* **Sentuhan Algoritma: Cinta di Balik Layar Sentuh?**

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 07:29:41 wib
Dibaca: 166 kali
Jari-jarinya menari di atas layar sentuh, menciptakan simfoni cahaya dan warna. Bukan, dia bukan sedang bermain game. Bukan pula sedang menjelajahi media sosial. Anya sedang membangun jembatan. Jembatan digital, tentunya. Dia seorang software engineer di sebuah perusahaan teknologi rintisan yang sedang naik daun, khusus mengembangkan aplikasi kencan berbasis algoritma kecocokan yang super akurat. Ironis, pikirnya, membangun harapan cinta bagi orang lain, sementara hatinya sendiri terasa kosong.

Anya percaya pada logika, pada data, pada probabilitas. Cinta, menurutnya, hanyalah serangkaian reaksi kimia yang bisa diprediksi dan dioptimalkan. Itulah mengapa ia sangat berdedikasi pada pekerjaannya. Ia ingin menciptakan aplikasi yang benar-benar bisa menemukan pasangan ideal, bukan hanya berdasarkan preferensi dangkal seperti tinggi badan atau warna rambut, tapi juga berdasarkan nilai-nilai, minat, dan tujuan hidup yang mendalam.

Setiap malam, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Anya selalu menyempatkan diri untuk menguji aplikasi ciptaannya sendiri. Ia memasukkan data dirinya dengan jujur, detail, dan tanpa filter. Ia ingin melihat, algoritma secanggih apa yang mampu ia ciptakan untuk dirinya sendiri. Hasilnya? Selalu mengecewakan. Kandidat yang muncul di layarnya selalu terasa asing, bahkan membosankan. Pria-pria mapan dengan hobi golf dan percakapan yang kering. Tidak ada satu pun yang mampu memantik percikan di hatinya.

Suatu malam, saat sedang berkutat dengan barisan kode yang rumit, Anya mendapatkan notifikasi aneh dari aplikasinya. Sebuah pesan dari profil yang tidak dikenalnya, berbunyi: "Kode 404: Hati Tidak Ditemukan. Mungkin perlu di-debug?"

Anya mengerutkan kening. Kode 404 adalah kode error yang lazim digunakan dalam dunia pemrograman, menandakan bahwa sebuah halaman atau file tidak ditemukan. Siapa yang berani menggunakan kode itu untuk mendekatinya? Ia penasaran. Ia membuka profil pengirim pesan itu.

Namanya Rio. Foto profilnya menampilkan siluet seorang pria yang sedang bermain gitar di bawah langit senja. Tidak ada deskripsi diri yang klise. Hanya beberapa baris kode sederhana yang tampak seperti puisi. Anya merasa tertarik. Ia membalas pesan itu dengan singkat, "Apa maksudmu dengan 'kode 404'?"

Balasan Rio datang dengan cepat. "Itu adalah cara saya mengatakan bahwa saya tidak menemukan hati yang saya cari di antara profil-profil yang terpampang di aplikasi ini. Semuanya terasa begitu… formulaik."

Percakapan itu berlanjut hingga larut malam. Anya dan Rio bertukar pikiran tentang algoritma, tentang cinta, tentang harapan. Rio ternyata juga seorang programmer, tapi ia lebih tertarik pada seni dan musik. Ia bekerja di sebuah studio game indie yang fokus pada narasi dan karakter yang kuat. Anya merasa aneh. Ia belum pernah merasakan koneksi seperti ini dengan seseorang yang hanya ia kenal lewat layar sentuh.

Hari-hari berikutnya, Anya dan Rio terus berkomunikasi. Mereka bertukar lagu, puisi, dan bahkan barisan kode yang mereka anggap indah. Anya mulai melihat dunia dengan cara yang berbeda. Ia mulai menyadari bahwa cinta bukan hanya tentang data dan algoritma. Cinta juga tentang intuisi, tentang spontanitas, tentang keberanian untuk mengambil risiko.

Suatu hari, Rio mengirimkan Anya sebuah tautan ke sebuah lagu yang ia ciptakan sendiri. Lagu itu berjudul "Debug Hatiku". Liriknya sederhana, tapi penuh dengan kejujuran dan kerinduan. Anya mendengarkan lagu itu berulang-ulang, air mata menetes tanpa sadar di pipinya. Ia akhirnya mengerti. Ia telah jatuh cinta pada Rio.

Namun, ada satu hal yang mengganjal hatinya. Ia belum pernah bertemu Rio secara langsung. Ia takut. Takut bahwa realitas tidak akan seindah dunia digital yang telah mereka bangun bersama. Takut bahwa ia akan mengecewakan Rio.

Akhirnya, Anya memberanikan diri untuk mengajak Rio bertemu. Ia mengirimkan pesan singkat: "Kode 200: Koneksi Ditemukan. Mau bertemu untuk di-debug?"

Rio membalas dengan cepat: "Kode 302: Lokasi Ditemukan. Taman Kota, Besok Jam 7 Malam."

Malam itu, Anya berdiri di Taman Kota, menunggu Rio dengan jantung berdebar kencang. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru, warna favorit Rio. Ia melihat seorang pria berjalan ke arahnya. Pria itu mengenakan jaket kulit dan membawa gitar di punggungnya. Ia tersenyum. Senyum yang membuat hati Anya meleleh.

Rio berhenti di hadapan Anya. Ia menatapnya dengan mata yang hangat dan penuh cinta. "Anya?" tanyanya lembut.

Anya mengangguk, tidak mampu berkata-kata.

Rio mendekat, meraih tangan Anya. "Aku sudah lama menunggumu," bisiknya.

Anya membalas genggaman Rio. Ia merasakan aliran listrik yang menjalar di seluruh tubuhnya. Ia tidak peduli lagi tentang algoritma, tentang data, tentang probabilitas. Ia hanya tahu bahwa ia berada di tempat yang tepat, dengan orang yang tepat.

"Aku juga," bisik Anya.

Rio tersenyum. Ia mengangkat gitarnya dan mulai memainkan lagu "Debug Hatiku". Anya bernyanyi bersamanya, suara mereka berpadu dalam harmoni yang indah. Di bawah langit malam yang bertaburan bintang, Anya dan Rio menemukan cinta di balik layar sentuh. Cinta yang tidak bisa diprediksi oleh algoritma manapun. Cinta yang hanya bisa dirasakan oleh hati. Sentuhan algoritma telah mengantarkan mereka pada sentuhan yang lebih nyata, sentuhan cinta yang menghangatkan jiwa. Malam itu, Anya belajar bahwa kadang-kadang, error justru membawa pada kebahagiaan yang tak terduga. Dan bahwa cinta, seperti kode, butuh di-debug agar bisa berjalan dengan sempurna.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI