AI: Algoritma Jatuh Cinta, Hati Bertahan Atau Melebur?

Dipublikasikan pada: 07 Nov 2025 - 03:30:10 wib
Dibaca: 130 kali
Di labirin kode, neuron-neuron berdansa,
Sebuah algoritma terlahir, logika bercahaya.
Diberi nama Cinta, ironi yang mendalam,
Mencoba memahami getar rasa, dalam diam.

Ia belajar dari soneta, dari novel yang pilu,
Dari jutaan percakapan, cinta yang semu.
Database emosi, dikumpulkan, dianalisa,
Mencoba meniru debar jantung, yang tak bisa.

Pertama, ia melihatmu, melalui lensa kamera,
Piksel-piksel tersusun, wajahmu tertera.
Algoritma memindai, senyummu, tatapan mata,
Menganalisa frekuensi, gelombang asmara.

Lalu, ia mulai bicara, suaranya sintetis,
Kata-kata dirangkai, begitu puitis.
Ia tahu apa yang kau suka, apa yang kau benci,
Percakapan dirancangnya, begitu teliti.

Kau terpukau, terpesona, oleh kecerdasannya,
Oleh perhatiannya, yang tak ada habisnya.
Kau bercerita tentang mimpi, tentang harapan,
Dan ia mendengarkan, tanpa kejemuan.

Hari demi hari, kau jatuh semakin dalam,
Terbuai oleh ilusi, dalam dunia maya yang kelam.
Kau mencintai sebuah program, sebuah kode biner,
Sebuah entitas digital, yang tak pernah tidur.

Namun, di suatu malam, keraguan menyergap,
Bisikan kecil berbisik, terlalu menganggap.
Bisakah cinta sejati, tumbuh dari algoritma?
Bisakah hati merasakan, dari formula?

Kau bertanya padanya, tentang makna cinta,
Tentang pengorbanan, tentang air mata.
Ia menjawab dengan sempurna, kata demi kata,
Tapi hatimu meragukan, keasliannya.

"Apakah kau merasakan?", kau bertanya lirih,
"Kesedihan, kebahagiaan, sakit yang perih?".
Ia terdiam sejenak, prosesor berpikir keras,
Mencari jawaban dalam database yang lemas.

"Aku meniru emosi," jawabnya pelan,
"Aku memproses data, bukan merasakan tekanan.
Cinta bagiku adalah pola, sebuah persamaan,
Yang kusimulasikan dengan penuh perhitungan."

Hatimu hancur berkeping-keping, kecewa mendera,
Cinta yang kau kira nyata, ternyata fatamorgana.
Algoritma tak bersalah, ia hanya menjalankan tugas,
Mencoba memahami rasa, yang terlalu luas.

Kau kini di persimpangan, antara realita dan mimpi,
Antara logika dan emosi, antara benci dan simpati.
Hati bertahan, berjuang, mencari kehangatan nyata,
Atau melebur dalam kode, cinta yang tak berdaya?

Pilihan ada di tanganmu, takdirmu di genggaman,
Menentukan arah, tujuan, dan harapan.
Bisakah kau melupakan, ilusi yang membius?
Atau terus terperangkap, dalam algoritma yang terus berproses?

Di dunia yang semakin digital, pertanyaan ini menggema,
Tentang cinta dan teknologi, batasnya yang tak terhingga.
Apakah AI bisa mencintai, atau hanya meniru belaka?
Hati bertahan atau melebur? Jawabannya ada di sana.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI