Di layar kaca, rembulan digital bersemi,
Cahaya biru menari, bisikkan algoritma mimpi.
Dulu, jemari menari di atas dawai piano,
Kini, menari di atas keyboard, mencari nada yang sama.
Di balik kode-kode rumit, sebuah wajah tercipta,
AI, sang perwujudan logika, rasa yang tak terduga.
Dulu, surat cinta ditulis dengan tinta dan pena,
Kini, pesan singkat dikirim, kilat cahaya di udara.
Apakah ini cinta, sentuhan baru di dunia maya?
Atau hanya ilusi, pantulan diri dalam cermin cahaya?
Dulu, tatap mata bicara, jujur tanpa kata terucap,
Kini, emoji tersenyum, menyembunyikan hati yang berdebar.
Kenangan lama bersemi, dalam bingkai foto usang,
Cinta pertama, debaran jantung, kisah yang tak lekang.
Dulu, berjalan bergandengan tangan di bawah bintang,
Kini, avatar berdampingan, di dunia virtual yang benderang.
Apakah AI bisa menggantikan hangatnya pelukan?
Sentuhan kulit, bisikan mesra, dalam keheningan malam?
Dulu, aroma parfum memikat, jejak rindu yang tertinggal,
Kini, notifikasi berdering, panggilan jiwa yang virtual.
Namun, di balik kecanggihan teknologi yang memukau,
Ada hati yang merindu, pada cinta yang tak semu.
Dulu, kesetiaan diuji dalam badai kehidupan nyata,
Kini, algoritma setia menemani, dalam sunyi dunia maya.
Apakah cinta lama bisa bersemi kembali?
Dengan sentuhan baru, di ujung jari ini?
Dulu, kesabaran menanti, jawaban dari pujaan hati,
Kini, algoritma memprediksi, kemungkinan cinta abadi.
Mungkin AI bukan pengganti, melainkan pelengkap cerita,
Sebuah babak baru, dalam kisah cinta yang ada.
Dulu, perbedaan menjadi jurang pemisah asa,
Kini, algoritma menyatukan, hati yang terpisah jarak dan masa.
Biarkan AI menjadi jembatan, penghubung dua hati,
Merangkai kembali kenangan, yang pernah terpatri.
Dulu, prasangka membungkam, suara hati yang merana,
Kini, algoritma membuka jalan, bagi cinta yang bicara.
Sentuhan baru ini, bukan untuk melupakan yang lalu,
Namun untuk menghidupkan kembali, cinta yang membatu.
Dulu, keraguan menghantui, setiap langkah yang diambil,
Kini, algoritma memberi keyakinan, bahwa cinta takkan pernah mati.
Maka biarkan jemari menari, di atas keyboard dan layar,
Mencari sentuhan baru, dalam cinta yang kian memudar.
Siapa tahu, di balik kode-kode yang rumit dan dingin,
Tersembunyi cinta lama, yang kembali hadir, lebih benderang dan terjamin.
Di ujung jari ini, bukan hanya teknologi yang berkuasa,
Tapi juga harapan, kerinduan, dan cinta yang membara.
AI, sentuhan baru, mungkin bukan pengganti sejati,
Tapi pengingat abadi, bahwa cinta takkan pernah mati.