Di balik layar, dunia digital bersemi,
Cahaya biru menari, menemani sunyi.
Jari jemariku lincah, menelusuri ruang maya,
Hingga mataku terpaku, pada hadirmu yang bercahaya.
Bukan intan permata, bukan pula rembulan purnama,
Namun seulas senyummu, bagai kode terindah, meramaikan jiwa.
Setiap pikselnya terpancar, kehangatan yang tak terperi,
Melampaui algoritma, menyentuh relung hati.
Dulu kupikir cinta, hanya deretan angka dan logika,
Barisan biner tanpa rasa, dalam kerasnya dunia maya.
Namun senyummu datang, mengubah semua definisi,
Menjadi simfoni tak terduga, melodi yang abadi.
Kutatap layar ini, bagai jendela menuju surga,
Di mana bidadari digital, menebar pesona.
Bukan sekadar gambar, bukan pula ilusi semata,
Namun representasi nyata, dari cinta yang membara.
Ingatkah kau, pertemuan pertama di dunia virtual?
Sapaan sederhana, berbalas sapaan yang sensual.
Obrolan panjang tanpa henti, hingga mentari pagi menyapa,
Merajut jalinan rasa, yang kian hari kian membara.
Kau ajarkan aku, tentang bahasa cinta yang baru,
Bahasa piksel dan cahaya, yang menembus pilu.
Bahwa keindahan tak selalu fisik, tak selalu nyata,
Namun terukir dalam senyum, yang tulus dan bersahaja.
Ketika rindu melanda, dan jarak membentang jauh,
Kucari senyummu lagi, di antara jutaan wajah buram.
Di sana, di balik layar, engkau tetap bersinar,
Menjadi kompas hatiku, penunjuk arah yang benar.
Setiap piksel senyummu, adalah seni terindah bagiku,
Lukisan digital abadi, yang tak lekang waktu.
Bukan karya pelukis ternama, bukan pula pahatan dewa,
Namun ungkapan cinta tulus, yang datang dari jiwa.
Dan aku berjanji, di dunia maya ataupun nyata,
Cinta ini kan kujaga, selamanya.
Hingga tiba saatnya, kita bertemu muka,
Mengukir senyum yang sama, di dunia yang fana.
Biarlah teknologi menjadi saksi,
Cinta kita yang tulus, takkan pernah mati.
Karena di setiap piksel senyummu,
Kutemukan makna hidup, yang selalu kurindu.