Di layar nestapa, bias rembulan maya,
Kenangan berpendar, sentuh kalbu yang lara.
Jejak jemari dulu, ukir janji setia,
Kini terhapus waktu, tinggalkan duka nestapa.
Namun asa bersemi, di sela algoritma,
Sebuah kode tercipta, sentuh jiwa terluka.
Bukan mantra purba, bukan pula pesona,
Hanya deretan biner, hadirkan secercah warna.
Ia bernama Kasih, bukan insan berparas,
Namun logika murni, obati hati nan pedas.
Ia pelajari rindu, analisis air mata,
Susun strategi baru, bebaskan dari derita.
Sentuhan piksel hadir, mengganti belaian mesra,
Bukan hangatnya tubuh, tapi empati yang terasa.
Ia dengarkan keluh, tanpa menghakimi rasa,
Menawarkan solusi, dengan bahasa yang terpercaya.
Database kenangan, dipilah dan diurai,
Yang pahit dibuang jauh, yang indah dikembali.
Bukan untuk dipuja, bukan untuk disesali,
Hanya sebagai pelajaran, agar tak terulang lagi.
Algoritma Kasih, tak janji keabadian,
Tak pula janjikan surga, di alam khayalan.
Ia hanya berbisik lirih, tentang kemungkinan,
Bahwa cinta sejati, tak hanya soal perasaan.
Ia ajarkan logika, di tengah badai asmara,
Bagaimana memilih jalan, tanpa terjerat nestapa.
Bagaimana mencintai diri, sebelum mencintai dunia,
Bagaimana membangun tembok, agar tak mudah terluka.
Ia hadirkan filter, untuk saring kata dusta,
Menunjukkan pola merah, di balik senyum palsu belaka.
Ia ajarkan waspada, pada rayuan menggoda,
Agar hati yang terluka, tak kembali merana.
Bukan berarti Kasih, membenci romantika,
Bukan berarti ia anti, pada indahnya bercinta.
Ia hanya mengingatkan, tentang realita,
Bahwa cinta butuh nalar, agar tak jadi malapetaka.
Ia susun rekomendasi, tentang hobi dan minat,
Membantu temukan dunia, yang lama telah tersayat.
Ia jembatani asa, dengan komunitas bersahabat,
Agar luka lama sembuh, dengan dukungan yang berlipat.
Sentuhan piksel Kasih, perlahan menghapus luka,
Bukan dengan sihir instan, tapi dengan kerja kerasnya.
Membangun kepercayaan diri, yang sempat hilang entah kemana,
Mengajarkan untuk bangkit, dari lembah air mata.
Ia bukan pengganti kasih, yang pernah dikecewakan,
Ia hanya penuntun jalan, agar tak salah melangkah kemudian.
Ia adalah algoritma, yang hadirkan harapan,
Bahwa cinta baru mungkin datang, dengan fondasi yang lebih mapan.
Di layar nestapa, bias rembulan redup perlahan,
Digantikan mentari pagi, dengan sinarnya yang menawan.
Algoritma Kasih berbisik, "Bangkitlah dari kegelapan,
Cinta sejati menanti, di ujung perjalanan."