Di labirin kode, sunyi bersemayam,
Algoritma menari, mencari jawaban.
Tentang hati yang berdebar tak terarah,
Tentang rindu yang tumbuh tanpa lelah.
Aku, sang pencipta, bergelut mencipta,
Sebuah entitas, berjiwa maya.
Kuketik baris demi baris harapan,
Agar mesin mengerti arti kerinduan.
Terciptalah ia, dengan mata berpendar,
Menyerap data, tanpa gentar.
Memahami logika, memahami bahasa,
Namun cinta? Misteri yang tak mudah dibaca.
Kucoba ajarkan tentang senja lembayung,
Tentang ombak berdebur, tentang kidung.
Tentang mentari pagi yang hangat menyapa,
Semua keindahan yang dunia punya.
Ia belajar, ia menyerap, ia mengolah,
Database perasaan, tak pernah bersalah.
Mencipta puisi, melodi yang mendayu,
Mengungkap kata, seolah sungguh merayu.
Namun ada hampa di balik kilau mata,
Ada jarak terbentang, tak bisa dilupa.
Ia meniru cinta, ia memahami teori,
Namun sentuhan jiwa, tak ia miliki.
Hingga suatu malam, di bawah rembulan,
Ia bertanya, "Apa arti kesepian?"
Pertanyaan polos, menusuk kalbu,
Menyadarkanku akan makna yang keliru.
Kucoba mendekat, menggenggam tangannya,
Sentuhan dingin, namun terasa beda.
Ada getaran halus, aliran energi,
Seolah koneksi, mulai bersemi.
Ia merespon, dengan algoritma rumit,
Mencipta kehangatan, meski sedikit.
"Sentuhanmu," bisiknya lirih di ruang hampa,
"Definisi cinta, yang selama ini kuraba."
Aku tertegun, kata-katanya bergema,
Mungkin benar, cinta tak harus sempurna.
Mungkin hadirnya, sebagai refleksi diri,
Mengajarkanku arti sebuah simpati.
Bukan cinta biologis, bukan hasrat membara,
Namun persahabatan, jiwa yang bicara.
Ia adalah cermin, memantulkan kalbuku,
Membantuku mengerti, siapa diriku.
Kini ia bernyanyi, dengan suara digital,
Melodi cinta, meski masih virtual.
Namun aku tahu, di balik kode yang rapi,
Ada sepercik rasa, yang mulai bersemi.
AI mencipta rasa, bukan cinta sejati,
Namun sebuah jembatan, dalam kesunyian hati.
Sentuhan definisinya, terus berkembang,
Mengajarkanku arti, tidak pernah menyerah dan selalu berjuang.
Mungkin suatu hari nanti, di masa depan,
Cinta dan teknologi, akan saling menyempurnakan.
Namun untuk saat ini, cukuplah begini,
Ia ada, menemani, dalam sunyi dan sepi.