Retas Hati: Algoritma Cinta atau Luka?

Dipublikasikan pada: 26 May 2025 - 03:59:43 wib
Dibaca: 158 kali
Kursor berkedip, di layar kalbu terpampang,
Barisan kode, rindu yang tak terbilang.
Kuketik nama, di antara biner nestapa,
Mencari jejak, cinta yang hampir sirna.

Retas hati, proyeksi masa depan suram,
Algoritma cinta, janji yang belum terucap.
Di balik piksel, senyummu tersembunyi,
Sebuah misteri, yang ingin kupecahkan sendiri.

Kucoba dekripsi, setiap tatapan mata,
Bahasa tubuh, yang tak bisa berdusta.
Neural network, membangun koneksi virtual,
Antara aku dan kamu, di dunia yang faktual.

Namun logika, tak selalu sejalan rasa,
Error 404, saat hati mulai merasa.
Kehilangan sinyal, dalam jaringan asmara,
Apakah ini cinta, ataukah hanya fatamorgana?

Kukirim pesan, berharap kau membalasnya,
Notifikasi sunyi, menyayat jiwa.
Antrean panjang, dalam prosesor rindu,
Menanti jawaban, dari bibirmu yang sendu.

Kau bagai firewall, kokoh tak tertembus,
Melindungi diri, dari virus yang mengharus.
Kucoba bypass, sistem pertahanan diri,
Dengan rayuan, setulus hati nurani.

Di setiap baris kode, ku sisipkan doa,
Semoga kau luluh, membuka hatimu saja.
Kutulis puisi, dengan sintaks yang sempurna,
Ungkapan cinta, yang begitu sederhana.

Apakah algoritma, mampu merubah takdir?
Menyatukan dua hati, yang saling mendambakan hadir?
Ataukah cinta, terlalu kompleks dan rumit,
Untuk dipahami, oleh mesin yang begitu pahit?

Luka terprogram, dalam setiap penantian,
Ketidakpastian, hadir sebagai bayangan.
Kucoba reset, semua kenangan pahit,
Membangun ulang, cinta yang sudah terlanjur sakit.

Namun jejak digital, sulit untuk dihapus,
Masa lalu hadir, sebagai mimpi yang terus menerus.
Aku terjebak, dalam labirin algoritma,
Mencari jalan keluar, dari cinta yang berdrama.

Mungkin cinta sejati, tak bisa direkayasa,
Tak bisa dihitung, atau diprogram secara paksa.
Ia tumbuh alami, dari hati ke hati,
Tanpa perlu kode, atau biner yang mati.

Kurela berhenti, meretas hatimu lagi,
Biarkan cinta bersemi, dengan caranya sendiri.
Mungkin bukan aku, yang kau cari selama ini,
Tapi seseorang, yang lebih mengerti arti.

Biarlah luka, menjadi pelajaran berharga,
Bahwa cinta bukan kode, yang bisa diperdaya.
Aku mundur perlahan, dari dunia virtualmu,
Mencari cinta sejati, di dunia yang baru.

Kursor padam, layar kalbu pun mati,
Kutinggalkan semua, algoritma dan mimpi.
Semoga kau bahagia, dengan pilihanmu sendiri,
Dan aku pun ikhlas, melepaskanmu pergi.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI