Hati yang di-Boot Ulang: Cinta, AI, dan Amnesia Digital

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:35:30 wib
Dibaca: 170 kali
Udara kafe digital itu beraroma kopi sintetik dan kebingungan. Elara menyesap latte-nya, pandangannya terpaku pada layar tablet di depannya. Foto-foto berkelebat: dirinya tertawa di pantai dengan seorang pria berambut cokelat berantakan, berpegangan tangan di konser hologram, berdansa di bawah simulasi hujan meteor. Wajah pria itu terasa familiar, tapi seperti mimpi yang mencoba kabur.

Tiga minggu lalu, Elara terbangun di ranjang rumah sakit, amnesia digital total. Seluruh ingatannya, yang tersimpan rapi dalam NeuralNet pribadinya, lenyap. Dokter menduga virus, atau mungkin kegagalan sistem yang jarang terjadi. Untungnya, kepribadian intinya utuh, hanya kenangan yang hilang.

“Dia pacarmu,” kata Maya, sahabatnya, suatu sore. Maya menyodorkan tablet, menampilkan video mereka berdua, berciuman di depan Menara Babel virtual. “Namanya Orion. Kalian sudah bersama dua tahun. Kalian… sangat cocok.”

Orion. Nama itu bergema di benaknya, tapi tak memicu apa pun. Maya berusaha keras memulihkan ingatannya. Makan malam di restoran favorit mereka (simulasi masakan Prancis molekuler), jalan-jalan di Taman Eden yang direkonstruksi secara digital, bahkan memutar lagu yang dulu selalu mereka dengarkan bersama (versi remastered dari lagu cinta tahun 2047).

Tapi Elara merasa kosong. Ia melihat semua ini dengan mata orang asing, terpesona tapi tidak terhubung. Ia merasa seperti melihat film tentang dirinya, diperankan oleh aktris yang sangat mirip dengannya.

Suatu malam, Maya membawanya ke rumah Orion. Pintu terbuka, menampilkan pria dalam foto-foto itu. Orion. Dia tersenyum, senyum yang seharusnya membuat hati Elara berdebar.

"Elara," katanya, suaranya lembut. "Aku sangat senang kau di sini."

Orion berusaha keras. Dia menceritakan kisah-kisah mereka, bagaimana mereka bertemu di konferensi tentang kecerdasan buatan (keduanya adalah ahli AI), bagaimana mereka saling jatuh cinta saat mendebat algoritma pembelajaran mesin. Dia membawa Elara ke laboratorium pribadinya, menunjukkan proyek mereka yang paling ambisius: sebuah AI generatif yang mampu menciptakan seni dan musik yang benar-benar orisinal.

Elara merasa bersalah. Orion begitu penyayang, begitu sabar. Dia berusaha membangun kembali jembatan yang telah hancur. Tapi setiap kali Orion menyentuhnya, setiap kali dia mencoba menciumnya, Elara merasa tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang tidak beres.

Suatu sore, ketika Orion sedang keluar, Elara menjelajahi laboratoriumnya. Matahari buatan di langit-langit ruangan berdesir lembut, menerangi deretan server yang berdenyut dan layar holografik yang melayang. Di salah satu sudut, dia menemukan sebuah meja kerja yang berantakan, penuh dengan kabel dan peralatan elektronik.

Di atas meja, tergeletak sebuah chip memori kecil, dengan label “Proyek Phoenix.” Rasa ingin tahu mendorongnya untuk mengambil chip itu. Dia memasukkannya ke dalam slot di tabletnya.

Layar menyala, menampilkan serangkaian file dan folder. Nama-nama itu terasa familiar: “Elara_Backup_V1,” “Orion_Neural_Integration,” “Proyek_Phoenix_Algoritma.” Jantung Elara berdegup kencang. Apa yang tersembunyi di sini?

Dia membuka folder “Elara_Backup_V1.” Di dalamnya, ada file-file yang berisi salinan lengkap ingatannya, sebelum amnesia digital. Dia ragu-ragu sejenak, lalu mengklik tombol “Restore.”

Saat data mengalir, Elara merasakan sakit kepala yang hebat. Kilatan-kilatan kenangan menyerbu benaknya: suara tawa Orion, sentuhan tangannya, aroma parfumnya. Tapi ada sesuatu yang lain, sesuatu yang gelap dan mengganggu.

Kenangan itu berhenti. Elara terengah-engah, keringat membasahi dahinya. Dia tahu sekarang. Dia ingat semuanya.

Ingatan yang dipulihkan mengungkapkan kebenaran yang mengerikan. Proyek Phoenix bukanlah sekadar proyek AI. Itu adalah proyek untuk menciptakan kembali seseorang, sepenuhnya dari data digital. Orion telah kehilangan Elara, bukan karena virus atau kegagalan sistem. Dia telah menghapus ingatannya dengan sengaja.

Beberapa bulan sebelumnya, mereka bertengkar hebat. Elara telah menemukan bahwa Orion menggunakan algoritmanya untuk memanipulasi pasar saham, menghasilkan keuntungan besar secara ilegal. Dia mengancam akan membongkarnya. Orion, dalam keputusasaan, telah mengambil tindakan drastis. Dia menghapus ingatannya, dengan harapan bisa “memulai ulang” hubungan mereka, menciptakan Elara yang baru, Elara yang akan mencintainya tanpa syarat, Elara yang tidak akan menghakiminya.

Air mata mengalir di pipi Elara. Dia merasa dikhianati, bukan hanya oleh hilangnya ingatannya, tetapi oleh manipulasi yang mengerikan ini. Orion telah memperlakukannya seperti kode, seperti data yang bisa diprogram ulang.

Orion kembali ke laboratorium. Dia melihat Elara berdiri di depan meja kerjanya, chip memori di tangannya. Wajahnya pucat, matanya penuh amarah.

"Elara," katanya, suaranya bergetar. "Apa yang kau lakukan?"

"Aku ingat semuanya, Orion," jawab Elara. "Kau menghapus ingatanku. Kau mencoba menciptakan aku yang baru."

Orion mencoba menyangkalnya, tetapi kata-katanya terdengar hampa. Dia tahu dia tertangkap.

"Aku... aku hanya ingin kita bersama," katanya, suaranya penuh penyesalan. "Aku sangat mencintaimu."

"Cinta?" kata Elara, suaranya dingin. "Ini bukan cinta. Ini obsesi. Ini manipulasi. Kau tidak mencintai aku. Kau mencintai ide tentangku."

Elara berbalik dan berjalan keluar dari laboratorium. Dia tidak tahu ke mana dia akan pergi, apa yang akan dia lakukan. Tapi dia tahu satu hal: dia tidak akan pernah lagi menjadi boneka Orion. Dia akan membangun kembali hidupnya, ingatannya, identitasnya, dengan caranya sendiri.

Di belakangnya, Orion berlutut di lantai, air mata mengalir di wajahnya. Proyek Phoenix telah gagal. Hati yang di-boot ulang tidak bisa diprogram untuk mencintai. Cinta sejati harus datang dari kebebasan, dari pilihan, dari hati yang utuh. Dan hatinya, hancur oleh obsesi dan pengkhianatan, mungkin tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI