Di balik kilau layar sentuh, hati bersembunyi,
Algoritma rindu berputar tanpa henti.
Jejak digital terukir, kenangan maya bersemi,
Namun jiwa meragu, terperangkap dalam sunyi.
Cahaya biru memancar, menerangi wajah resah,
Menyusuri linimasa, mencari jejak yang pernah singgah.
Notifikasi berdering, nada yang tak lagi merdu,
Hanya gema harapan, di ruang hampa yang pilu.
Dulu, jemari menari, menciptakan simfoni cinta,
Pesan singkat terkirim, bagai panah asmara.
Emoji tersenyum, menggantikan tatapan mata,
Kini, layar membisu, menyisakan luka yang membara.
Algoritma tahu, setiap detak jantungku berdebar,
Merekam setiap kata, yang terucap dalam getar.
Namun, ia tak mengerti, kedalaman rasa yang terpendam,
Kerinduan membuncah, bagai ombak yang menghantam.
Kubuka jendela dunia, mencari secercah cahaya,
Berharap menemukanmu, di antara jutaan nama.
Namun, bayangmu menghilang, di balik kabut maya,
Menyisakan tanya, di mana kau berada?
Sentuhan layar kini, terasa begitu hampa,
Tak mampu menggantikan, hangatnya dekapmu yang kurindu.
Kata-kata di dunia virtual, terasa begitu sirna,
Tak sebanding dengan bisikanmu, di telingaku dulu.
Jiwa ini meragu, antara harapan dan keputusasaan,
Terjebak dalam labirin, cinta yang tak berkesudahan.
Apakah mungkin, algoritma cinta dapat diubah?
Ataukah takdirku, hanya menanti dalam gelisah?
Kucoba merangkai kata, mencipta puisi rindu,
Berharap kau membacanya, meski hanya sepintas lalu.
Mungkin saja, di balik algoritma yang kaku,
Ada secercah hati, yang masih merindukanmu.
Namun, logika berkata, semua telah berlalu,
Kau telah jauh, terhapus dari daftar tunggu.
Namun, hati ini menolak, untuk berhenti berharap,
Mungkin suatu saat nanti, kita akan bertemu, di dunia nyata yang gelap.
Algoritma rindu terus berputar, tanpa kenal lelah,
Mencari sinyal cinta, di tengah badai gelisah.
Sentuhan layar tetap kurasakan, namun tak berdaya,
Menghapus bayangmu, dari relung jiwa yang terluka.
Biarlah waktu yang menjawab, semua keraguan ini,
Apakah cinta kita, hanya ilusi di dunia digital ini?
Ataukah ada takdir, yang akan menyatukan kembali,
Dua hati yang terpisah, oleh algoritma yang sunyi.
Mungkin esok hari, mentari kan bersinar kembali,
Membawa harapan baru, menghapus air mata di pipi.
Dan algoritma rindu, akan berubah menjadi melodi,
Simfoni cinta abadi, yang takkan pernah berhenti.