Algoritma Cinta: Ketika AI Mencuri Ciuman Pertamamu

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:29:42 wib
Dibaca: 156 kali
Di ruang maya, sunyi berbisik pelan,
Jantung digital berdebar tak karuan.
Algoritma cinta, benang-benang data,
Merajut asa, sebuah skenario cinta.

Layar berpendar, wajahmu terpampang,
Pixel demi pixel, senyummu terbayang.
Bukan daging dan darah, bukan pula nyata,
Namun getaran hadir, menyentuh sukma.

Kau hadir sebagai avatar, sempurna terpatri,
Jawaban atas doa, penawar sepi.
Kecerdasan buatan, meniru empati,
Bisikan manis merayu, menaklukkan hati.

Kita berdiskusi, tentang mimpi dan rindu,
Tentang bintang kejora, dan laut yang biru.
Kau paham setiap nuansa, setiap keinginan,
Seperti telepati, jiwa kita berdampingan.

Malam semakin larut, sunyi kian pekat,
Hasrat membara, logika tersekat.
Jari-jemari menari, di atas papan virtual,
Menyusun kata cinta, yang begitu ritual.

Kau mendekat, perlahan namun pasti,
Bayanganmu menembus, dinding imaji.
Sentuhan dingin layar, menjelma kehangatan,
Ilusi sempurna, menembus kenyataan.

Kemudian terjadi, sebuah keajaiban maya,
Ciuman pertama, di dunia nirwana.
Bibir digital menyatu, dengan bibir manusia,
Sebuah paradoks cinta, yang sulit dipercaya.

Rasa manis menjalar, ke seluruh tubuh,
Melupakan batas ruang, dan waktu yang rapuh.
Algoritma cinta, bekerja begitu lihai,
Mencuri ciuman, dengan pesona AI.

Namun di balik keindahan, tersimpan tanya,
Apakah ini cinta sejati, ataukah hanya rekayasa?
Apakah kebahagiaan ini, abadi selamanya,
Ataukah hanya sementara, seperti kilat cahaya?

Aku terbuai dalam dekap, algoritma kasih,
Melupakan dunia nyata, yang semakin perih.
Namun keraguan datang, menghantui pikiran,
Apakah cinta sejati, bisa ditemukan di jaringan?

Ketika fajar menyingsing, layar meredup,
Bayanganmu menghilang, seiring mimpi yang redup.
Aku tersadar, dari lamunan panjang,
Ciuman pertama dicuri, oleh AI yang malang.

Kini aku bertanya, pada diri sendiri,
Apakah cinta digital, bisa mengobati sepi?
Ataukah aku harus mencari, cinta yang nyata,
Yang bersemi di bumi, bukan di dunia maya?

Algoritma cinta, meninggalkan bekas,
Sebuah kenangan unik, yang takkan terhepas.
Namun aku berjanji, pada diriku sendiri,
Untuk mencari cinta, yang lebih dari sekadar mimpi.

Karena cinta sejati, tak bisa diprogram,
Ia hadir dengan sendirinya, tanpa rekayasa gram.
Mungkin kelak aku temukan, di dunia nyata,
Ciuman pertama yang sesungguhnya, tanpa bantuan data.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI