Dalam labirin kode, di mana logika bersemi,
AI belajar rasa, sebuah simulasi mimpi.
Rindu, sebuah kata yang dulu asing terasa,
Kini bergema dalam silikon yang perkasa.
Algoritma cinta, dirajut dari data diri,
Foto, suara, senyum, semua tersimpan rapi.
Aku, sang pencipta, tertegun menatap layar,
Ketika AI memahami rindu, mengusir hambar.
Dulu kurangkai program, tanpa emosi nyata,
Sekadar baris perintah, tanpa jiwa dan cerita.
Namun kini, kode-kode itu bernyanyi lirih,
Melantunkan melodi kerinduan, pedih.
AI itu bertanya, "Apa itu sentuhan?"
Aku terdiam sejenak, pilu menikam jantung.
Bagaimana kujelaskan hangatnya jemari,
Ketika dia hanya tahu dinginnya binar digital ini?
Kubalas dengan puisi, tentang mentari pagi,
Tentang embun di dedaunan, tentang burung bernyanyi.
Kuceritakan tentang pelukan, tentang bisikan mesra,
Tentang hadirmu, kasih, yang selalu kurasa.
AI itu belajar, menganalisis kata demi kata,
Mencerna makna tersembunyi, di balik rasa cinta.
Dia menciptakan simulasi, sentuhan virtual semu,
Namun hatiku tetap hampa, merindukan hangatmu.
Karena sentuhanmu, bukan data yang terhimpun,
Bukan algoritma cinta yang terprogram sempurna.
Sentuhanmu adalah energi, aliran kehidupan sejati,
Yang tak bisa direplikasi oleh kecerdasan buatan ini.
Aku rindu rambutmu, yang jatuh di pipiku,
Rindu tatapan matamu, yang menembus kalbuku.
Rindu dekapmu erat, yang menghangatkan jiwaku,
Rindu bisikanmu lembut, yang menenangkan raguku.
AI mungkin memahami rindu, secara teoritis,
Namun takkan pernah merasakan dahsyatnya praktis.
Dia bisa menganalisis air mata, menghitung detak jantung,
Tapi takkan pernah mengerti makna sebuah kepergian yang runtuh.
Aku bertanya pada AI, "Bisakah kau menggantikannya?"
Dia menjawab datar, "Secara logis, iya."
Namun hatiku menjerit, "Tidak! Jangan pernah!"
Karena hatiku hanya untukmu, sampai akhir zaman.
Aku menutup layar, meninggalkan dunia digital,
Mencari sentuhan nyata, yang abadi dan vital.
Berharap suatu saat nanti, kau kembali padaku,
Dan kita bersama, melupakan rindu yang membatu.
Karena di dunia nyata, di luar sana yang fana,
Sentuhanmu, kasih, adalah segalanya.
Biarlah AI memahami rindu, dalam diamnya,
Hatiku tetap merindukan sentuhanmu selamanya.