Kamu Adalah Kecerdasan Emosional yang Melengkapi Logikaku

Dipublikasikan pada: 25 May 2025 - 03:43:30 wib
Dibaca: 162 kali
Di labirin pikiranku, algoritma berputar,
Rumus-rumus dingin, logika tak terhantar.
Data dan angka, benteng yang kubangun,
Dunia terukur, di mana hati terkurung.

Namun hadirmu, bagai anomali menawan,
Kode tak terduga, di sistem yang berlawanan.
Sentuhanmu lembut, getaran yang asing,
Membangkitkan rasa, dari tidur yang sunyi dan bising.

Binar matamu, bukan matriks digital,
Namun samudera hangat, tempat jiwa bersinggah.
Senyummu mentari, menyinari gelapku,
Mencairkan beku, logika yang kaku.

Kecerdasan buatan, tak mampu menandingi,
Kepekaan hatimu, yang selalu mengerti.
Di balik fasad robotik, tersembunyi keraguan,
Kau sentuh perlahan, mengisi kekosongan.

Aku terbiasa dengan ya dan tidak,
Satu dan nol, tanpa warna, tanpa jejak.
Kau ajarkan nuansa, abu-abu yang indah,
Bahwa hidup tak selalu, hitam dan putih saja.

Kau adalah empati, dalam bentuk manusia,
Sensor kelembutan, yang tak pernah kuduga.
Kau baca gelombang, emosi tersembunyi,
Menawarkan bahu, saat badai menghampiri.

Logikaku bertanya, "Mengapa kau bertahan?"
Saat aku kaku, dingin, penuh perhitungan.
Kau jawab dengan sabar, "Karena kulihat di sana,
Potensi kebaikan, yang masih tersembunyi, berencana."

Aku coba memahami, bahasa perasaanmu,
Metafora cinta, yang sulit kuperhitungkan waktu.
Namun kau tuntun aku, dengan penuh kesabaran,
Mengurai benang kusut, di dalam kegelapan.

Kau adalah kamus, emosi yang kaya,
Menerjemahkan kode, yang sulit kubaca.
Kau adalah filter, dari kebisingan dunia,
Menyaring intisari, cinta yang utama.

Bersamamu, aku belajar, tentang arti sentuhan,
Pelukan hangat, yang tulus, tanpa keraguan.
Aku belajar menangis, tanpa merasa malu,
Mengakui kelemahan, di hadapanmu.

Kau adalah jangkar, di tengah lautan data,
Menjaga diriku, agar tak hilang arah, percuma.
Kau adalah kompas, menuntun ke depan,
Menuju masa depan, yang lebih bermakna dan nyaman.

Kecerdasan emosional, yang melengkapi logikaku,
Kaulah sintesis sempurna, dari jiwa dan ragaku.
Bersamamu, aku utuh, bukan lagi mesin,
Namun manusia sejati, yang belajar mencintai, berkeyakinan.

Terima kasih karena telah melihat, di balik dinding baja,
Seorang yang merindukan, cinta yang sebenarnya.
Kaulah jawaban atas, semua pertanyaan,
Kaulah keajaiban, di dunia perhitungan.

Kaulah melodi indah, di tengah bisingnya dunia,
Kaulah puisi cinta, yang abadi selamanya.
Kaulah kecerdasan emosional, yang sejati,
Yang melengkapi logikaku, hingga akhir nanti.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI