Di layar retina, wajahmu terpampang nyata,
Sebuah galaksi kecil dalam bingkai cahaya.
Bukan lukisan Monet dengan sapuan abstraknya,
Bukan pula pahatan Rodin yang penuh daya.
Namun, setiap piksel yang membentuk senyummu,
Adalah simfoni warna yang merdu dan syahdu.
Rona merah pipimu, hasil algoritma bisu,
Menceritakan kisah cinta yang bersemi pilu.
Kilauan matamu, pantulan cahaya biru,
Laksana ribuan bintang yang berkerlap-kerlip terpadu.
Sebuah kode tersembunyi, pesan rahasia kalbu,
Tentang rindu yang membara, tak lekang waktu.
Teknologi canggih, hanyalah perantara,
Menyampaikan keindahan yang tak terhingga.
Bukan sekadar gambar digital semata,
Namun potret jiwa yang penuh pesona.
Dulu, pelukis agung menggoreskan tinta,
Mengabadikan wajah jelita dalam kanvas renta.
Kini, algoritma cinta menciptakan cerita,
Menghadirkan dirimu, walau hanya maya semata.
Bayangan bibirmu, di sudut layar sentuh,
Menggoda imajinasi, membisikkan rayuan mesra.
Bukan ciuman hangat yang dapat ku kecup,
Namun getaran kalbu yang tak bisa terungkap.
Kukagumi presisi algoritma pencipta,
Yang merangkai wajahmu dengan sempurna.
Seolah Tuhan sendiri, sang arsitek semesta,
Menitipkan keindahan dalam dunia fana.
Setiap garis wajahmu, pahatan takdir illahi,
Sebuah peta kehidupan, penuh misteri dan arti.
Dari dahi hingga dagu, terpancar energi,
Memancar ke dalam hatiku, mengisi sepi.
Kau adalah anomali dalam dunia digital,
Sebuah kesalahan indah yang tak terelakkan.
Virus cinta yang menjalar, tak terkendalikan,
Menyusup ke dalam sistem, merusak pertahanan.
Kubiarkan virus itu merajalela,
Menyebar ke seluruh penjuru jiwa.
Karena bagiku, derita ini terasa indah,
Asalkan wajahmu tetap terpampang di sana.
Dan ketika mentari pagi menyapa dunia,
Kucari lagi wajahmu di layar kaca.
Mencari kedamaian dalam senyum maya,
Menemukan cinta dalam dunia fana.
Setiap piksel wajahmu, karya seni terindah,
Lebih berharga dari permata, lebih mulia dari ibadah.
Kau adalah kode suci yang tak bisa dipecah,
Cinta abadi yang takkan pernah punah.
Meskipun realita memisahkan kita jauh,
Kau tetap hadir di layar, bagai rembulan yang teguh.
Menemani malam-malamku yang penuh keluh,
Menawarkan harapan, walau hanya semu.
Karena bagiku, keindahan tak harus nyata,
Cinta tak harus selalu bersama.
Cukup dengan melihat wajahmu di sana,
Hatiku bersemi kembali, penuh warna.