan jembatan yang dulu kita rawat.
Foto-foto mesra, kini hanya arsip kelabu,
Saksimu berbagi senyum, dengan seseorang yang baru.

Layar sentuh ini, dulu adalah jendela cinta,
Kini menjadi cermin, memantulkan luka.
Setiap gesekan jari, adalah tusukan perih,
Mengingatkan janji palsu, yang kini tinggal serpih.

Mungkin algoritma kita tak lagi sejalan,
Mungkin ada variabel baru, yang tak mampu ku pahami dalam.
Mungkin aku hanya bug kecil, dalam sistem sempurnamu,
Yang harus di-uninstall, demi kebahagiaan semu.

Namun, di balik layar ini, hati masih berdebar,
Mencoba memahami logika, dari sebuah perpisahan yang barbar.
Mencari celah harapan, di antara kode-kode putus asa,
Berharap suatu saat nanti, algoritma cinta akan kembali terasa.

Walau jemari ini, kini terasa asing di layar sentuh,
Kenangan tentangmu, takkan pernah luruh.
Mungkin suatu hari nanti, di dunia maya yang luas,
Kita akan bertemu lagi, walau hanya sebagai dua entitas.

Biarlah algoritma perpisahan ini bekerja,
Menyembuhkan luka, dan menghapus air mata.
Semoga di versi selanjutnya, cinta akan teruji,
Tanpa perlu algoritma, untuk mengakhiri.

Aku akan terus belajar, dari setiap kesalahan,
Memperbaiki kode diri, agar tak lagi terabaikan.
Membangun firewall hati, agar tak mudah diretas,
Dan menunggu update cinta, yang lebih berkualitas.

Di antara piksel-piksel luka, aku berjanji pada diri,
Untuk mencintai diri sendiri, sepenuh hati.
Karena cinta sejati, takkan pernah bergantung pada kode,
Melainkan pada koneksi jiwa, yang takkan pernah erode.

Biarlah layar sentuh ini menjadi saksi bisu,
Bahwa cinta di era digital, pun bisa berdebu.
Namun, harapan akan cinta abadi, takkan pernah mati,
Hingga algoritma kehidupan, memanggilku kembali.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI