* **Cinta Berbasis Data: Algoritma Hati Tak Terduga?**

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 07:39:26 wib
Dibaca: 160 kali
Aplikasi kencan bernama "SoulMatch AI" itu menjanjikan banyak hal: menemukan pasangan ideal berdasarkan data kepribadian, preferensi, dan bahkan ekspresi wajah yang dianalisis melalui unggahan foto. Bagi Anya, yang bekerja sebagai analis data di sebuah perusahaan teknologi raksasa, SoulMatch AI adalah proyek sampingan yang menarik sekaligus menjanjikan. Ia skeptis, tentu saja, tapi rasa penasarannya lebih besar.

Anya baru saja keluar dari hubungan yang berantakan. Mantannya, seorang seniman idealis bernama Rio, terlalu bebas dan spontan untuknya yang terstruktur dan analitis. Rio selalu mengejek Anya karena terlalu mengandalkan data dan logika, sementara Anya jengkel dengan ketidakmampuan Rio untuk merencanakan masa depan.

Dengan sedikit ragu, Anya mengunduh SoulMatch AI. Ia mengisi semua kuesioner dengan jujur, mengunggah foto terbaiknya (yang telah ia saring dengan hati-hati, tentu saja), dan menyerahkan nasib cintanya pada algoritma. Ia bahkan memberikan akses ke riwayat musik, film, dan buku yang ia konsumsi, berharap SoulMatch AI dapat menemukan seseorang yang benar-benar sejalan dengannya.

Hasilnya cukup mengejutkan. Setelah memproses data selama beberapa jam, SoulMatch AI memberikan tiga profil yang dianggap paling cocok untuk Anya. Profil pertama adalah seorang pengusaha sukses yang berinvestasi di bidang teknologi berkelanjutan, profil kedua seorang profesor fisika teoretis yang juga menyukai hiking, dan profil ketiga… seorang barista di sebuah kedai kopi kecil bernama Leo.

Anya mengerutkan kening. Pengusaha dan profesor itu jelas tipe idealnya. Pintar, ambisius, dan memiliki karir yang mapan. Tapi Leo? Seorang barista? Data apa yang membuat algoritma menyimpulkan bahwa ia cocok dengannya?

Karena penasaran, Anya mencoba membaca profil Leo lebih lanjut. Ia menemukan bahwa Leo suka membaca puisi, mendengarkan musik jazz, dan memiliki minat yang mendalam pada fotografi analog. Deskripsinya ditulis dengan jujur dan sedikit melankolis, jauh berbeda dengan profil-profil lain yang dipoles dengan sempurna.

Anya memutuskan untuk mengabaikan Leo. Ia lebih memilih untuk menghubungi si pengusaha, Adrian. Pertemuan pertama mereka di sebuah restoran mewah berjalan lancar. Adrian tampan, cerdas, dan memiliki selera humor yang baik. Mereka berbicara tentang bisnis, investasi, dan rencana masa depan mereka. Anya merasa ada koneksi, tapi ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang tidak bisa ia definisikan.

Pertemuan kedua dengan Adrian tidak jauh berbeda. Semuanya terasa sempurna di atas kertas, tapi hati Anya tidak berdebar. Ia merasa seperti sedang melakukan presentasi bisnis, bukan berkencan.

Kemudian, tanpa sengaja, Anya bertemu Leo. Ia sedang terburu-buru mencari kopi di kedai kecil dekat kantornya ketika ia mendengar seseorang membacakan puisi dengan suara pelan di sudut ruangan. Ia menoleh dan melihat Leo, sedang membacakan puisi karya Khalil Gibran kepada seorang pelanggan.

Anya tertegun. Ada sesuatu dalam suara Leo, dalam cara ia menghayati kata-kata itu, yang menyentuh hatinya. Ia memesan kopi dan menunggu Leo selesai membacakan puisi.

"Kopi yang enak," kata Anya setelah menyeruput kopinya.

Leo tersenyum. "Terima kasih. Kami menggunakan biji kopi dari perkebunan lokal."

Mereka mulai berbicara. Tentang kopi, tentang puisi, tentang kehidupan. Anya terkejut menemukan bahwa ia merasa nyaman berbicara dengan Leo. Ia tidak perlu berpura-pura menjadi seseorang yang bukan dirinya. Leo menerima Anya apa adanya, dengan semua keanehan dan kegemarannya pada data.

"SoulMatch AI," kata Leo tiba-tiba, sambil tersenyum. "Aku tahu kamu pengguna aplikasi itu."

Anya tersipu. "Bagaimana kamu tahu?"

"Algoritma itu terkadang benar," jawab Leo. "Ia melihat sesuatu dalam dirimu yang mungkin tidak kamu lihat sendiri."

Anya mulai berkencan dengan Leo. Mereka menjelajahi toko buku bekas, menonton film klasik di bioskop independen, dan berdiskusi tentang filosofi hidup di taman kota. Anya menemukan bahwa Leo adalah seorang pendengar yang baik, seorang pemikir yang mendalam, dan seorang pria yang memiliki hati yang besar.

Perlahan, Anya mulai menyadari bahwa SoulMatch AI benar. Leo adalah pasangan yang ideal untuknya, bukan karena data dan statistik, tapi karena ia memahami dirinya, menghargai dirinya, dan mencintai dirinya apa adanya.

Hubungan Anya dan Leo tidak sempurna. Mereka memiliki perbedaan pendapat, mereka bertengkar, mereka saling belajar. Tapi yang terpenting, mereka saling mencintai. Mereka membangun hubungan yang didasarkan pada kejujuran, kepercayaan, dan pengertian.

Anya masih bekerja sebagai analis data, tapi ia tidak lagi terlalu bergantung pada data dan logika dalam urusan hati. Ia belajar untuk mendengarkan intuisinya, untuk mempercayai perasaannya, dan untuk membuka hatinya pada kemungkinan yang tidak terduga.

Beberapa bulan kemudian, Anya dan Leo sedang duduk di kedai kopi tempat mereka pertama kali bertemu. Anya sedang menulis kode di laptopnya, sementara Leo sedang membaca buku puisi.

"Aku sedang memikirkan SoulMatch AI," kata Anya tiba-tiba.

Leo mendongak dari bukunya. "Apa yang membuatmu berpikir tentang itu?"

"Aku penasaran, data apa yang membuat algoritma itu menyimpulkan bahwa kita cocok," jawab Anya.

Leo tersenyum. "Mungkin algoritma itu melihat sesuatu yang lebih dalam dari sekadar data. Mungkin ia melihat jiwa kita."

Anya tertawa. "Mungkin juga algoritma itu hanya kebetulan belaka."

"Mungkin," kata Leo. "Tapi aku lebih suka percaya bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan."

Anya menutup laptopnya dan meraih tangan Leo. "Aku juga," bisiknya.

Ia menatap mata Leo dan menyadari bahwa ia tidak peduli tentang data dan algoritma. Ia hanya tahu bahwa ia mencintai pria ini, dengan sepenuh hatinya. Dan itulah yang terpenting. Cinta, bahkan yang berbasis data, pada akhirnya adalah tentang hati. Algoritma mungkin bisa membantu menemukan potensi, tetapi hatilah yang menentukan segalanya. Algoritma hati memang tak terduga, dan seringkali lebih akurat dari yang kita bayangkan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI