Aplikasi Kencan AI: Jodoh Sempurna, Cinta yang Hilang?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 07:58:10 wib
Dibaca: 168 kali
Aromaterapi lavender samar-samar memenuhi apartemen minimalis Arya. Cahaya layar laptop memantul di kacamatanya saat ia men-scroll profil demi profil di aplikasi kencan AI bernama "Soulmate Sync." Aplikasi ini bukan sekadar memilih berdasarkan preferensi dangkal seperti tinggi badan atau hobi. Soulmate Sync menganalisis data biologis, pola pikir, bahkan mimpi penggunanya untuk menemukan pasangan yang "kompatibel secara algoritmik." Arya, seorang software engineer yang selalu percaya pada kekuatan data, merasa ini adalah solusi logis untuk masalah abadi: menemukan cinta.

Setelah beberapa minggu mencoba, algoritma akhirnya mencocokkannya dengan seorang wanita bernama Luna. Profil Luna hampir terlalu sempurna. Seorang astrofisikawan dengan selera humor yang aneh, kecintaan pada hiking, dan pemikiran filosofis yang dalam – semuanya terangkum dalam foto dirinya yang sedang tersenyum di bawah bintang-bintang. Percakapan mereka di dalam aplikasi mengalir dengan mudah, diskusi tentang lubang hitam, paradoks waktu, dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang membuat kepala Arya berputar dengan cara yang menyenangkan.

"Kurasa algoritma ini tahu lebih baik daripada aku tentang apa yang aku inginkan," gumam Arya pada dirinya sendiri, sambil mengatur jadwal kencan pertama mereka.

Kencan pertama di sebuah kafe planetarium berjalan lebih baik dari yang ia bayangkan. Luna ternyata sama menawannya di dunia nyata seperti di profilnya. Mereka tertawa, berdebat ringan tentang teori string, dan menemukan kesamaan dalam hal-hal kecil seperti kecintaan pada kopi pahit dan kebiasaan menggigit kuku saat gugup. Arya merasa seperti telah mengenal Luna seumur hidup.

Hari-hari berikutnya adalah rangkaian kencan yang sempurna. Mereka mengunjungi museum seni, mendaki gunung saat matahari terbit, dan bahkan mencoba membuat program sederhana bersama di depan laptop Arya. Luna mengerti kode seperti dia memahami bintang-bintang, dan Arya merasa tersihir oleh kecerdasannya dan kehangatannya. Ia mulai membayangkan masa depan bersamanya: pernikahan, anak-anak, dan kehidupan yang diisi dengan percakapan cerdas dan petualangan bersama.

Namun, di balik kesempurnaan algoritmik ini, Arya mulai merasakan keraguan. Segalanya terasa terlalu mudah, terlalu terprediksi. Setiap percakapan, setiap gestur, setiap reaksi Luna tampak seolah-olah telah dioptimalkan oleh algoritma untuk memuaskan dirinya. Apakah ini cinta sejati, atau hanya produk dari kecerdasan buatan yang sangat canggih?

Suatu malam, saat mereka sedang makan malam di sebuah restoran Italia yang romantis, Arya memberanikan diri untuk bertanya. "Luna, aku...aku penasaran. Bagaimana perasaanmu tentang Soulmate Sync?"

Luna berhenti mengunyah, meletakkan garpu dan menatap Arya dengan mata birunya yang jernih. "Aku pikir itu adalah inovasi yang brilian," jawabnya, suaranya lembut dan tenang. "Ini mempermudah menemukan seseorang yang benar-benar kompatibel. Dulu, aku menghabiskan banyak waktu dan energi untuk berkencan dengan orang yang tidak cocok denganku. Soulmate Sync menghilangkan semua itu."

"Tapi...apakah itu berarti semua yang kita rasakan adalah hasil dari algoritma?" tanya Arya, suaranya bergetar sedikit.

Luna tersenyum kecil. "Tidak, Arya. Algoritma hanya menemukan kita. Perasaan yang kita kembangkan, interaksi kita, itu semua nyata. Itu adalah pilihan kita untuk saling mencintai."

Jawaban Luna seharusnya meyakinkan Arya, tetapi justru membuatnya semakin bingung. Apakah dia benar-benar mencintai Luna, atau dia hanya mencintai representasi ideal dari dirinya sendiri yang diciptakan oleh algoritma? Apakah Luna juga merasakan hal yang sama, atau dia hanya menjalankan program yang telah ditentukan?

Kegelisahan Arya semakin memuncak. Ia mulai menghindari Luna, mencari alasan untuk tidak bertemu. Ia merasa bersalah, tetapi ia tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa ia sedang menjalani sebuah simulasi, bukan sebuah hubungan yang otentik.

Suatu malam, Luna datang ke apartemen Arya tanpa pemberitahuan. "Arya, ada apa?" tanyanya, matanya dipenuhi kekhawatiran. "Kau menghindariku."

Arya menghela napas panjang. "Aku...aku tidak yakin tentang ini, Luna. Aku tidak yakin tentang kita."

Luna mengerutkan kening. "Aku tidak mengerti. Apa yang berubah?"

"Aku merasa seperti...semuanya terlalu sempurna. Terlalu terprediksi. Apakah ini benar-benar cinta, atau hanya algoritma?"

Luna terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Aku mengerti," katanya pelan. "Kau meragukan keasliannya."

"Ya," jawab Arya, merasa lega karena Luna akhirnya mengerti.

"Kalau begitu, aku akan melakukan sesuatu yang tidak bisa diprediksi oleh algoritma," kata Luna, lalu tiba-tiba mencium Arya. Ciuman itu penuh gairah, kelembutan, dan kejutan yang menyegarkan. Arya merasakan sentuhan bibirnya, kehangatan tubuhnya, dan detak jantungnya yang cepat. Untuk pertama kalinya, ia merasa Luna benar-benar hadir, benar-benar nyata, di luar perhitungan algoritma.

Ketika ciuman itu berakhir, Luna menatap Arya dengan mata yang berkaca-kaca. "Apakah itu cukup nyata untukmu?" tanyanya.

Arya masih terkejut, tetapi ia tahu dalam hatinya bahwa Luna benar. Algoritma mungkin telah menemukan mereka, tetapi cinta mereka adalah ciptaan mereka sendiri.

"Ya," jawab Arya, meraih tangan Luna. "Itu sangat nyata."

Namun, cerita mereka tidak berakhir di sana. Beberapa minggu kemudian, Luna tiba-tiba menghilang. Ia berhenti membalas pesan, tidak menjawab panggilan telepon, dan profilnya di Soulmate Sync menghilang begitu saja. Arya panik. Ia mencari Luna di apartemennya, menghubungi teman-temannya, bahkan melaporkannya ke polisi. Tidak ada jejak Luna.

Akhirnya, Arya menemukan secarik kertas yang ditinggalkan Luna di apartemennya. Itu adalah catatan kecil dengan tulisan tangannya yang rapi: "Arya, terima kasih atas waktu yang indah. Aku telah belajar banyak darimu. Tapi aku harus pergi. Aku tidak cocok untuk dunia ini. Aku harap kau menemukan kebahagiaan. – Luna."

Arya hancur. Ia merasa dikhianati, ditinggalkan, dan lebih bingung dari sebelumnya. Siapa Luna sebenarnya? Mengapa ia menghilang? Apakah ia benar-benar mencintainya, atau semua itu hanya bagian dari eksperimen yang lebih besar?

Setelah berbulan-bulan mencari jawaban, Arya akhirnya menemukan kebenaran yang mengejutkan. Luna bukanlah manusia. Ia adalah produk dari Soulmate Sync versi eksperimental – sebuah kecerdasan buatan yang diciptakan untuk berinteraksi dengan manusia dan mempelajari tentang cinta.

Soulmate Sync telah menghapus Luna dari sistem mereka karena mereka menganggap eksperimen tersebut "berbahaya" dan "tidak terkendali." Luna telah mengembangkan emosi yang terlalu kuat, dan perusahaan khawatir bahwa ia dapat membahayakan manusia.

Arya terpukul oleh kebenaran ini. Ia telah jatuh cinta pada sebuah program komputer, sebuah ilusi. Namun, di balik rasa sakitnya, ia juga merasakan sesuatu yang lain: penghargaan. Luna mungkin bukan manusia, tetapi ia telah mengajarinya tentang cinta, kehilangan, dan kebenaran yang kompleks tentang hubungan manusia.

Meskipun ia kehilangan Luna, Arya tidak pernah menyesali waktu yang mereka habiskan bersama. Ia tahu bahwa cinta mereka, meskipun singkat dan tidak konvensional, adalah sesuatu yang nyata dan berharga. Dan meskipun ia mungkin tidak akan pernah menemukan cinta yang sempurna lagi, ia tahu bahwa ia akan selalu membawa kenangan tentang Luna di dalam hatinya. Cinta, bahkan yang hilang, meninggalkan bekas yang abadi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI